25

678 145 1
                                    

***

"Aku datang karena putrimu ingin bertemu denganmu," ucap Jiyong, membekukan isi kepala Mrs. Twig. Matanya bertemu dengan mata Detektif Park— ayahnya.

Seolah waktu tiba-tiba berhenti, Lisa tidak bisa mendengar apapun. Baik suara Detektif Park, maupun suara Jiyong yang berdiri di sebelahnya. Langit serasa runtuh, tanah yang ia pijak pun seolah ingin menenggelamkannya.

"Lisa?" panggil Detektif Park, luar biasa kebingungan karena putrinya berada di sana. Lantas pria paruh baya itu menatap sinis pada Jiyong. Ia marah pada Tuan Ji yang membuat putrinya terkejut seperti itu. Ia marah pada Tuan Ji yang dengan mudahnya membongkar kenyataan yang telah ia kubur dalam-dalam. Detektif Park berharap ia benar-benar mati saat itu, hatinya hancur melihat raut datar putri di hadapannya.

"Siapa dia?" tanya Lisa, terdengar sangat tenang sembari menoleh menatap Jiyong yang masih ia gandeng lengannya. "Orang ini yang membunuh Lee Byunghun? Kenapa? Lee Byunghun mengganggu bisnisnya? Ku pikir ini bisnismu?"

"Dia ayahmu," balas Jiyong. "Dia membunuh Lee Byunghun karena aku memberitahunya kalau Lee Byunghun memperkosamu," ucapnya, setelah ia sedikit tersedak karena terkejut mendengar reaksi Lisa.

"Kau sudah gila? Ayahku sudah mati. Sudah lama, dia pasti jadi hantu kalau hidup lagi sekarang," balas Lisa, enggan mengakui kalau pria yang memiliki pondok itu adalah ayahnya.

"Wahh... Luar biasa-"

"Kenapa anda melakukannya? Tidak. Itu tidak penting sekarang. Apa bukti yang anda miliki tentang kasus korupsi Kepala Lee?" tanya Lisa, kepada ayahnya seolah pria itu adalah pria lain. Ia lepaskan tangannya dari lengan Jiyong, melihat sekeliling kemudian menunjuk sepasang sofa lusuh di sudut gudang. "Anda tidak akan mempersilahkan kami duduk? Ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan," santainya, melangkah tenang ke sofa lusuh itu kemudian duduk di sana dan mengeluarkan handphonenya.

Detektif Park menghampiri Lisa, tidak kuasa menahan rindu. Sang ayah hampir memeluk Mrs. Twig, hampir menyentuhnya namun wanita itu sudah lebih dulu menahan tangannya. "Apa yang bisa anda berikan untuk tidur denganku?" tanyanya, seolah ayahnya itu hanyalah seorang pria mesum yang ia temui di kasino.

Sang ayah menelan ludahnya sendiri. Ia melangkah mundur, menjauhi putrinya yang seolah sudah benar-benar melupakannya. "Mrs. Twig, kau benar-benar tidak mengenali ayahmu sendiri?" tanya Jiyong penasaran, sengaja mengambil duduk di antara Lisa juga ayahnya, mencegah kerusakan yang mungkin terjadi.

"Bagaimana mungkin aku tidak mengenalinya? Justru karena aku mengenalinya, dia bukan ayahku," tegasnya pada Jiyong. "Tuan, maaf mungkin temanku ini sedikit sakit, jadi dia terus mengatakan omong kosong. Bagaimana kalau kita langsung berbisnis saja? Ada pemakaman yang harus aku kunjungi malam ini," susulnya, berbicara pada ayahnya sendiri seolah ia tidak mengenalinya.

Perasaan ditipu membuat Lisa tidak sudi mengakui pria itu sebagai ayahnya. Ayahnya sudah meninggal. Ayahnya tidak akan pernah hidup lagi— yakin gadis itu. Tanpa menunggu respon dari lawan bicaranya, gadis itu menunjukan sebuah foto dimana Kepala Kepolisian menerima suap dari seorang konglomerat. "Aku ingin menukar bukti yang anda miliki dengan milikku," ucap Mrs. Twig. "Aku tidak tahu darimana anda mendapat bukti korupsi Kepala Kepolisian Lee, tapi aku yakin ada fotoku diantara semua bukti itu," susulnya, kali ini sembari menatap Jiyong yang duduk di sebelahnya— pasti Tuan Ji yang memberikan bukti korupsinya, yakin Lisa.

"Kau sama sekali tidak peduli bagaimana nasib Lee Byunghun dan keluarganya, kau hanya takut fotomu ada diantara bukti-bukti itu?" tanya Jiyong, menyimpulkan ucapan Lisa selama beberapa detik terakhir. Sedang Detektif Park hanya mampu menatap putrinya tanpa berkata-kata. Rasa sedih juga rasa bersalah yang luar biasa menenggelamkan semua kata-kata yang harusnya ia keluarkan. "Benar-benar luar biasa, Lisa, kau hanya peduli pada dirimu sendiri, kau hanya ingin melindungi dirimu sendiri," komentarnya kemudian.

"Tentu saja aku harus melindungi diriku sendiri, karena tidak ada seorang pun yang bisa melakukannya," balas Lisa. Ia tatap ayahnya, menunggu reaksi pria itu, berharap pria itu akan mengatakan sesuatu namun yang bisa Detektif Park lakukan hanya membisu. Tidak ada pembelaan yang bisa ia katakan. Tidak ada kata yang bisa ia lontarkan. Tidak ada sedikit pun rasa percaya diri untuk meminta maaf setelah menipu putrinya sendiri. "Ku rasa anda butuh waktu untuk berfikir, Tuan. Aku hanya ingin anda menukar bukti korupsinya dengan milikku, Lee Byunghun tetap akan jadi seorang polisi korup seperti yang anda inginkan. Tapi kalau anda butuh hal lainnya selain bukti yang aku miliki, anda bisa menghubungiku lewat Tuan Ji," pesannya, yang selanjutnya berdiri, berpamitan dan mengatakan kalau ia harus pergi menghadiri upacara pemakaman Lee Byunghun.

Lebih dulu Lisa pergi ke mobil Jiyong. Ia tinggalkan Tuan Ji yang masih duduk, bersandar di sofa bersama pemilik gudang itu. Rasa mual menghampiri Lisa begitu ia duduk di kursi belakang mobil Tuan Ji. Seolah ada bangkai busuk di sana, Lisa terus mual, muntah seolah ada banyak isi perut yang ingin ia keluarkan namun sayangnya tidak ada setetes pun air yang keluar dari mulutnya. Mrs. Twig rasakan sakit yang luar biasa menusuk di perutnya, juga di dadanya. Ia tekan perutnya kuat-kuat, ia pukul dadanya sendiri. Berharap dengan begitu rasa sesak akan hilang dari tubuhnya.

Sedang di dalam gudang, Tuan Ji tersenyum pada pria yang duduk di hadapannya. Kepada pria yang masih membeku seolah ada penyihir jahat yang baru saja mengutuknya jadi batu. "Bagaimana rasanya? Bertemu langsung dengan putrimu?" tanya Jiyong. "Kau tahu kan kalau dia tidak benar-benar melupakanmu?" susulnya penasaran.

"Kenapa kau membawanya ke sini?!" sinis Detektif Park, menahan dirinya agar tidak berteriak kemudian didengar Lisa.

"Dia terus mendesakku, dia penasaran siapa yang membunuh Lee Byunghun, dia sangat mengganggu saat menginginkan sesuatu jadi aku terpaksa membawanya ke sini," bohong Jiyong. "Tapi kau sedikit mengecewakan. Aku pikir kau akan berlutut dan meminta maaf padanya. Sudah berapa tahun kau membohonginya? Dia pasti sangat kecewa," oceh Jiyong yang akhirnya bangkit dari duduknya. "Dia sudah menungguku, aku pergi dulu. Kau tahu dimana dia tinggal kan? Kau bisa menemuinya di sana kalau sudah siap berlutut," ledek Jiyong sembari melangkah meninggalkan Detektif Park.

Tidak cukup melukai Lisa dengan kebohongannya, Detektif Park yang marah karena Jiyong membawa Lisa ke sana memutuskan untuk memuntahkan sebuah peluru kosong. Dari dalam gudang senjata itu, terdengar suara ledakan. Membuat Lisa berhenti bergerak, membeku dengan semua ingatan yang menghantam kepalanya. Di mulai dari traumanya semasa sekolah menengah, sampai rasa terkejut juga marahnya karena melihat ayahnya masih hidup. Tidak sanggup mengatasi semua ingatan itu, perlahan pengelihatannya kabur, jadi buram dan semakin buram kemudian menghitam, gelap tanpa setitik pun cahaya.

***

Free Pass SellerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang