14

2.3K 68 0
                                    

Ketika kamu menyatakan beriman, bukan tidak mungkin saat itu juga Allah mengujimu untuk membuktikan seberapa jauh kadar imanmu ... El-Zarah

•••••
Ara memandangi kamar minimalis El, kesan pertama Ara begitu kagum dengan El lihatlah bahkan kamar pria serapih ini.
Tangan Ara menejelajahi setiap benda di rungan itu.

Lalu matanya teralih pada sebuah kertas yang ada di laci, Ara mengambilnya. Muka Ara nampak kebingungan, kertas usang ? Buat apa ? Ara lantas mengambilnya. Dan membawanya ke arah tempat duduk.

Abang inar kangen, inar sekarang ada di Banjar, Abang kalau surat ini nyampek di bales ya.

11-09-2007

Ara begitu ternganga melihat tanggal yang tertera di kertas itu. Apakah El mempunyai adik perempuan? Siapa inar ? Pikiran Ara begitu berkecamuk.

Suara pintu terbuka membuat Ara terlonjak kaget, ia segera menyembunyikan kerta itu.lalu ia berbalik memandangi El yang kini berada di ambang pintu.

" Sudah bangun "

" Iya mas "

" Pulang ? "

" Boleh "

Tangan El meraih tangan Ara, Ara memandangi tangan kekar yang sekarang membawanya pergi, sebelah tangan Ara juga masih menyembunyikan kertas itu.

Ara memandangi pundak kokoh di depannya, apakah ia salah menaruh hati pada suaminya? Astaghfirullah Ara, bukan karna Abi mu membuat luka, lantas kamu boleh mencurigaih suamimu batin Ara ia segera beristifar.

Langit mendung di sore hari membuat suasana hening, lalu lalang orang pun sulit di temui di jalan, kebanyakan mereka berhenti hanya untuk berteduh.

Mobil El sudah memembela jalan kota, tak banyak yang Ara lakukan ia hanya memandangi jalan, sementara El juga fukus menyetir.

" Kok berhenti?" Tanya Ara

" Mungkin ada perbaikan jalan "

Namun jelas jelas tadi acara merenung Ara terganggu karna mendengar suara yang cukup keras.

" Apa kakak yakin ?"

" Ya mungkin saja, dan berhentilah menyebut saya kakak Ara " peringat El

Ara tidak menggubris El, hatinya tak tenang, lalu dengan cepat Ara membuka pintu mobil dan menerobos hujan. El sendiri terperanjat, apa yang istrinya lakukan. El juga mengejar Ara, mereka berdua berlari membelah kerumunan, hingga sampailah ia di depan. El melihat Ara menghampiri dua orang yang tergeletak di tengah jalan.

Sedangkan Ara ia sangat panik karna darah dari ibu itu tidak mau berhenti. Akhirnya Ara melepas kerudungnya, namun sebelum melepas ia memohon kepada El meski El tak memberi jawaban.

El membeku ingatan itu berputar tanpa seizinnya, ingatan dimana ia harus kehilangan abinya abinya juga kecelakaan SE habis berdakwa, El memandangi Ara yang kini hanya mengenakan Ciput.

El mendekat dan menutupi rambut Ara dengan jasnya.

" Kak El " terkejut Ara.

" Masuklah"

Ara menurut lagi pula korban ibu dan anak tadi sudah di bawa oleh ambulan.

" Kenapa ?" Tanya El.

" Kenapa apanya ?" Bingung Ara.

" Kenapa tadi nerobos hujan, dan mengabaikan saya"

" Maaf kak..."

" Mas ara " potong El

El-Zarah  [Completed ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang