Setibanya di kafe, Abbas meminta Maira dan Haidar untuk memilih tempat duduk, dia bilang mau ke belakang dulu. Maira sedikit heran, tapi dia tidak bertanya, hanya mengiyakan saja.
"Bung!" seru Abbas, melangkah masuk begitu saja ke ruang kerja kawannya, yang merupakan pemilik kafe itu.
Lelaki yang dipanggil Bung itu segera mengalihkan pandangannya dari tumpukan berkas, lalu tersenyum girang menyambut kehadiran Abbas.
"Hei, Bung!" ujarnya, kemudian tangannya menerima tinjuan Abbas.
Abbas duduk di depannya.
"Dia udah dateng," ucap Abbas.
"Bagus dong. Lo suruh langsung masuk aja ke sini."
"Gila. Nanti dia bisa curiga kalo gitu."
Lelaki itu terkekeh, lalu mengeluarkan sebuah lembaran kertas pada Abbas.
"Bercanda. Nih, udah gue buatin, cepetan suruh dia baca."
Abbas tersenyum lebar menerima lembaran kertas itu, lalu mengucapkan terima kasih dan segera pamit keluar, takut Maira curiga kalau dia kelamaan di sini.
"Udah pesen?" tanya Abbas, menghampiri meja tempat Maira, lalu melabuhkan punggung di kursi samping Haidar.
"Belum."
Abbas memanggil waiters, lalu memesan beberapa makanan beserta minuman, dan tidak lupa es krim rasa cokelat.
Gelagat waiters itu terlihat aneh, sejak tadi terus memperhatikan Maira lalu memandang Abbas dengan senyum tertahan. Hal itu membuat Maira merasa tidak nyaman, ada apa sebenarnya dengan waiters itu?
"Bas, siapa mereka?" Akhirnya perempuan itu bertanya setelah selesai mencatat pesanan Abbas.
Abbas malah menatapnya tajam, seolah dengan isyarat matanya itu, dia memerintahkan sang waiters untuk segera pergi.
"Dia kenal kamu, Bas?" tanya Maira setelah kepergian waiters itu.
"Ya, aku emang agak terkenal gitu sih, Mai." balas Abbas sekenanya.
Lalu Maira memilih diam, begitu pun dengan Haidar yang sejak tadi hanya duduk manis menunggu es krim nya datang.
"Mai, baca deh," Abbas menyerahkan selembar kertas di tangannya.
Maira membaca kertas itu. Isinya lowongan kerja, dan Maira membulatkan matanya ketika membaca persyaratannya hanya sehat dan sungguh-sungguh ingin bekerja.
"Bas, kamu dapet dari mana? Ini serius?" tanya Maira masih tidak percaya, karena di depan tadi dia tidak melihat ada selembaran lowongan pekerjaan.
"Iya, dikasih orang." balas Abbas.
"Masih berlaku?"
"Iyalah, Mai. Itu ada loh tulisannya: DIBUTUHKAN SEGERA, BERAKHIR HARI INI." kata Abbas penuh tekanan membaca kalimat terakhir di lembar kertas itu.
"Tapi aku gak bawa berkas lamaran kerjanya."
"Coba tanya aja."
Maira tampak berpikir, kemudian akhirnya dia bangkit dari duduknya.
"Iya deh, aku coba tanya."
Abbas mengangguk, berusaha menahan senyum, dalam hati sudah bersorak gembira.
"Hae, tunggu sebentar ya?"
"Iya, Ma."
Maira pun memberanikan diri berjalan menuju meja bar, lalu bertanya pada salah satu waiters, dan waiters itu malah meminta Maira agar langsung masuk ke ruangan bosnya. Maira bingung, tapi dia tetap melangkah kan juga kakinya memasuki ruangan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Takut Salah Singgah
Romance(Sekuel Di Usia 16) Pengalaman pahit sekaligus menyakitkan di masa lalu membuat Maira tumbuh menjadi perempuan yang sulit untuk kembali jatuh cinta, dan beranggapan jika semua lelaki sama; manis diawal, lalu kemudian menyakiti. Jika dia terus berpik...