"kebaikan berbuah manis, begitupun sebaliknya. Untuk itu jangan pernah lelah berbuat kebaikan. Walaupun hanya sebesar biji zarrah"
•••
Malam di ibu kota Jakarta mungkin akan menjadi keistimewaan tersendiri. Dimana kita akan melihat gemerlapnya lampu jalanan dan rumah penduduk. Ditambah dengan langit cerah di malam hari membuat pemandangan itu semakin indah. Lalu bagaimana cara kita berterima kasih terhadap pencipta? Tentulah dengan cara menjaga dan merawatnya.Ara ditemani secangkir teh di tangannya. Netranya tak pernah lepas memandangi pekatnya malam, dan rumah penduduk dari balkon.
Sambil menyeruput tehnya. "Assalamualaikum nak, apa kabar semoga sehat ya." Pastilah percakapan itu tidak asing lagi di pendengarannya Ara. Awalnya mungkin akan sedikit geli. Tapi lama-kelamaan mulai terbiasa.
Lalu tanpa membuang waktu surah Maryam pun terlontar dari mulut Ara, ayat per ayat sudah dilantunkannya. Sesekali tangannya akan bergerak mengusap perut ratanya itu. Kabar kehamilan nya membuatnya bahagia, namun satu sisi kabar kehamilan juga membuat terluka. Dokter mendiagnosa kandungan lemah. Ara tidak tahu sampai kapan janinnya akan bertahan.Tangisan Ara bercampur suara muraja'anya sudah bergetar jadi satu. Menghentikan sejenak muraja'anya "nak, jangan tinggalin umi ya. Maaf jika kamu harus terlahir dari seorang ibu seperti Umi ini." Setelah mengucapkan kalimat itu Ara melanjutkan muraja'anya kembali. Sampai akhir surah Maryam itu terselesaikan.
"Sudah malam humairahku, angin malam tidak baik untuk kesehatan mu." El datang dengan selimut ditangannya.
Lalu menyampirkannya di pundak Ara."Aku hanya membacakan nya surah Alquran mas, dan suasananya lebih enak di balkon." Ujar Ara
"Sudah kan muraja'anya?"
"Sudah"
"Masuklah"
Keesokannya Ara dan Ayu sudah mulai bekerja. Bahkan sesekali terlihat Ayu yang menggantikan Ara untuk naik tangga. "Biar aku saja dek, kamu kan lagi hamil. Cukup periksa ini aja ya. Biar mbk yang ke atas." Ara hanya mengangguk jujur saja ia merasa agak lelah. Padahal jam masih menunjukkan angka sembilan.
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan perusahaan, Ara melihat mobil itu pun mengernyitkan dahinya. "Apa ada tamu?" Tanya Ara ke meja resepsionis karena sekarang dirinya memang berada di lantai satu lebih tepatnya di resepsionis. "Kayaknya gak ada deh mbk, mungkin itu tamu yang mau kesini memang atau bisa dikatakan belum memiliki janji."
Setelah kabar tentang pernikahan El tersebar memang karyawan kantor lebih sopan terhadap Ara, bahkan tak tanggung-tanggung kadang membantu Ara.
Terbukti dari pagi tadi ia menerima sapaan hangat dari mereka, dan mereka yang membantu ia membawakan ini dan itu.
"Ohh yaudah sambut yuk" ajak Ara
"Ya mbk."Ara pun melangkah tapi langkahnya harus berhenti ditengah koridor kantor. "Dinar." Monolog
Lalu Ara mulai mengingat semua perkataan Dinar kemarin. Apakah ia akan bersaing dengan sahabatnya sekarang? Dinar melewati Ara begitu saja. Ara mengejar Dinar para karyawan pun merasa aneh dengan itu. Semuanya tahu kalau Dinar adalah karyawan di perusahaan ini, tapi kenapa sekarang penampilan Dinar berubah. "Dinar tunggu." Ucap Ara
"Hay sahabatku ohh tidak mantan sahabat mungkin." Ucap Dinar
"Dinar aku.."
"Syut aku ada urusan dengan presedir. Pak Fatah ada Kan"
Dinar menyeringai tatkala melihat wajah sendu Ara yang kini berubah menjadi ke terkejutan. Ia hanya bisa menikmati nya terlihat dari matanya. Meski hanya melihat separuh wajahnya Dinar bisa menebak itu.
"Yasudah Ara, aku harus segera menyelesaikan tugas ku"
Dinar melangkah menjauh, sedangkan Ara masih terpaku ditempatnya.Sementara Ayu yang kini tengah berada di ruangan El dan sekretaris nya, sedang mendiskusikan beberapa proyek yang akan di setujui. Namun kegiatan mereka bertiga harus berhenti ketika Dinar sudah memasuki rungan El.
"Halo pres, saya perwakilan dari bapak Hardiyanto. Saya harap kita bisa bekerjasama dengan baik." Ujar Dinar tenang
Sedangkan ayu sudah membulatkan matanya apa maksudnya ini. "Kenapa bisa kamu." Tanya Ayu
"Kenapa tidak? Saya adalah anaknya jadi wajar bila saja saya yang menggantikannya." Lagi Ayu bungkam
Sedangkan El masih mempertahankan raut datarnya.
Sebenarnya ia sangat terkejut namun El berhasil membuat mimik wajahnya datar.
"Silakan duduk" sambut El
Lama mereka berempat berdiskusi tentang penyaluran dana, ya mereka kini tengah membahas sebuah penyaluran dana terhadap rumah sakit di pulau terpencil.
"Saya tidak setuju dengan pendapat itu, saya kira disini saya bisa menghendel nya sendiri" ucap Dinar
"Kenapa." Tanya Ayu bingung pasalnya yang ikut berpartisipasi dalam program ini banyak perusahaan bahkan banyak uang masyarakat yang terlibat.
"Karena saya mampu." Jawab Dinar
"Kamu sangat sombong, ini bukan hal yang mudah. Perihal uang tidak bisa hanya di sepelekan. Apa kamu sudah berpengalaman, apa kamu bisa amanah, dan apa kamu bisa menyelesaikan tugas ini begitu saja. Kamu salah Dinar nyatanya banyak hal yang perlu di urus disini, saya aja yang kerja 2 tahun masih belum mampu, apalagi kamu yang bermodal anak dari pak Hariyanto jangan ngaco." Sarkas Ayu
"Atau kamu ingin mengambil sebagian uang ini, atau dirimu ingin mendapatkan nama yang baik dari rumah sakit itu sehingga nama papamu melejit dengan baik?" Telak perkataan Ayu memang benar.
"Benar tidaknya itu urusan pribadi saya kan, lagi pula dana yang Ayah saya keluarkan lebih besar dari pada yang lain." Ucapan Dinar membuat Ayu semakin tersulut emosi.
"Sudah cukup, sesuai perjanjian di awal bahwa ini proyek bersama tidak tergantung nominal uang. Baik sedikit atau banyak yang menyumbang semua akan terlibat."
Ayu bernafas lega setelah El membuat keputusan yang bijak itu.
"Okey, berarti rapat ini sudah berakhir bukan." Tanya Dinar lagi
"Ini bukan rapat, rapat masih akan di agendakan 2 hari lagi." Ucap Reina selaku sekretaris El.
Dinar hanya mengangguk lalu meningkat ia melangkahkan kakinya untuk pergi, ia tak mau pertahanannya runtuh disini. Namun sepertinya akan lebih sulit karena sekarang ada Ara sahabatnya dihadapan nya
"Maafin aku Dinar, aku tahu aku salah. Kata maafpun tidak akan bisa menembus rasa sakit kamu. Tapi bolehkah aku meminta, sebagai sahabat kamu. Aku ingin kamu menjalani kehidupan yang bahagia versi kamu. Aku yakin Khimar kemarin yang tersemat di kepalamu akan merindukanmu. Begitupun dengan kamu. Aku yakin kamu akan merindukan solatmu.. selamat berjuang."
Entah mengapa perkataan Ara membuat Dinar seakan ingin memeluk Ara. Namun ia tepis segera.
"IM oke, Lo gak perlu nasehatin gue. By By." Setelah itu Dinar pergi.
Ara kini kehilangan sahabatnya, dan semua itu karena kejujuran. Andai saja dirinya lebih berani. Andai saja dirinya lebih terbuka. Mungkin hubungan nya dengan Dinar tidak akan serumit ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
El-Zarah [Completed ✓]
Romance[ SPRITUAL-ROMANCE ] Bermula dari kematian Umanya. Gadis cantik bernama Zarah Fatimatus syadah harus rela menerima jungkir balik takdirnya. Satu persatu fakta tentang hidupnya terungkap begitu saja. Kehidupan yang dianggap sempurna juga hilang sirn...