07

2.5K 86 0
                                    

Bukan bulan namanya jika munculnya di siang hari, bukan matahari namanya jika munculnya di malam hari, bukan pula dia menjadi takdirmu jika dia melewatimu , ingat kandungan surah Yasin ? ......* El - Zarah

•••
Malam semakin larut , keheningan menyelimuti dua orang berbeda jenis itu.
Satu fokus menyetir dan satu yang lain sibuk menerkah apa yang akan terjadi.

" Zarah harap mas gak akan ngomong apa apa ke Abi, dan Zarah juga minta mas rahasiakan perkara hari ini " suara Ara mengalun bebas, bersama dengan angin malam.

" Hmmm " ujar El

Sesampainya di depan gerbang Zarah memutuskan untuk turun terlebih dahulu.

" Mas mau mampir ?" Tawar Ara

" Besok saja, dan kita bicarakan lagi "

Selebihnya Ara hanya menyanggupi, bukankah perkataan yang terlontar tidak akan bisa di tarik kembali.

Langkah kaki Ara memasuki mansion nya, ia di sambut dengan kehangatan sebuah keluarga tanpa dirinya, ingat tanpa dirinya.

Bulir air mata berlomba ingin keluar dari pelupuk matanya. Namun yang bisa Ara lakukan adalah bersembunyi di balik tembok itu.

Hasbunaallah wanikmal wakil

Hasbunaallah wanikmal wakil

Hasbunaallah wanikmal wakil

Lafadz dzikir kian Ara langitkan ,begitu pedinya melihat abinya tertawa dengan orang lain , bukan umanya.

Mencoba kuat Ara mengucapkan salam.

Lalu keheningan pun tak dapat terelakkan.

" Ara sini sayang " ujar suara wanita , yang sialnya membuat Ara semakin menangis pilu dalam diamnya.

lalu tangan Ara menjabat uluran tangan wanita itu,

" Ara pasti lelah kan , pasti sibuk banget sekolahnya, Uma sudah siapkan makan malam " kata wanita itu kembali.

Lalu pandangan Ara terarah pada abinya, dan abinya hanya memberi senyuman dan anggukan kepala,

Ya Allah Ara gak kuat

Hanya anggukan yang Ara berikan, lalu ia segera menuruti permintaan wanita itu.

Kakinya melangkah mendekati meja, lalu di bukalah tudung makan itu, runtuh sudah pertahanan Ara , air matanya luruh, lalu Ara duduk dan mencicipi masakan itu.

Opor ayam , makanan favoritnya , makanan yang selalu umanya masak , air matanya semakin deras, bahunya berguncang, bibirnya sudah bergetar.

" Uma.."

Sakit di dadanya begitu menyesakkan, tangannya tak mampu untuk meneruskan , sendok terjatuh, tangannya tak sanggup.

Lalu Ara beranjak dan berlalu ke kamarnya.
Pagi hari nampak begitu indah hari ini, namun tidak dengan perasaan Ara ia menuruni setapak demi setapak anak tangga, lalu langkah kakinya terhenti kala ia melihat sepasang kaki lain bertapak di hadapannya hanya terpisah 3 buah anak tangga, lalu tanpa sadar Ara mendongakkan kepala.

" Zar kamu sudah mau berangkat, biar kakak aja ya yang nganter kamu "

Ya orang itu adalah Adam

" Gak perlu kok kak, aku sudah di jemput oleh temen aku, dan itu sudah menjadi kebiasaan " tak lupa senyum terpaksa Ara selipkan.

" Baiklah, jaga diri baik baik, nanti kalau butuh sesuatu bisa hubungi aku " ujar Adam.

Tak luput pandangan dari abinya , ia bersyukur karna Ara mampu menerima kehangatan keluar barunya.

El-Zarah  [Completed ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang