32

666 138 6
                                    

***

Kang Daesung terkejut, begitu juga dengan ayah Lisa. Detektif Park berlari menghampiri Lisa, sedang Daesung hanya menatap Jiyong yang menghela nafasnya dengan kedua tangan berkacak pinggang. "Dia tidak bisa menyetir," ucap Jiyong, sebelum Daesung berfikir kalau Lisa sengaja menabrakkan dirinya sendiri. Kalau Lisa ingin mati di depan ayahnya, menyiksa ayahnya sampai akhir hidup pria itu. "Bawa Pak Tua itu pergi, akan ku urus putrinya," susul Jiyong, meminta asistennya memberikan kunci mobilnya yang lain.

Meski sang ayah memukul-mukul jendela mobil itu, meminta maaf, meminta putrinya untuk membukakan pintu, Lisa sama sekali tidak bergerak. Gadis itu terjepit air bag mobil, namun tangannya masih bisa bergerak. Ia bisa membuka mobil itu, ia hanya tidak ingin melakukannya. Meski sang ayah berteriak, memohon maaf dari putrinya, Lisa sama sekali tidak mendengarkannya. Lisa hanya diam, sama sekali tidak merespon.

"Untuk sekarang, pergilah dulu. Dia bisa benar-benar mati kalau kau tidak membiarkannya bernafas sebentar," komentar Jiyong, yang berjalan ke pintu mobil lainnya.

Kang Daesung memberikan sebuah besi tipis mirip penggaris dari mobilnya pada Jiyong, kemudian ia menghampiri dan merangkul Detektif Park, berbisik padanya. "Untuk sekarang, tidak ada orang lain yang lebih mengenal putri anda selain Tuan Ji. Tuan Ji berjanji akan membujuknya untuk menemuimu. Jangan terburu-buru, Nona Park bisa melakukan sesuatu yang lebih buruk dari ini kalau anda terus mendesaknya," bohong Daesung, berbisik sembari memaksa Detektif Park untuk menjauh.

Jiyong membuka pintu depan di sebelah kursi penumpang dengan besi tipisnya. Ia bisa saja membuka pintu di sebelah Lisa, namun pria itu memilih untuk tidak melakukannya. Agar Lisa punya keberanian untuk membuka sendiri pintu itu. "Buka pintunya. Ini perintah. Aku tidak sedang memohon," tegas Jiyong setelah gadis di dalam mobilnya menoleh pada pintu yang ia buka.

Jiyong berjalan memutar, mengetuk jendela di sebelah Lisa. Tok tok... Tok tok... Dua kali pria itu mengetuk dan akhirnya Lisa membuka pintunya. Masih tanpa berkata-kata, gadis itu mengangkat kepalanya, menatap Jiyong yang ada di sebelahnya, menahan pintu agar tetap terbuka. Dari jauh Detektif Park menghela lega nafasnya. Putrinya benar-benar mendengarkan Tuan Ji— yakinnya, meski sebelumnya ia ragu dengan kebohongan Kang Daesung.

Lisa akhirnya keluar dari mobil yang bagian depannya remuk itu. Jiyong menggandeng tangannya seolah tidak ada Detektif Park yang sedang menonton mereka di sana. Sembari menarik Lisa agar mengikutinya, Jiyong meraih handphone gadis itu dari tanah. Ia ambil handphone Lisa kemudian mengajak gadis itu masuk ke dalam mobilnya yang lain. Terakhir pria itu bertukar tatap dengan Detektif Park sebelum akhirnya ia duduk ke balik roda kemudi dan mulai menyalakan mobilnya.

"Ini sudah cukup lama sejak aku terakhir kali menyetir," gumamnya, beberapa detik mengingat-ingat dimana letak pedal gas dan remnya lantas mulai melaju pergi.

"Aku harus menemui klienku," ucap Lisa kemudian, menghapus sendiri keringat di dahinya dengan punggung tangannya. Marah besar membuatnya berkeringat. "Antar aku ke toko pakaian, setelah itu aku bisa pergi sendiri," susulnya, bersikap seolah tidak ada yang terjadi sebelumnya.

"Siapa klienmu?"

"Kau tidak mengenalnya."

"Beritahu siapa dia, biar aku yang memutuskan aku mengenalnya atau tidak."

"Tuan Kim."

"Apa yang dia inginkan?"

"Bertemu dengan DOG."

"DOG?"

"Hm..."

"Kau tahu siapa DOG?"

"Ghost bilang seorang kenalanmu. Aku ingin memintamu mengenalkanku padanya, tapi aku justru merusak mobilmu, jadi tidak perlu membantuku. Akan kucari dia sendiri."

Free Pass SellerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang