11

764 146 3
                                    

***

Di depan kedai makanan, dengan gelas minuman dan sekeranjang telur di atas meja mereka duduk. Mereka duduk di sudut meja, bersebelahan di tiga sisi meja itu. Lisa berhadapan dengan Jisoo, sedang Seunghyun bersandar pada dinding diantara mereka berdua.

"Seberapa dekat kalian berdua?" tanya Jisoo, menatap Lisa kemudian melirik Seunghyun yang baru saja berbagi keringat bersamanya. "Sangat dekat sampai pernah tidur bersama?"

"Pernah," angguk keduanya, saling melempar sebuah lirikan tanpa arti. Kini Lisa tahu kalau Ghost tidak berencana menyembunyikan apapun, begitu juga dengan dirinya.

"Ya!" Jisoo berseru, ia bulatkan matanya, menatap tajam dua orang di depannya itu. Tangannya terkepal, sangat kuat hampir sama besar dengan sebutir telur rebus. Meski hidup di dunia penuh kotoran, tidak semua orang bisa berdamai dengan perselingkuhan.

"Kemarin aku berencana tidur dengannya," jujur Lisa, membuat Kim Jisoo semakin kesal, membuat Choi Seunghyun ikut menghela nafasnya— Seunghyun sudah menduganya, sebelum Kepala Kepolisian dan kekasihnya datang. "Eonni, kau ingat apa alasanku tinggal disini? Aku ingin mengalahkannya, tapi Go-Stop terlalu sulit, tapi jarimu benar-benar mengerikan, rasanya seperti dahiku bisa berlubang karenamu. Karena itu aku berfikir... ah... Semuanya akan lebih mudah kalau aku tidur saja dengannya. Tapi kemarin aku justru di pukul- augh! Aku juga kehilangan semua uangku!"

"Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Ghost yang sialnya justru diabaikan.

"Baiklah, aku tidak akan melakukannya lagi. Kau tidak perlu membayarku, aku bisa mengajarimu secara cuma-cuma. Tapi jangan tidur dengannya, jangan mencoba menggodanya-"

"Ya! Apa yang kau bicarakan?! Aku tidak mudah tergoda, jangan asal menilaiku, aku masih hidup karena setia!" potong Seunghyun, merasa terhina karena ucapan kekasihnya.

"Aku juga tidak tidur dengan kekasih temanku. Aku tidak bisa orgasme kalau bersetubuh dengan kekasih temanku. Dia bukan lagi pria setelah berkencan dengan temanku. Aku tidak pernah tertarik dengan kekasih temanku, karena itu kau harus jadi temanku, eonni," lagi Seunghyun diabaikan. Kini, Lisa bangkit dari duduknya, mengatakan kalau ia akan pergi tidur.

Jisoo menyuruhnya tidur di dalam— di ruang istirahatnya— sementara ia menatap kekasihnya yang malam ini jadi pelanggan saunanya dengan pakaian serba biru. "Oppa tidak tertarik padanya kan?" tanya Jisoo, meyakinkan hatinya sekali lagi.

"Seorang pria akan atau justru sudah mati karena menyentuhnya," balas Seunghyun, memberi Jisoo sebuah jaminan kalau ia tidak akan menyentuh Lisa.

"Tuan Ji yang melakukannya? Siapa yang mati? Pria yang memukul Lisa semalam?" tanya Jisoo dan Seunghyun menganggukan kepalanya. Ghost baru saja dapat pemberitahuan kalau mereka akan menunjuk seorang Kepala Kepolisian baru. "Akhirnya dia mati juga. Aku muak sekali melihat kakek genit itu berkeliaran di sekitar sini. Oppa tahu madam di bar ujung jalan sana? Dia berkencan dengan Kepala Kepolisian itu, tapi setiap kali aku kesana untuk minum-minum, kakek genit itu selalu menggoda pelayan barnya. Dan tentu saja Victoria diam saja karena kakek genit itu memberinya banyak uang. Victoria tidak peduli penis kakek genit itu masuk kemana saja, istri sahnya pun tidak peduli, selama kakek itu terus memberinya uang. Tapi bagaimana dengan Victoria kalau kakek genit itu mati?"

"Apanya yang bagaimana? Tentu saja dia kembali pada pekerjaannya, mucikari. Aku menyuruhnya mencari beberapa wanita untuk bekerja di kasino. Ah! Dan Tuan Ji ingin Lisa yang bertanggung jawab untuk mencari pelanggan. Kurasa, berencana menikahinya."

"Secepat itu? Tuan Ji jatuh cinta? Pada Lisa?"

"Sejak kapan dia peduli dengan cinta? Kelihatannya dia punya hubungan spesial dengan Lisa. Tapi apapun hubungan itu, Mrs. Twig menguntungkan dan kebetulan dia cantik, tidak punya catatan kejahatan, bukan pecandu, bukan pelacur yang tidur dengan sembarang pria, dia belum terlalu kotor, jadi masih dia layak dipamerkan. Mrs. Twig hanya akan mengisi jabatan kosong, bukan mengisi hatinya," cerita Seunghyun yang kemudian menyinggung tentang pernikahan mereka.

Seunghyun ingin mereka menikah setelah pembangunan kasinonya selesai, agar Jisoo tidak perlu terlibat dalam semua peperangan sebelumnya. Agar Jisoo tidak perlu ikut masuk ke dalam kubangan lumpur dan berakhir dalam bahaya. Jisoo tidak keberatan. Baginya, menikah atau tidak hampir tidak ada bedanya. Bahkan sebelum menikah mereka sudah melakukan segalanya, kecuali punya anak.

Pagi kemudian datang dan Lisa pergi dari sauna itu. Dengan pakaian dan beberapa barang bawaannya, gadis itu pulang ke rumahnya bersama seorang supir taksi. Ia duduk dengan tenang di kursinya sampai sebuah panggilan dari Seunghyun mengaburkan angan-angannya.

"Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Ghost, setelah mereka berbasa-basi.

"Jalan untuk bertemu dengan DOG."

"Untuk apa kau mencarinya?"

"Aku tidak bisa memberitahumu, karena itu aku hanya menanyakan jalannya."

"Kau sudah berada di jalan yang tepat. Tetap lah bersama Tuan Ji, DOG bisa melihatmu kalau kau terus berdiri di sebelahnya."

"Sebenarnya siapa Tuan Ji itu?"

"Hanya seorang gangster yang kebetulan baik hati?" balas Seunghyun berlanjut dengan obrolan-obrolan santai lainnya. "Dia akan memberimu pekerjaan di sini, pindah lah ke sini," suruh Ghost kemudian dan panggilan itu berakhir setelah tiga puluh menit lamanya.

Tiba di rumahnya, Lisa mendesah kesal. Baru saja ia turun dari taksinya, tapi seorang wanita seumurannya berdiri di depan gedung apartemennya. Wanita itu memakai setelan kerjanya, sebuah blazer yang senada dengan roknya dibarengi sebuah blouse putih rapi. Ia adalah kekasih Lee Taeyong, mereka sudah bertunangan namun Lisa yang berdiri diantara mereka dan membuat hubungan itu memburuk.

"Sampai kapan kau akan terus meminta uang pada calon suamiku?" cibir gadis itu, menghentikan langkah Lisa yang sebelumnya berencana melewatinya begitu saja. "Mencari uang untuk menikah saja sudah sangat sulit, kenapa dia harus memberimu uang juga?" sinisnya, menarik lengan Lisa, membuat gadis yang sebelumnya bersikap acuh itu untuk berbalik, menatapnya.

"Kalau begitu jangan menikah-"

"Ya!" gadis itu berseru, dengan suaranya yang nyaring mengundang perhatian beberapa penghuni gedung di sekitar mereka. Saat itu masih terlalu pagi untuk bertengkar, anak-anak baru keluar rumah untuk pergi ke sekolah, beberapa ibu mengantar anak mereka ke pemberhentian bus sekolah, beberapa pria juga melangkah untuk pergi kerja.

"Jangan berisik. Kau hanya datang untuk mendapatkan kembali uangnya kan?" tanya Lisa, mengeluarkan beberapa uang dari dompetnya kemudian mengembalikan uang itu pada kekasih Lee Taeyong. "Lain kali telepon saja. Tidak perlu repot-repot menyebrang ke sini hanya untuk beberapa lembar uang," ucapnya kemudian, membuat wanita dengan rambut pendek itu lantas mencibir, mengatakan kalau Lisa adalah pelacur yang menguras uang kekasihnya. Lisa memilih untuk mengabaikannya, ia tidak tahu siapa yang sebenarnya sedang dipermalukan— ia yang disebut seorang pelacur atau kekasihnya yang disebut pria hidung belang.

Beberapa penghuni gedung menatap mereka prihatin. Prihatin pada tetangga yang selalu bermasalah dengan wanita-wanita asing, juga prihatin pada si gadis berambut pendek yang mempermalukan dirinya sendiri. Sama seperti hari-hari lainnya, hari ini Lisa pulang ke rumah dan langsung pergi mandi, juga pergi tidur meski ia sudah tidur sepanjang malam dan tidak melakukan banyak hal melelahkan. Seolah hidupnya memang selalu melelahkan.

***

Free Pass SellerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang