38

644 140 4
                                    

***

Malam tiba, Tuan Ji baru saja keluar dari ruang kerjanya setelah seharian bekerja di sana. Di ruang tengah, ia lihat Mrs. Twig, duduk membungkuk di sofa, sibuk melilit kakinya dengan sandal gladiator kemudian membuat simpul di ujungnya. Ia memakai sebuah mini dress tanpa lengan berwarna hitam, senada dengan sandalnya. Rambutnya yang panjang, ia biarkan tergerai tanpa hiasan apapun. Wajahnya sudah dipoles dengan riasan tegas yang membuatnya terlihat sedikit kejam, apalagi kalau seulas senyuman tidak ada di sana.

"Kau akan pergi ke suatu tempat?" tanya Tuan Ji.

"Kau menyuruhku bekerja," balasnya, meraih handphonenya kemudian melempar kunci mobilnya pada Jiyong. "Nice catch! Antar aku, oke?" pintanya Lisa setelah pria itu menangkap kunci yang ia lempar.

"Sebenarnya aku lelah," balas Jiyong yang tetap menyimpan kunci mobil itu di sakunya. "Panggil supir, aku akan ganti baju sebentar," susulnya, melangkah ke dalam kamar tidurnya.

Ia buka lemari pakaiannya, menggeser beberapa gaun milik Mrs. Twig yang ada di sana, memilih lalu mengganti pakaiannya. Sampai empat hari lalu Jiyong merasa sangat canggung di rumahnya sendiri. Empat tahun bukan waktu yang sebentar. Kini ada banyak pakaian, barang-barang sampai jejak-jejak Mrs. Twig di rumahnya. Rasanya seperti dia lah tamu di rumah itu, bukan Lisa. Namun kini pria itu sudah terbiasa. Ia sudah tahu dimana barang-barangnya berada, ia tahu mana yang boleh disentuhnya, mana barang yang lebih baik ia jauhi. Ia bahkan tidak lagi terkejut melihat setumpuk pembalut di sebelah tumpukan tissue kamar mandinya. Hanya dengan sekali lihat, ia tahu milik siapa barang-barang asing di rumahnya.

"Apa aku sudah bilang? Aku bersyukur kau tidak membuat rumahku berantakan seperti milikmu," ucap Jiyong, yang ingat dengan jelas bagaimana kotornya rumah Lisa sebelumnya.

"Itu karena ada Bibi Jung di sini," balas Lisa, berdiri di depan pintu kamar setelah ia selesai bersiap-siap. "Tanpanya, aku akan membuat tempat ini jadi penampungan sampah. Dia banyak mengomel setelah kau pergi. Dia memarahiku setiap kali aku meninggalkan pakaianku di lantai. Dia sama sekali tidak menghormatiku. Tapi memang tidak ada alasan untuk melakukannya, bukan aku yang membayar gajinya," oceh Lisa sementara Jiyong sibuk berpakaian di depan cermin. Ia ganti kemejanya dengan kemeja lain yang berwarna lebih gelap.

Selesai berganti pakaian, sebuah mobil sudah siap untuk mengantar mereka. Keduanya duduk di kursi belakang, duduk tenang setelah memberitahu sang supir tempat tujuan mereka. Jiyong bertanya siapa yang akan Lisa temui, namun gadis itu tidak bisa menyebutkan namanya. Lisa memanggilnya Bos, sebab gadis itu tidak tahu siapa namanya. Sembari menunggu mobil itu mengemudi sampai ke kelab tempat Bos berada, Tuan Ji mengulurkan tangannya, meraih jemari Lisa lantas menggenggamnya.

"Apa?" tanya Lisa, melihat tangannya yang digenggam, kemudian beralih melihat pria yang menggenggam tangannya.

"Tidak ada. Hanya ingin."

"Kau benar-benar menghamili seseorang di Moscow?"

"Hm... Dua tahun lalu."

"Lalu dimana anak itu sekarang? Kenapa kau tidak membawanya pulang?"

"Kau mau merawat anak yang bukan anakmu? Seorang profesional merawatnya."

"Tidak. Kenapa aku harus merawat anak yang- kenapa kau bertanya? Seperti kau ingin menikah denganku saja," komentar Lisa, membuat Jiyong hanya menyunggingkan seulas senyum tipisnya. "Sungguh? Kau ingin menikah denganku? Setelah menghamili wanita yang entah siapa? Berengsek sekali, sungguh..."

"Seburuk itu?"

"Kau masih bertanya? Wah... Luar biasa... Kau pernah mencintaiku? Kalau sulit menjawabnya, diantara aku dan uangmu, mana yang akan kau pilih?"

Free Pass SellerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang