60- Harus

203 13 10
                                    

Hey hey hey!

Aku up nya telat lagi ya? Maaf banget huhuu aku lagi banyak pikiran. Terus juga sibuk satu minggu ini.

Kabar kalian gimana?

Gak kerasa ya bentar lagi Aslan tamat. Perasaan aku baru aja mulai nulis itu kemarin huhu.

Seneng gak Aslan mau tamat? Seneng dong pastinya.

Ya udah deh, ga usah lama-lama. Sebelum baca jangan lupa di vote dan juga sertakan komentar kalian biar aku semakin semangat berkarya🙏 karena dengan itu semua udah buat aku seneng banget deh!💗

Selamat membaca! 🥳🔥

***

Di sinilah mereka, di ruang kepala sekolah. Aslan dan Gilang duduk dengan rapi. Menghadap orang yang sangat di hormati di sekolah ini. Yang tak lain adalah kepala sekolah sendiri.

"Saya mohon maaf jika saya menganggu Bapak... Tapi saya mau Bapak kabulkan satu permohonan saya" ujar Aslan kepada Pak Rahmat, selaku kepala sekolah.

"Maksud kamu apa, nak?" Tanya pria paruh baya itu kebingungan.

Aslan menegakkan badannya dan memasang wajah serius. "Seperti yang kita tau... Barusan aja sekolah kita hampir terbakar hangus kalau pemadam gak datang secepat mungkin. Bahkan nyawa Gilang dan saya sempat terancam. Belum lagi sama kasus Linda, Visha, dan Kim yang muncul begitu aja. Ini bukan sebuah kebetulan, pak" tuturnya panjang lebar.

Pak Rahmat memajukan dirinya, menatap Aslan serius. "Jadi maksud kamu, semua ini sudah di rencanakan? Tapi kalau boleh jujur, pemikiran saya juga sama seperti kamu, nak. Ini tidak mungkin sebuah kebetulan"

"Selain bukan sebuah kebetulan, ada satu orang yang saya curigai. Yang kemungkinan besar dia ada di balik semua ini,"

"Siapa, Aslan? Kenapa kamu curiga sama dia?"

"Untuk sekarang, saya gak mau sembarang sebut nama orang. Karena kita masih belum punya bukti yang kuat kalau dia benar-benar pelakunya. Sebenarnya, dia juga yang sudah buat nyawa Gilang terancam. Dia dorong Gilang, dan bakar gedung B yang ternyata sudah ada minyak gas yang dia tumpah sehingga kobaran apinya besar dan cepat menyebar."

"Kalau bapak boleh tau, apa dia salah satu murid di sekolah ini?"

Aslan mengiyakan pertanda tebakan kepala sekolahnya itu benar. "Dia pintar buat strategi. Sebenarnya kalau kita mau laporkan dia sekarang dengan Gilang jadi saksi bisa. Tapi mungkin bakal susah, pak. Bisa aja kalau dia juga penyebab Visha sama Kim hilang, dia bakal jadikan mereka dua sandera atau segala macam. Kita gak tau rencananya apa,"

"Dengan ada kejadian barusan, dia langsung pergi. Dan kemungkinan besar dalam waktu dekat dia bakal masuk ke sekolah, dan menjalankan aktivitasnya seperti biasa biar gak ada yang curiga," tambah Gilang.

Pak Rahmat mengusap dagunya berpikir. Jujur saja, ia sangat pusing dengan tiga kasus yang muncul dalam sekejap. Bahkan tentang kasus Linda saja ia belum selesai mengurusnya dan membersihkan nama sekolah lagi. Belum lagi Visha dan Kim hilang hingga ia di protes oleh para orang tua murid.

"Jadi? Sebenarnya apa yang mau kalian rencanakan?" Tanya pak Rahmat.

Aslan berdehem. "Cukup satu aja pak, ubah situasi."

"Maksudnya bagaimana?"

"Mulai besok, seluruh warga di sekolah harus terlibat. Dengan pelaku dorong Gilang dari atas rooftop, dan gedung yang terbakar memungkinkan Gilang gak bisa di selamatkan. Saya yakin dia bakal berpikir begitu, dan pastinya dia bakal ngira kalau nyawa Gilang gak terselamatkan, karena mustahil bisa selamat. Jadi saya mau besok situasinya di ubah seolah-olah satu sekolah sedang di landa kesedihan. Cukup itu aja"

ASLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang