15

2.4K 65 0
                                    

Tamu itu memang raja, namun kamu harus memikirkan perasaan penghuni rumahmu juga. Tamu itu memanglah harus di sambut, buka lah pintu, namun jangan hati....

•••

Karna jika sudah hati yang bermain
Sekalipun orang yang bertahtah ia bisa apa?
El-Zarah

•••

Helaan nafas terdengar, netra itu tidak pernah lepas dari jendela, tangan cantiknya memegang kopi yang hangatnya terasa. Terbukti dari asap yang masih mengepul. Hujan yang turun begitu deras, dingin merayap, namun sepertinya gadis itu masih enggan menikmati suasa itu.

" Umma" bibir mungilnya berulang kali menyebutkan kata itu.

Tangannya terangkat untuk menengadahkan, tangannya menahan air hujan, senyuman terbit di bibir indahnya.

" Ihh layangan Dodi, siniin Laya" Ara mengalihkan pandangannya sejenak ke Ara samping,ia melihat dua anak tengah bermain di tengah hujan.

" Umma, Ara basah ihhh"

" Ara ndk mau ngaji boleh ya " cicit Ara

" Ngaji itu kewajiban sayang, kan nanti Ara jadi tahu" ujar Farah

" Ya tapi kan hujan, Abi juga gak pulang, Abi pulangnya kapan".

" Sayang sabar ya Abi kan lagi nugas" Farah mencoba untuk memberi pengertian untuk Ara

Mungkin saja jika Ara kecil dulu ia akan mengangguk, ia akan kembali semangat untuk berangkat untuk mengaji. Lalu Ara kecil akan membiarkan umanya berharap dalam bayang semu, Ara kecil akan meninggalkan umanya yang akan menangis sendirian.

Lalu setelah bertanya umanya akan menjawab " ahh sepertinya Uma kena bawang sayang " ya sesimpel itu namun Ara mengingat nya.

Ara mengusap air matanya, dadanya sesak mengingat hal itu. Ia terlalu naif mengatakan ia ikhlas abinya menikah lagi.

Ara memutuskan untuk menutup jendela ia melihat jam dinding sudah jam ennam sore. Namun El belum juga pulang.

Ara mengambil hpnya lalu menghubungi El, namun hanya suara operator yang terdengar, Ara mendengus dan melempar hp itu asal.

Moodnya tiba tiba memburuk, ia akhirnya meninggalkan ruang tamu dan berlari ke kamarnya.

•••
Sayup - sayup Ara mendengar suara orang mengaji, Ara membuka matanya. Ara terbangun dari tidurnya dan ia melihat El sedangan mengaji. Ia memperhatikan jam loker, jam dua.

Ara lantas turun dan mengambil wudu. Lalu Ara mulai mengambil sajadah dan mukena.

" Sudah siap ?" Tanya El.

Ara hanya mengangguk. Lalu keduanya solat malam, kebiasaan El dan Ara sejak menikah adalah solat tahajjud sudah bukan hal yang baru bagi Ara. Dan El pun bersyukur ternyata Ara termasuk perempuan yang gampang di atur.

" Mas tadi kemana?" Tanya Ara

Setelah solat tahajud selesai Ara dan El memang tidak tidur.Mereka menunggu adzan subuh.

" Sedikit masalah dengan klien" ujar El.

" Mas, udah makan? Kenapa mas gak bangunin Ara, padahal kalau mas bangunin Ara, Ara bisa masakin mas masakan yang baru lagi" bingung Ara.

" Gak papa, saya tadi makan ya walaupun dingin tapi saya akui masakan kamu enak" ungkap El.

Ara tersenyum mendapat pujian dari suaminya, terkesan sederhana namun di hati Ara itu sudah lebih dari bahagia.

El-Zarah  [Completed ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang