39

1.3K 41 0
                                    

Perlahan tapi pasti engkau akan menemui
Sebuah batas takdir itu sendiri.
Tidak, bukan menemui lebih tepatnya
Menjalani.

Kutipan el-zarah

••••

Dinar terus memaki dirinya. Atas kejadian memalukan hari ini tidak lebih tepatnya siang tadi.
Kini rembulan malam telah bersinar tepat ditengah-tengah atas kepala.
Menandakan waktu yang sebenarnya sudah larut.
Pandangannya mulai mengembun.
"Tuhan, beginikan takdirku?"
Langkahnya mulai mendekati batas tebing.
Air laut yang tenang kini ada di hadapannya.
Angin malam tak membuatnya kedinginan.
"Aku ingin mati, apa boleh?" Tanyanya.

Jujur saja berada dalam tekanan ayahnya membuatnya tak bahagia. Ia makin menderita. Nyatanya dirinya tetap menjadi gadis yang lemah.
"Aku gak mau disini." Ujarnya lirih
Kilasan memori kehidupannya mulai terekam jelas di benaknya. Kilasan masa lalu yang sempat terlupakan kini terkuak kembali.
Luka yang kering kini terbuka kembali.
Tangannya bergetar. Kakinya lemas tak berdaya.
Dinar terduduk di pinggir batas tebing.
Tidak ada suara hanya kekehan yang ada.
Kepalanya berdenyut, ia tak sekuat itu. Dirinya lemah. Jika saja tidak ada ibunya mungkin mati adalah pilihannya.
Dinar berteriak di tengah sunyinya malam.
Ingatan nya kembali pada sosok ayahnya yang dengan teganya menamparnya.

"Dasar bodoh. Sudah berapa kali saya bilang curi berkas penting itu."  Teriakan itu yang selalu Dinar dengar. Bodoh! Bodoh! Dan bodoh?.

"Untuk apa? Lagi pula terlalu sulit. Meeting tadi begitu cepat terjadi." Jawab Dinar santai.

"Kamu kan bisa memanfaatkan waktu ketika kamu masih berpelukan. Jangan salah putriku. Saya tahu atas apa yang terjadi dengan mu." Kekeh Hariyanto

"Ohh ya, lalu kenapa anda masih setenang ini. Bukankah anda tahu putri ana ini telah berkhianat." Ujar Dinar mendingin. "Oh ya satu lagi, bukankah anda tahu juga apa jawaban El? Nyatanya orang yang saya cinta tidak akan pernah mau di perbudak oleh anda." Tekan Dinar
Kali ini ia harus lebih berani menghadapi si tua Bangka ini.

"Hahahaha, bedebah." Setelah mengucapkan itu tak tanggung-tanggung Hariyanto menampar pipi mulus Dinar. Tak sampai disana Dinar di banting bagaikan barang.
Dinar tidak sempat menghindar. Tubuhnya kaku, baru kali ini dia mendapat kekerasan setelah kasus pemerkosaan yang menimpanya dulu.
Dinar memandang tajam ayahnya.
"Ohh jadi ini cara anda?. Tenang saya sudah pernah melewati ini sebelum nya. Jika anda ingin nyawa saya maka saya siap." Ucapan Dinar itu membuat Hariyanto melepaskan dirinya.
Dinar mencoba berdiri. Sakit di tubuhnya seakan tidak bisa dia rasakan. Hatinya kini lebih sakit.
Ayahnya Setega ini padanya.
Bagaimana dengan ibunya dulu?

Mengingat itu semua membuat Dinar kembali berdiri. Tangannya ia rapatkan ke dadanya. Air matanya kembali menetes. Tapi tak urung. Dinar melangkah kedepan.
Ia tidak merasakan pijakan lagi.
Kini dirinya mungkin sudah terjun bebas dari tebing.
Senyum nya perlahan terbit dari bibirnya yang terluka.
Tapi sedetik kemudian mata itu terbuka.
Karena merasakan sentakan secara tiba-tiba.
"Nona, jangan seperti ini." Suara itu membuat Dinar menoleh.
"Siapa?" Tanya Dinar
"Saya suruhan bapak nona. Saya mohon jangan seperti tadi. Saya tidak tahu jika saja saya telat satu menit. Mungkin nona sudah tak bernyawa."
"Sejak kapan?"
"...."
"Sejak kapan kamu membuntuti saya.."  tegas Dinar
"Sudah lama nona, mungkin sejak nona ditugaskan untuk kerja." Ujar pria yang tak dikenali Dinar itu.
Dinar pun terkekeh.
"Berarti kamu yang membocorkan segala aktifitas saya?"  Dinar melangkah mendekati orang tersebut.
"Bagaimana rasanya membuat hidup saya hancur?", Tanya Dinar lagi.
Pria itu tak menjawab. Hanya menatap datar anak atasannya itu.
"Terkadang kita harus menjadi antagonisnya nona, agar hidup kita tenang."
"Hahahhaha siapa emangnya yang menyakiti kamu. Bukankah orang yang menyakiti kamu tidak semuanya?. Termasuk saya dan juga teman saya." Ucap Dinar dengan tawanya.
"Sudah cukup jangan mau diperbudak tua Bangka itu. Asal kamu tahu dia adalah laki-laki terburuk yang pernah saya temui."
Entah mengapa kedekatan keduanya pun terjadi.
Malam itu takdir kembali memainkan perannya.
Ia menghadirkan seseorang untuk hidup Dinar. Meski sebagai pendengar.

El-Zarah  [Completed ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang