50. Ending

4K 68 10
                                    

Hidup itu adalah perjalanan.
disetiap perjalanan nya ada cerita
Yang terukir indah
Ada pula cerita yang sebenarnya
Ingin kita menghapusnya.

•kutipan El-zarah

•••

Gerimis di sore hari membuat senang seorang anak berumur 5 tahun itu. Mereka asik berlarian kesana kemari.

"ZAYYAN, CANTIKA. SEBENTAR LAGI HUJAN, AYO MASUK NAK." di kejauhan Ara memanggil putranya yang sedang asyik bermain itu.

Ara berjalan dengan hati-hati tangannya membawa payung tangannya memegang perutnya yang kini sudah membuncit.
"Ayo sayang masuk, sudah mau hujan loh." Ujar Ara ketika mendekati kedua bocah itu.

"Ummi Ayyan masih mau main." Ucapnya cadel

"Iya tapi mainnya di dalam aja ya." Ucap Ara lagi

"Ayo zayyan, Cantika setuju kalau pindah tempat main." Ucap Cantika...

Cantika memang pintar, di usinya sekarang lidahnya sudah mampu melafalkan kata. Berbeda dengan zayyan masih cadel di beberapa huruf.

"Tuhh cantika aja mau kedalam sama umi, zayyan emang gak mau ikut umi?" Tanya Ara lagi. Tentu saja hal itu membuat gelengan di kepala zayyan.

"Ayyan... Mau ikut Mimi." Ucapnya cadel

Dengan gemas Ara mencium putranya itu, ia kemudian melirik Cantika yang masih asik memperhatikan mereka. Ia kemudian mencium Cantikan juga.

Akhirnya mereka masuk kedalam, benar saja. Setelah nya hujan turun dengan derasnya.
Bahkan terlihat angin mulai berembus, menambah kesan klasik di sore hari.

Ara duduk dengan tenang mengambil mushaf lalu membacanya. Sedangkan kedua bocah itu masih asik bermain dengan mainan yang kini nampaknya sudah berantakan di lantai.

Sesekali Ara akan melihat ke arah zayyan dan Cantika. Ia kemudian tersenyum ketika tangannya menyentuh perut buncitnya. Banyak hal yang terjadi selama 5 tahun terakhir, padahal dulu dirinya hampir kehilangan anak pertamanya dan juga rahimnya. Tapi takdir ternyata memberi jawaban lain, bahkan dirinya kini hamil lagi, usia kandungan nya saja sudah 9 bulan.

Yang tidak di sangka-sangkah adalah nasib temannya Ayu. Netranya menatap Cantika, putri dari temannya yang kini sudah tumbuh menjadi anak yang sangat menggemaskan.
Tak hanya cantik, tapi cantika juga anak yang cerdas. Diusianya yang baru 5 tahun ia sudah pandai bicara, membaca, bahkan tulisan nya juga bagus. Pertumbuhan nya sangat cepat.

Tapi Cantika harus kehilangan ibunya di umur 3 tahun, tak sadar Ara meneteskan air matanya.
Ia kemudian mendekati kedua anak itu.
Ia duduk, di dekat mereka.

"Cantika sini sayang..." Ujar Ara

Cantika mendekat "ada apa Tante." Ucapnya dengan suara yang lantang. Ara kemudian mengusap pelan kepala Cantika.

"Cantika nanti di jemput siapa? Nenek atau papa?" Tanya Ara

"Cantika di jemput nenek Tan. Papa soalnya sibuk kerja." Ucapnya tenang.

Tapi tidak bisa di pungkiri Ara tetap tidak bisa menyembunyikan perasaan sedihnya. Di dekapnya Cantika dengan penuh kasih sayang.

Flashback....
Seruan takbir begitu bergema di salah satu masjid di ibu kota itu.
Pasalnya hari ini ada pendakwa kondang yang menjadi pengisiannya. Yang di selenggarakan oleh komunitas 'yuk Bareng'  itu.
Ustad Hanan Attaki yang menjadi pengisiannya.
Tentu saja masjid itu di hadiri oleh kaum remaja.

El-Zarah  [Completed ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang