***
Mrs. Twig kembali ke rumah Jiyong di pukul empat pagi keesokan harinya. Ia seharusnya beristirahat setelah menghancurkan mobil Jiyong. Tapi setelah berbaring beberapa jam, gadis itu bosan dan pergi ke ibu kota untuk menemui Tuan Kim, kliennya. Dengan santai, gadis itu menekan bel pintu di rumah Jiyong, menunggu seseorang menyambut kepulangannya.
Tidak ada seorang pun yang membuka pintunya. Kini Jiyong tinggal sendirian, karenanya ia menyuruh pelayannya untuk pergi setelah menyiapkan makan malam dan datang lagi keesokan harinya untuk menyiapkan sarapan. Dua kali gadis itu menekan belnya, namun masih tidak ada orang yang membukakannya pintu.
Sampai akhirnya seorang penjaga dari gerbang depan melangkah masuk dan memakai kartu aksesnya untuk membukakan pintu rumah itu. "Kenapa tidak dari tadi? Padahal di sini dingin," keluh Lisa, buru-buru masuk, membiarkan si penjaga keamanan mengunci kembali pintunya, sedang ia bergegas masuk ke kamar tidur utama. "Lelah- oh? Kau masih bangun! Kenapa tidak membukakan pintunya?! Aku kedinginan di luar," protes Lisa, yang melihat si pemilik kamar itu sedang duduk sembari melihat beberapa foto, beberapa juga data diri pria-pria yang akan bekerja sama dengannya.
"Aku sudah menelepon penjaga di luar untuk membukakanmu pintu," santai Jiyong, masih sibuk membaca. "Lain kali beritahu aku kalau kau mau pergi. Kalau kau tinggal di sini-"
"Aku sudah memberitahumu," potong Lisa, menunjukan selembar memo yang ia tinggalkan di atas kabinet, di sebelah Jiyong. "Aku takut membangunkanmu jadi aku meninggalkan pesan," ucapnya, mengingatkan Jiyong kalau ia sudah cukup sopan untuk menghormati si pemilik rumah.
"Mandilah, kau bau whiskey," balas Jiyong, menatap Lisa sembari mengerutkan hidungnya. "Tadi kau bertemu Tuan Kim?" susulnya, memperhatikan gadis yang kini berjalan menjauh sembari melepaskan pakaiannya, telanjang di depan pintu kamar mandi kemudian masuk ke dalam sana dan membersihkan tubuhnya di bawah pancuran tanpa menutup pintunya.
"Aku bertemu dengannya, tapi aku tidak memberitahunya tentangmu. Aku hanya bilang kalau semuanya berjalan lancar, aku hampir menemukan DOG. Apa yang harus aku katakan padanya? Ayahmu sudah meninggal dan aku kebetulan mengenal ahli warisnya?" tanya Lisa, sedikit berteriak dari bawah pancuran.
"Kau tidur dengannya?"
"Tidak. Tapi dia memberiku uang. Kau bisa mengambil uangnya, aku hanya butuh tasnya," jawab Lisa, yang kemudian mengulang pertanyaannya namun Jiyong tetap tidak memberikan jawaban apapun.
Sampai Lisa selesai mandi, keluar dari kamar mandi dengan bathrobe-nya kemudian melangkah mengambil pakaian di kopernya yang ia letakan di dekat lemari pakaian, Tuan Ji sama sekali tidak menanggapi pertanyaannya. Pria itu tetap fokus dengan pekerjaannya, sampai akhirnya Lisa berbaring di atas ranjang setelah selesai dengan rutinitasnya sebelum tidur.
"Kau tidak menyuruhku tidur di kamar tamu?" tanya Lisa, sudah melilit tubuhnya sendiri dengan selimut tebal yang hangat. Lengannya terulur, memeluk satu bantal empuk sembari menatap pria yang lagi-lagi larut dalam bacaannya. "Kau pasti sangat suka membaca," komentarnya.
"Kau bisa kembali ke rumahmu kalau sudah berani tidur sendirian," balas Jiyong. Kali ini pria itu menghentikan aktivitasnya, menoleh untuk melihat Lisa yang berbaring di sebelahnya. "Apa kau tahu kalau Tuan Kim juga menutup-nutupi kasus perselingkuhan boneka-bonekanya?" tanya Jiyong dan gadis yang ditanya menganggukan kepalanya. "Kau tahu siapa wanita simpanan yang terlibat? Istrinya sendiri."
"Ya?!"
"Istri Tuan Kim berselingkuh dengan Presiden periode sekarang," cerita Jiyong, membuat Lisa membulatkan matanya, juga mulutnya.
"Sungguh?" tanya Lisa, tidak percaya dengan apa yang Jiyong katakan.
"Menyenangkan membaca rahasia-rahasia orang lain," jawab Jiyong, yang selalu mengumpulkan informasi-informasi tentang calon rekan kerjanya. "Hm... Kebetulan sekali tadi asistenku melihat istri Tuan Kim menemui kekasihnya... Saat suaminya sedang bekerja bersamamu. Dia pasti berfikir suaminya sedang berselingkuh, karena itu dia juga berselingkuh dengan boneka suaminya," jawabnya, menunjukan foto pertama yang Daesung dapatkan saat ia sedang memastikan alamat rumah Tuan Kim sama seperti yang ia tulis di data dirinya.
"Kau juga melakukan ini padaku? Memata-mataiku sebelum memberiku pekerjaan di kasino?"
"Tentu saja."
"Berarti kau tahu kalau aku mencari ayahmu?"
"Tidak. Aku tahu kau menemui Tuan Kim, tapi aku pikir kau hanya sedang jadi gundiknya atau gundik bonekanya. Siapa yang menduga kalau wanita sepertimu bisa menjual koneksi tanpa menjual tubuhmu?"
"Wanita sepertiku? Seperti apa aku?" tanya Lisa, sengaja merangkak naik kemudian duduk di atas paha Tuan Ji. "Kau mau berkencan dengan wanita sepertiku?" lanjutnya, yang kemudian memeluk Tuan Ji, menciumi lehernya membuat pria itu melepaskan handphonenya, berhenti membaca semua berkas dan yang dikirim asistennya sore tadi.
Waktu berlalu dan di pukul tujuh Jiyong membuka matanya setelah beberapa jam terlelap. Hal pertama yang di lihatnya adalah lengan Mrs. Twig, yang melingkar nyaman di perutnya. Setelah beberapa ciuman, keduanya terlelap, berbagi ranjang, berbagi pelukan. Sebelumnya Tuan Ji tidak pernah tahu, kalau berbagi ranjang dengan seseorang ternyata tidak seburuk perkiraannya. Tidak semua orang punya kebiasaan buruk saat tidur dan untungnya Mrs. Twig adalah salah satu dari mereka. Tidur Tuan Ji tetap nyenyak, dengan atau tanpa Mrs. Twig, meski keberadaan wanita itu membuatnya merasa sedikit lebih senang daripada sebelumnya.
Begitu bangun, pria itu merubah posisi tidurnya, ia dekap tubuh gadis di sebelahnya, membuat tidur gadis itu perlahan-lahan terganggu. "Aku harus pergi kerja," bisik Jiyong, sembari mengusapkan wajahnya di ceruk leher lawan bicaranya. "Ada pelayan, ada penjaga, Somi juga akan datang kalau kau meneleponnya, kau aman dan tidak sendirian di sini, jadi lepaskan aku," susul pria itu, masih berada di posisinya.
"Kau yang harusnya melepaskanku," keluh Lisa, masih dengan mata terpejam. "Ngg- biarkan aku tidur," balas Lisa, justru mengeratkan pelukannya di perut Jiyong.
"Orang yang melihat ini akan berfikir kau pasti sangat mencintaiku. Cepat lepas," pinta Jiyong, kali ini ia sudah lebih dulu melepaskan ceruk leher Mrs. Twig dari wajahnya, ia juga mengendurkan dekapannya.
"Aku memang mencintaimu, sangat..."
"Kau hanya ingin membuat ayahmu marah dan berharap aku melupakan hutangmu. Tapi yang kedua tidak akan terjadi, jadi lepaskan aku sebelum kau terluka, sayang."
"Jangan memanggilku begitu, kecuali kau mau berkencan denganku," Mrs. Twig perlahan-lahan bangun. Dengan wajah dan gerak tubuhnya yang kelihatan super lelah gadis itu kemudian meringkuk di depan Jiyong. Ia tekuk tubuhnya sendiri, duduk, lalu membungkuk, merebahkan kepalanya ke atas sebuah bantal yang ia pangku. "Kemana kau akan pergi hari ini?" susulnya, masih dengan suaranya yang terdengar sangat mengantuk, sangat lelah.
"Bandara-"
"Kau akan meninggalkanku?!" kejut Lisa, yang langsung mengangkat kepalanya untuk melawan kantuk.
***
Tadi seminarnya lancarrrr.... Makasih semuanyaa~ semoga bisa sidang sama yudisium semester ini biar engga bayar lagi.... 🔥🔥🔥BTW MAS ANTO MILIKKUUU
KAMU SEDANG MEMBACA
Free Pass Seller
FanfictionIt's all for the benefits, why we pretend don't give a fuck? All behaviors only for benefits. Good or bad, who's care? Nobody. Don't mess up my scenario. In this cinema has no hero.