Part 30 : Api Unggun

551 45 15
                                    

❝Petikan gitar dan alunan musik yang tercipta membuat atma yang saling mencinta itu semakin merasakan keterikatan dan rasa yang sama.❞

🌼🌼🌼

Setelah menyelami game siang tadi, malam ini akan diadakan pesta api unggun dan renungan. Saat ini, senja belum juga tergantikan. Masih pukul tiga sore, langit menampakkan semburat jingga nan indah di sana. Mata Devina menatap ke arah langit lepas. Sampai bahunya ditepuk oleh seseorang. Devina menoleh.

"Lo mending cari apa gitu kek. Sepet mata gue lihat lo di sini," sentak Sephora. Devina menyerit. Gadis itu mengembuskan napas sabar.

"Ya apa? Lo mau gue ngapain?" balas Devina dengan nada ketus. Sephora mendecak.

"Terserah, asal lo nggak di sini. Males gue lihatin muka lo terus," ungkap Sephora dengan mata yang ogah-ogahan untuk memandang Devina. Devina mendecak. Ia pun hengkang dari kursinya. Ia tidak mau membuat keributan, toh ia juga malas jika terus di area tenda. Sampai sebuah notifikasi pesan masuk. Devina tersenyum, ia melihat pesan dari Malvin.

From : Malvin ❤

Jalan yuk! Aku tunggu di ujung tenda. Aku mau ajak kamu ke suatu tempat

Senyum Devina mereka. Gadis itu menyegerakan langkah. Sephora yang melihat tampak keheranan. Gelagat Devina sangat aneh, terlebih perubahan ekspresi yang drastis.

"Mau ke mana dia?" gumam Sephora. Gadis itu melangkah, hendak membuntuti Devina. Namun, tangannya dicekal oleh Heaven, partner duta kampusnya.

"Lo apaan, sih, Ven?" sentak Sephora dengan tangan yang terus digoyangkan agar terlepas dari cengkeraman tangan Heaven.

"Ikut gue!" paksa Heaven. Sephora ditarik paksa mengikuti langkah Heaven. Lelaki dengan nama berarti 'surga' itu sudah mengetahui niat buruk Sephora kepada Devina, sepupunya.

Devina tersenyum. Gadis itu berlari ke arah seorang lelaki yang melambaikan tangan ke arahnya. Saat Devina berdiri di depan lelaki itu, Malvin mengulurkan tangan.

"Mau ke mana?" tanya Devina setelah membalas uluran tangan itu.

"Offroad!" balas Malvin. Devina membelalakan mata, naik ATV saja dia jejeritan, apalagi olahraga satu ini.

"Aku nggak mau, ah!" tolak Devina. Devina memang punya masa lalu kelam soal offroad. Apalagi waktu itu Dirga juga marah besar karena Devina pernah hampir celaka karena mobil yang dipakai terguling akibat tanjakan. Saat itu mereka masih duduk di bangku SMA dan memang Malvin masih amatiran.

"Ayo, Dev! Aku udah jago sekarang. Kalo kamu masih enggak mau, kita pakai pemandu," bujuk Malvin. Devina mendecak. Ia bersidekap dada.

"Ya udah, deh. Padahal aku mau ajak kamu buat lihat sunset di atas sana. Kalo nggak pake itu, kita bisa telat," ujar Malvin dengan nada yang disendu-sendukan. Devina mendengus. Ia menatap Malvin, lalu menganggukkan kepala. Kali ini, ia akan menerima ajakan lelaki itu. Semoga saja benar apa yang dikatakan soal mahir.

Sementara itu, Heaven melepaskan tarikan tangan atas Sephora. Lelaki itu mengajak Sephora untuk turun dari area perkemahan. Ada sebuah curug di bawah sana.

"Lepasin gue!" sentak Sephora. Kedua insan itu sudah berada di depan curug yang ada di Ciwangun Indah Camp ini.

"Mau lo apa sih, Ven? Lo selalu halangin gue buat deketin Malvin. Oh, lo pasti diminta sama Papanya Devina, 'kan? Lo cuma mau melindungi hati Devina 'kan? Gila, ya lo!" tuduh Sephora dengan telunjuk yang terus menuding ke arah Heaven.

Lelaki itu meminjit kening yang tidak pusing. Ia memalingkan wajah, sebelum menatap ke arah Sephora.

"Lo salah, Sep! Bukan Devina yang jadi alasan gue, tapi lo! Gue nggak mau lo terlalu terperosot ke jalan yang nggak benar itu. Sadar, Sep bukan cuma Malvin cowok yang ada di dunia ini. Lo harus sadar tentang perasaan Malvin yang sama sekali nggak cinta sama lo. Banyak cowok yang suka sama lo, bahkan ada yang tulus sama lo. Lupain soal Malvin, Sep," jelas Heaven. Lelaki itu menatap lekat mata Sephora, seakan ada sesuatu yang mengisyaratkan setiap tatapan itu. Bukan sadar, Sephora malah tertawa.

Lovestuck Syndrome [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang