Lemas seketika lutut Anfal ketika melihat Maira berdiri di samping Abbas, memasang wajah begitu bahagia. Pandangannya pun tidak luput dari tangan keduanya yang saling menggenggam, dan Haidar yang berdiri di tengah-tengah, lalu tersenyum lebar ke arah kamera saat pengambilan foto.
Acara yang digelar di halaman rumah itu sekilas tampak biasa saja di mata Anfal. Hanya ada panggung mini untuk mempelai yang dihiasi bunga-bunga juga lampu gantung berukuran kecil yang memancarkan cahaya kuning di belakangnya. Lalu ada kursi-kursi kayu putih, dan meja yang dipenuhi berbagai macam makanan. Bagi Anfal mungkin biasa saja, tapi tidak bagi pemilik acara.
Tidak banyak kursi di sana, tapi sejak tadi tamu terus berdatangan silih berganti karena banyaknya teman Abbas. Meski Abbas bilang hanya mengundang teman dekat saja, tapi bagi Maira teman dekatnya itu sangat banyak, karena mereka sudah berdatangan sejak pagi.
"Anfal, are you okay?" tanya Kamila, yang baru keluar dari mobil, setelah memastikan jika penampilannya baik.
Anfal mengangguk, lalu menarik kedua sudut bibirnya sedikit, memaksa tersenyum. Dia tidak boleh mengacaukan suasana malam ini. Dia melihat sang ibu yang tengah ikut berfoto, terlihat sangat bahagia dengan tangan yang mengapit pada Abbas. Lelaki itu pun sama bahagianya, menyandarkan kepalanya pada bahu Bu Aisha, layaknya anak kesayangan. Mana mungkin Anfal tidak ikut bahagia melihat semua ini?
Haidar baru menyadari kedatangan Anfal, anak itu pun segera turun dari panggung dan berlari padanya.
Anfal tersenyum pada anaknya yang malam ini terlihat begitu tampan mengenakan pakaian adat Sunda berwarna putih, tidak lupa ikat kepala bermotif batik, sama dengan yang Abbas kenakan. Seperti ada samurai tajam mengikis hati Anfal yang telah hancur rasanya ketika melihat itu. Namun, dia berusaha menutupi sakitnya. Segera Anfal menyambut Haidar dengan pelukan, lalu mengangkat tubuh Haidar dalam gendongannya.
"Jagoan Papa tampan sekali," puji Anfal sambil mengusap kepala anaknya, lalu mengecup pipinya gemas.
Haidar terkikik geli, kemudian menatap penuh tanya pada wajah perempuan yang sejak tadi berdiri di samping Anfal, terus tersenyum padanya.
"Hai, anak ganteng," sapa Kamila.
"Sayang, kamu pernah berkenalan dengan Tante ini kan seminggu yang lalu, masih ingat namanya?" tanya Anfal.
Haidar mencoba mengingat, wajah itu memang tidak asing, tapi penampilannya berbeda dengan yang Haidar kenal seminggu lalu.
"Tante Kamila?"
Kamila mengangguk cepat, begitu bahagia karena namanya masih diingat oleh Haidar, padahal mereka baru bertemu dua kali dengan malam ini. Haidar pun langsung mencium tangannya dengan sopan.
"Gak nyangka kamu masih ingat Tante, rasanya senang sekali."
"Tante sekarang jadi semakin cantik, walaupun tidak secantik Mama."
Perkataan polos anak itu membuat Anfal dan Kamila terkekeh. Tidak ingin terlalu lama berdiri di depan mobil, Kamila pun mengajak Anfal untuk menemui Maira dan Abbas. Sempat Anfal kembali terdiam, sampai akhirnya dia mengembuskan napas berat, lalu melangkah untuk menemui Maira.
Sejak dulu gue yang berharap ada diposisi itu, tapi kenapa Abbas yang harus mendapatkan nya? Jadi benar, gue gak punya kesempatan lagi untuk berharap bisa satu atap sama Maira?
KAMU SEDANG MEMBACA
Takut Salah Singgah
Romance(Sekuel Di Usia 16) Pengalaman pahit sekaligus menyakitkan di masa lalu membuat Maira tumbuh menjadi perempuan yang sulit untuk kembali jatuh cinta, dan beranggapan jika semua lelaki sama; manis diawal, lalu kemudian menyakiti. Jika dia terus berpik...