8

795 147 2
                                    

***

Lisa merayakan kemenangan pertamanya dengan mentraktir semua orang di sana segelas koktail. Selain Lisa dan Kepala Kepolisian yang menolak memberikan semua chipsnya tadi, semua orang sibuk mendapatkan chips baru. Para pelayan dengan rompi yang melayani penukaran chips itu.

Beberapa menit berlalu dan pintu ruang VIP itu terbuka. Tuan Ji yang mengundang mereka semua yang datang, bersama dengan pelayan-pelayan yang membawa masing-masing satu nampan chips. "Wah... Apa aku sudah tertinggal beberapa putaran?" santai Tuan Ji, yang datang dengan celana jeans dan kemeja hitamnya. Terlihat santai terlebih dengan beberapa kancing kemeja yang dibiarkan terbuka.

"Tidak, ini baru putaran pertama. Tamumu sangat menyukai all in," balas Seunghyun.

"Ah? Begitu?" ucap Jiyong. "Halo, Mrs. Twig, aku baru tahu kalau namamu Mrs. Twig, lama tidak bertemu-"

"Aku bertemu denganmu kemarin malam," potong Lisa, berdiri dari kursinya, mempersilahkan Jiyong duduk di kursinya.

"Ya? Dimana?"

"Mimpiku. Setiap malam sejak kejadian waktu itu."

"Ah... Berarti itu bukan mimpi indah. Sayang sekali," ucap Jiyong menanggapi.

"Hm... Aku ke toilet sebentar," pamit Lisa yang dengan jantung berdegup kencang, melangkah melewati Jiyong keluar dari ruang VIP itu.

Tentu ada banyak pertanyaan di sana. Semua orang menatap Jiyong, meminta jawaban tanpa membuka mulut mereka. Membuat Jiyong langsung mengatakan apa yang terjadi di sana, "aku bertemu dengannya saat ada penembakan di Columbia High School. Dia siswi di sana dan aku tamu yang kebetulan datang di hari penembakan itu. Aku senang bertemu teman lama, tapi sepertinya melihatku membuatnya mengingat kembali kejadian mengerikan itu," kata Jiyong menjawab rasa penasaran tamu-tamunya.

"Sebelumnya Mrs. Twig pikir Tuan Ji itu pria tua buncit yang wajahnya sudah keriput. Dia pasti kecewa sekarang," canda Seunghyun. "Ayo mulai bermain, biar dia ikut putaran selanjutnya. Aku sudah menghabiskan banyak uang di permainan pertama," susulnya.

Lama Lisa duduk di toilet. Tanpa bisa berkata-kata, gadis itu menekan dadanya kuat-kuat. Jantungnya berdebar sangat keras, tangannya mulai berkeringat, meski sudah berkali-kali ia usapkan ke gaunnya. Kini, berbagai ingatan tumpang tindih di kepalanya. Dalam mimpinya, Tuan Ji adalah orang yang menyelamatkannya, namun begitu melihat wajah itu lagi, Lisa ingat kalau Tuan Ji lah yang memegang senjata. 

Lisa kembali ke ruang VIP tadi. Ia dorong pintunya, melangkah masuk mendekati meja judi di sana lantas menatap semua orang yang menoleh ke arahnya. Nyonya Kim dan Victoria terlihat penasaran, sedang tiga pria lainnya kelihatan tidak peduli. "Tuan Ji? Bisa kita bicara sebentar? Di luar," ajak Lisa, setelah ia berdiri tepat di belakang Jiyong. Pria itu memakai kursinya malam ini.

"Tunggu sebentar, biarkan aku menyelesaikan satu putaran," jawab Jiyong, masih memegangi kartunya, memperhatikan lawan-lawannya yang lain. "Menurutmu, Mrs. Twig, apa all in akan berhasil?" susul Jiyong, mengajak Lisa yang baru saja menenggak minumannya untuk bicara. Pria itu sedikit menunjukan kartunya pada Lisa. Hanya pada Lisa.

"Hm... Entahlah. Aku tidak bisa menjawabnya. Aku tidak tahu kartu milik yang lainnya," jawab Lisa, dengan alasan paling masuk akal yang ada di kepalanya. Bagaimana Lisa tahu situasi mereka di sana, ia bahkan tidak ada di sana untuk menghitung berapa kali kartunya dikocok.

"Jawaban yang menarik," gumam Jiyong selanjutnya. Ia lanjutkan permainannya sampai Seunghyun yang memenangkan putaran itu.

Kemudian, Jiyong mengajak Lisa untuk keluar dari ruang VIP itu. Keduanya berdiri di lorong, Lisa mengepalkan kedua tangannya sedang Jiyong menyimpan tangannya di dalam saku celananya. "Aku tidak akan berbasa-basi, kenapa anda memintaku datang ke sini, Tuan Ji?" tanya Lisa setelah dua kali ia membuang nafasnya.

Free Pass SellerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang