42

1.3K 43 1
                                    

Cobaan menerpa tanda cinta Allah pada
Makhluk-nya..
Bukankah manusia harus merasakan sakit
Terlebih dahulu baru mengingat-Nya
Bukankah manusia harus di sulitkan dulu
Untuk kembali mengeluh terhadap-Nya

•Kutipan El-Zarah

•••
Selepas solat subuh Ara langsung ke dapur. Ia mulai mengeluarkan bahan makanan. Tapi tak lama kemudian suara pintu terketuk dari luar sana.
Siapa yang berkunjung pagi buta seperti ini? Batin Ara
Namun Ara tatap melangkah membuka pintu itu.
"Assalamualaikum mohon maaf nyonya. Saya asisten baru nyonya atas perintah umi Halimah." Ara pun melotot seketika.
"Waalaikumsalam, ohh ya Bu mari masuk." Ujar Ara seramah mungkin.
"Ibu sudah kenal umi ya?" Tanya Ara di sela kegiatannya yaitu mengupas bawang
"Iya non, saya dulu kerjanya di rumah beliau. Tapi semenjak anaknya pinda ke luar kota, saya sudah berhenti." Ujar Bu Nanik selaku asisten baru Ara
"Maksudnya suami saya ya Bu, dia dulu kuliah nya di luar negri." Ucap Ara
Bu Nanik hanya mengangguk

Keduanya mulai memasak
"Biar saya aja Bu." Ujar Ara menggantikan posisi Bu Nanik
"Loh non, saya makan gaji buta dong hehe." Candaan Bu Nanik mendapat kekehan Ara
"Saya mau ngeraih pahala Bu, di katakan dulu Fatima Az-Zahra putri Rasulullah juga begini. Ia rela tangannya kasar demi melayani suami nya."
Perkataan sederhana itu membuat Bu Nanik kagum dengan nonanya.
"Non orang yang baik, semoga takdir baik selalu menyertai non."
"Aamiin.." ucap Ara

Tingkah keduanya pun terhenti ketika pintu terbuka. Menampilkan El yang baru pulang dari masjid.
"Udah pulang mas." Basa-basi Ara
El hanya mengangguk dan melewati mereka berdua
"Bu saya susul suami saya dulu ya. Ini tolong di siapkan." Ujar Ara lembut
Ketika melangkah Ara mulai merasakan gejolak di perut nya.
Sakit kembali menerpanya. Sehingga ringisan kecil pun ia layangkan
"Non, nona gak papa." Tanya Bu nanik dengan raut wajah khawatir
"Gak papa Bu. Ini hanya cobaan Ara. Nanti juga Ilang kok." Ujar Ara
Sedangkan Bu Nanik membimbing Ara ke sofa
"Non, sakit apa kalau saya boleh tahu."
"Saya hamil Bu, namun kata dokter ada masalah di rahim saya. Rahim saya mengalami luka yang cukup berat. Tapi dokter sudah meresepkan obat pereda nyeri." Ujar Ara pelan dibalik kalimat itu hatinya benar-benar sedih
Sedangkan Bu Nanik hanya mampu terpaku di tempatnya.
Wanita ini begitu baik dan cantik namun hidupnya penuh dengan penderitaan
"Non, dulu suami saya pernah di fonis kanker. Dan itu butuh oprasi. Namun suami saya menolak dengan alasan sakitnya akan melunturkan dosa-dosanya." Ucap Bu Nanik
Ara seketika mendongak, lunturlah sudah pertahanan nya air matanya luruh ia kemudian mengangguk menyetujui ungkapan Bu Nanik
"Tapi non, suami saya dua tahun kemudian dinyatakan sembuh. Ia bersedekah setiap harinya. Mungkin ini juga bisa non coba."
"Tapi niatnya jangan karena ingin sembuh non, tapi karena nona ingin lebih dekat dengan Allah. Bukankah Allah yang mendatangkan sakit. Allah juga yang menyembuhkan sakit. Kata suami saya meskipun kita sakit dan di vonis tidak bertahan lama. Jangan melupakan segala perbuatan yang baik. Makanya suami saya dulu setiap harinya membagi makan untuk anak yatim. Meskipun keadaan ekonomi kami waktu itu begitu sulit."

Sedangkan Ara termenung. Apa sekarang ia sudah mendapat sebuah jawaban atas pertanyaan
Sering kali ia lalai karena kehidupannya membaik..
Kehilangan sosok ibunya Allah gantikan dengan El
Namun ia lupa
Ia sumber luka diantara hati perempuan lain
"Makasih bu, saya akan mencoba jadi pribadi yang lebih dekat dengan Allah." Ucap Ara
Sedangkan Bu Nanik ya tersenyum

Hari ini di apartemen Ara dan El ada yang berbeda. Jika sebelumnya mereka hanya berdua. Namun kini mereka bersama Bu Nanik dan calon anaknya.
Mereka makan dengan khidmat.
Tak ada pembicaraan
Sedangkan Bu Nanik ikut duduk, karena Ara sudah menganggap Bu Nanik adalah orang yang Allah perintahkan untuk membuatnya semakin dekat dengan-Nya.
Bu Nanik adalah pembawa pesan dari-Nya.
Ara yakini seperti itu

El-Zarah  [Completed ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang