2

1K 159 4
                                    

***

Si seksi Mrs. Twig, membawa bos kelab malam itu ke ruang VIP lainnya. Ia sewa sebuah ruang VIP kosong, memesan selusin minuman lantas mempersilahkan sumber informasinya duduk di sofa, bersebrangan dengannya. "Kenapa kau selalu menjaga jarak dariku? Duduklah di sebelahku, Mrs. Twig," pintanya, namun Lisa hanya menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mabuk. Sungguh."

"Mereka yang mabuk selalu bilang begitu. Jadi, seberapa banyak yang kau ketahui tentang DOG, Bos?"

"Sepertinya kau buru-buru, Mrs. Twig?" tanya si Bos, pria ramping, juga kurus dengan tato mata besar di lengannya. Pria itu memakai kemeja hitam, dengan hanya beberapa kancing yang terpasang, membuat dadanya bisa Lisa lihat dengan mudah.

Mrs. Twig tidak tahu banyak tentang kehidupan pribadi si Bos. Ia hanya tahu kalau Bos menjual mesiu putih di ruang VIP kelabnya. Pelanggannya anak-anak konglomerat, anak-anak pejabat juga teman-teman mereka. Bos juga menyediakan jasa teman-teman penghibur untuk kliennya. Pria, wanita, pria yang berdandan seperti wanita, Bos punya semuanya.

"Hm... Aku sedikit mual setelah makan ikan mentah. Jadi, informasi apa yang bisa ku bayar, Bos?" tanya Lisa, kali ini sembari menuangkan segelas whiskey untuk dirinya sendiri.

"Dia... Satu, dua, tiga, empat tingkat di atasku. Pemasok senjata, obat, orang, semuanya."

"Wah... Tinggi sekali."

"Karena itu, orang bilang kau harus mati dan pergi ke neraka kalau ingin bertemu dengannya. Semua obat di negeri ini datang darinya. Saingannya Jepang, Rusia, Italia, Amerika, bla bla bla."

"Kau tidak tahu cara menemuinya?"

"Tidak."

"Kalau begitu informasimu tidak berguna."

"Ghost. Kau kenal Ghost, 'kan? Katanya dia pernah bertemu dengan DOG. Apa informasiku berguna sekarang?"

"Hm... Cukup untuk hari ini, terimakasih Bos," angguk Lisa.

Mrs. Twig kemudian pergi meninggalkan tempat itu. Perjalanannya masih sangat panjang. Seperti namanya, Lisa butuh ritual kalau ingin bertemu dengan hantu- Ghost. Pusing memutuskan ritual apa yang cocok untuk memanggil hantu, membuat Mrs. Twig memilih untuk pulang ke rumah bobroknya.

Hari hampir pagi ketika ia tiba di rumah. Langkahnya berpapasan dengan seorang pengantar susu dan koran. Saling mengabaikan, Lisa masuk ke dalam rumahnya setelah menerima dua kotak susu dari orang itu. Ia tenggak satu kotak susu 250ml yang diterimanya, sembari melangkah, ia geser beberapa sepatu yang menghalangi langkahnya di lantai.

Gadis itu kemudian tiba di tengah rumahnya yang sempit, melempar kotak kosong susunya ke dalam bak cuci piring. Sedang satu kotak susu lainnya ia letakan di atas nakas, di sebelah TV tabungnya yang ia sendiri tidak tahu apakah benda itu masih berfungsi atau tidak. Di sebelah sofanya, kotak-kotak hadiah berjajar, membentuk benteng yang melindunginya. Kalau di buka, Mrs. Twig bisa menemukan tumpukan uang tunai di dalam tiap kotaknya.

Sofanya berantakan dengan pakaian-pakaian kotor yang belum ia kirim ke binatu. Dari layar cembung TV tabung di ruang tengahnya, ia bisa melihat bayangan dirinya sendiri. Sembari menatap tubuhnya yang mempesona, ia telanjangi dirinya sendiri. Melempar gaun mempesona itu ke sofa setelah ia menanggalkan pakaian dalamnya juga. Sembari benar-benar telanjang, gadis itu melangkah ke kamar mandi, melirik westafel yang penuh alat make up berantakan, lalu berdiri di bawah pancuran.

Ia kelihatan begitu berantakan, begitu kesepian, namun isi kepalanya tidak membiarkan ia berfikir demikian. Sembari membersihkan dirinya, ia terus memeras otaknya. "Bagaimana caraku menemui Ghost dan memintanya membawaku pada DOG?" pikirnya, sejak ia keluar dari ruang VIP milik Bos sampai tubuhnya berbaring dengan piyama di atas ranjangnya. Hanya ranjang itulah satu-satunya tempat yang rapi di rumah bobrok milik Mrs. Twig. Hanya ranjang itu, satu-satunya bagian yang Mrs. Twig bersihkan setiap harinya.

Dalam tidurnya, Mrs. Twig bermimpi. Mimpi yang sama hampir setiap malamnya. Dalam mimpi itu, apa yang pernah terjadi dalam hidupnya kembali terulang. Kejadian di tahun kedua sekolah menengahnya, benar-benar sebuah mala petaka. Mala petaka yang terus berulang dalam mimpinya.

Saat itu, Mrs. Twig baru menginjak kelas sebelas. Sejak ia cukup dewasa untuk masuk sekolah menengah, ayahnya mengirim Mrs. Twig keluar negeri untuk sekolah. Hari itu semuanya berjalan seperti seharusnya. Ia bangun di asramanya pagi-pagi sekali, buru-buru pergi ke kamar mandi, bersiap pergi ke sekolah. Semuanya biasa-biasa saja. Ia sapa orang-orang yang biasa ia sapa. Ia tersenyum pada semua orang layaknya ia yang biasanya.

Tiba di sekolah, yang tidak jauh dari asrama tempat tinggalnya, ia menikmati roti isi yang dibelinya dalam perjalanan ke sekolah. Itu adalah sarapannya dan pagi ini teman-temannya dekatnya belum datang. Begitu sekolah mulai ramai, satu persatu teman Mrs. Twig datang, mereka tersenyum, tertawa dan bicara padanya. Hari yang hangat sama seperti biasanya.

"Hei hari ini ada murid dari sekolah khusus pria yang akan datang. Mereka datang untuk mengatur pertandingan persahabatan dengan tim basket," cerita seorang teman Mrs. Twig pagi ini, sama seperti biasanya, pria tampan, pesta, olahraga, artis dan film selalu jadi topik favorit mereka. Topik yang jauh lebih asyik daripada sekedar menanyakan tugas yang belum dikerjakan.

Sama seperti biasanya juga, Lisa selalu bersemangat setiap kali ada siswa dari sekolah lain yang berkunjung. Ia bosan dengan teman-teman di sekolahnya sendiri, seseorang dari sekolah lain, yang jarang ia temui tentu terdengar lebih menarik, lebih menantang baginya. Begitu waktunya tiba, dengan senyum cantiknya, ia pergi ke ruang klub basket, duduk di sana, berdalih hanya ingin menyapa teman-temannya di klub basket.

Satu persatu ia perhatikan wajah tamu yang datang. Seorang pria jangkung dari sekolah tetangga terlihat begitu kuat, terlihat sangat menarik bagi tiga gadis yang ada di ruang klub basket itu. Namun dari empat tamu yang datang, seorang yang satu ras dengannya, seorang yang paling pendek diantara warga-warga lokal itu, justru yang menarik perhatian Mrs. Twig muda.

"Tanya kan namanya, Lisa! Cepat tanya namanya!" desak isi hati Mrs. Twig muda saat itu. Namun baru ia membuka mulutnya, sebuah ledakan terdengar. Di susul beberapa tembakan, kemudian sebuah ledakan lainnya. Tiba-tiba saja, hari yang biasa-biasa itu berubah jadi mala petaka. Tawa riang siang hari itu, berubah jadi jeritan-jeritan ketakutan.

Si jangkung yang tampan dan kuat kemudian roboh. Seorang gadis genit yang berteman dekat dengan Mrs. Twig kemudian ikut jatuh juga. Jeritan terdengar semakin mengerikan, darah terciprat ke segala sisi. Mrs. Twig muda panik, ketakutan juga membeku. Sebuah peluru hampir mengenai wajahnya, dalam sepersekian detik Mrs. Twig muda bisa melihat sisi tajam peluru panas itu.

Tapi Mrs. Twig muda selamat, sebab ia segera bangun dari mimpi buruknya itu. Dengan keringat yang membasahi hampir seluruh tubuhnya, gadis itu bangun, duduk di atas ranjangnya, melihat jam yang kini menunjuk angka sebelas siang.

"Augh! Mimpi sialan itu lagi!" keluh Mrs. Twig, yang tanpa sadar langsung meraih cermin di sebelah bantalnya. Ia pandangi wajahnya, memastikan tidak ada satupun peluru yang menembus wajahnya, seperti dalam mimpinya. Mimpi yang berupa rekam ulang dari kejadian paling mengerikan dalam hidup Lisa juga ratusan alumni lainnya.

***

Free Pass SellerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang