50- Yura?

203 12 3
                                    

Sebentar lagi ASLAN tamat! Yeay!

Tapi masih belum rela juga kalau tamat huhu

Semoga kalian suka sama part kali ini ya!

Selamat membaca!

***

Hidup itu berjalan tidak selalu mulus.

Tiga tahun lalu...

"KAK BANGUN INI UDAH SIANG!" Aslan membuka matanya perlahan ketika mendengar teriakan cempreng dari seorang gadis kecil.

"Lima menit lagi,"

Gadis itu menjewer telinga kakaknya kuat hingga Aslan terpaksa bangun karena kesakitan. "AYO BURUAN MANDI!"

"Ck! Iya-iya!" Aslan langsung bangkit dari kasurnya dan segera pergi mandi. Lima menit kemudian, ia sudah terlihat bersih dengan secepat mungkin memakai seragam sekolahnya.

"Nah, gini kan enak di lihat. Ayo kita berangkat!" Sang adik menarik tangan Aslan untuk keluar rumah.

"Alin, pelan-pelan aja..." tegur Aslan.

"PELAN-PELAN? SEBENTAR LAGI PAGAR DI TUTUP KAK ASLAN!" Kesal Alin.

Aslan hanya menggeleng pelan, ia menyiapkan sepedanya lalu menyuruh adiknya itu untuk duduk di bangku belakang. Alin langsung menuruti perintah Aslan.

Ini lah yang mereka lakukan setiap pagi, kedua bersaudara itu selalu berangkat ke sekolah bersama-sama. Jika ada yang bertanya mengapa Aslan tidak memakai motor, itu karena Alin lebih suka berangkat bareng naik sepeda. Biar bisa liat pemandangan sekitar. Ya sebagai kakak yang baik Aslan mengikuti permintaan Alin.

"Sekolahnya gimana?" Tanya Aslan seraya mengayuh pedal sepeda.

"Hmm baik kok! Teman-teman Alin baik semua," jawab Alin.

"Mereka tau kalau kamu adekku?"

Alin menggeleng. "Nggak, gak ada yang tau kalau kita saudaraan"

Aslan hanya membulatkan mulutnya saja, ia tidak terlalu memusingkan hal itu.

"Aku denger, kakak ada naksir cewek ya?" Tanya Alin dengan wajah yang bersembunyi di punggung kakaknya.

"Oh, gak. Cuman temen" Aslan diam-diam tersenyum.

Alin mencubit pelan pinggang Aslan. "Alahh, bohong banget! Kenalin dongg, ya ya ya!"

"Temen doang elahh"

"AAAA KENALIN DONGGGG"

"Gak."

"Ih nyebelin!" Alin memasang wajah cemberutnya. Sementara Aslan hanya tertawa kecil melihat adiknya itu kesal.

Akhirnya keduanya pun diam sampai tidak terasa mereka sudah sampai di samping sekolah.

Alin pun turun lalu tersenyum ceria. "Aku duluan ya!"

Aslan hanya mengangguk. "Iyaa"

"Oh iya! Sebentar," Alin mengambil sesuatu di dalam tasnya dan mengeluarkan sebuah kotak bekal berwarna biru kepada sang kakak. "Nih, tadi kan gak sempet sarapan jadi aku buatin nasi goreng"

"Ah iya, lupa sarapan tadi, makasih ya" Aslan menerima bekal itu dengan senang hati.

"Gak sekalian aja ikut aku ke depan sekolah?"

"Gak usah, aku gak mau orang-orang tau kalau kita jalan bareng" tolak Alin seperti biasa. Terkadang Aslan heran mengapa adiknya itu tidak mau anak-anak sekolah tau bahwa mereka itu bersaudara, sangat aneh bukan? Namun Aslan berpikir lagi, mungkin bagi Alin hubungan persaudaraan mereka ini merupakan privasi, dan ia menghargai itu.

ASLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang