***
Ghost seorang penjudi legendaris. Perawakannya kekar, tinggi dengan dada bidang dan wajah yang luar biasa dingin. Matanya bergerak secepat kilat. Satu kedipan matanya mampu melihat banyak hal. Tidak ada yang bisa bermain curang di depannya. Tidak ada gerakan tangan yang bisa lebih cepat dari sensor irisnya dan tidak ada mata yang bisa lebih cepat daripada gerak tangannya. Gerak pria itu hampir tidak terlihat, karenanya ia dijuluki dengan nama Ghost.
"Aku ingin bertemu dengan Ghost," kata Lisa, pada lima orang di hadapannya, duduk melingkar mengelilingi meja judi, menghadap seorang dealer berpakaian merah gelap dan putih.
Lisa a.k.a Mrs. Twig, berhadapan dengan dealer perempuan itu. Tiga orang di kanannya mengaku sebagai Jennie, Huta dan Bobby. Sedang di sebelah kirinya ada Rose dan June, yang tidak Lisa tahu siapa nama aslinya. Sama sepertinya yang menyembunyikan nama aslinya, orang-orang di sana juga sangat mungkin menyembunyikan nama asli mereka.
"Kau bisa bermain Go-Stop?" tanya Huta, sibuk dengan kartu-kartu poker di tangannya, sama seperti lima pemain lainnya. Bahkan sang dealer memegang sisa kartu lainnya.
"Tidak. Rekomendasikan seseorang yang bisa mengajariku bermain," balas Lisa, melirik gadis di sebelahnya yang juga balas meliriknya. "All in?" tanya Lisa, yang tanpa menunggu jawaban Jennie langsung mendorong seluruh chips judinya ke tengah-tengah meja.
Empat orang lainnya menutup kartu mereka, menyisakan Lisa dengan Jennie yang sama-sama mempertahankan seluruh uang mereka malam ini. Di atas meja, ada tiga kartu yang dibuka dealer- kartu dua kartu King dan satu kartu tiga hati. Di tangannya Lisa punya satu kartu King dan satu kartu tiga hati- full house. Sedang Jennie, yang sebelumnya hanya berhasil mengintip si tiga hati, punya satu kartu sepuluh hati dan sepuluh wajik- two pairs. Lisa memenangkan taruhan pertama mereka.
"Sudah ku bilang permainan ini terlalu cepat," komentar Rose. "Jangan mengawali permainannya dengan all in!" susulnya, si penjudi baru yang tidak berani mengambil resiko kehilangan semua uangnya seperti Jennie.
"Bermainlah satu putaran tanpaku, aku akan mengambil uangku lebih dulu," Jennie berdiri, membuat Lisa langsung menoleh, menatapnya.
"Lagi?" tanya Lisa. "Pulanglah sebelum aku mengambil semua uangmu," susulnya.
"Heish... Ini masih jam sepuluh. Masih terlalu sore untuk pulang. Aku baru pemanasan," susul Jennie, terlihat begitu percaya diri.
Mereka bermain sepanjang malam. Menaruh satu persatu chips judi mereka di tengah meja. Sesekali memberikan tips pas si dealer cantik yang mengocok kartu, berbincang, merokok, menyesap whiskey dan koktail manis dan membalik satu persatu kartu mereka. Permainan berputar seperti bola salju. Sesekali menang, sesekali kalah, namun jumlah taruhannya terus bertambah besar. Mereka harus berhenti sebelum bangkrut tapi di sanalah sensasinya. Tidak ada yang bisa berhenti sampai ia benar-benar bangkrut.
Sampai hari beranjak pagi, akhirnya permainan itu berakhir. Jennie yang mendapatkan paling banyak chips. Wanita itu yang untung besar malam ini. Huta selanjutnya, sedang empat pemain lainnya kehilangan hampir semua uang di saku mereka. Mrs. Twig bangkrut dan ia tidak keberatan.
"Beri aku tumpangan untuk pulang. Aku tidak punya uang untuk naik taksi," ucap Lisa, meraih lengan Jennie yang sedang mengumpulkan semua chipsnya, memasukannya ke dalam tasnya, bersiap untuk menukar semuanya dengan lembaran uang tunai.
"Hm... Tunggu aku di luar," jawabnya, mengusap pipi Lisa, menepuknya sedikit lantas meninggalkannya, pergi menukar semua chipsnya.
Semua penjudi itu berpisah di sana. Rose dan June, temannya, pergi ke tempat parkir, sedang Huta dan Bobby yang masih sanggup bermain pergi ke meja judi lain yang masih kekurangan orang. Tidak lama setelah Lisa menunggu di luar, Jennie menghampirinya. Ia berikan dua ikat uang pada Lisa tanpa mengatakan apapun. Uangnya pun langsung Lisa terima tanpa mengatakan apapun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Free Pass Seller
FanfictionIt's all for the benefits, why we pretend don't give a fuck? All behaviors only for benefits. Good or bad, who's care? Nobody. Don't mess up my scenario. In this cinema has no hero.