28

1.6K 61 0
                                    

tahu kan rasanya dihina?
Dimaki? Bahkan dibenci
Ya itulah aku, tumbuh diantara
Rasa itu...hingga akhirnya aku mengenalnya
Dia yang mampu memberikan kesan indah dalam hidupku. Apa aku harus berhenti?

Dinara Putri Alfiarah

•••
Dinar masih memejamkan matanya menikmati usapan lembut di punggungnya, ya dia adalah Ara sahabatnya. "Makasih Ra, Lo selalu ada buat gue." Lirih Dinar.

"Dinar, kamu sahabat aku. Aku gak mau kamu kayak gini, Berhenti ya berharap pada manusia. Sakit kan." Ujar Ara
Lihatlah bahkan perannya kini sebagai pembual yang handal. "Ok lupain bang zafur." Ucap Dinar sambil lalu memejamkan matanya dengan posisi tangan di atas kelapanya menepuk pelan disana "gak bisa, bang zafur itu adalah hal terindah dalam hidup gue, selain ibu gue." Keluh Dinar. Ara hanya cengo dengan kelakuan Dinar. Lihatlah bahkan moodnya berubah sangat drastis.

"Ra, gimana sih rasanya jadi Lo. Hidup diantara materi, harta, kasih sayang orang tua."

"..." Tidak ada jawaban dari Ara

"Gimana juga rasanya jadi Lo? Umma Lo baru meninggal, tapi fakta poligami Abi Lo terungkap?. Enak punya ibu 2"

Sakit Din, tapi aku berusaha ikhlas. Batin Ara

"Ikhlas mungkin." Jawab Ara

"Hehehhehe, ikhlas yang bagaimana? Tidak ada ikhlas yang tak sakit kan? Ya itu juga yang aku rasakan ketika dunia menyuruh aku untuk menjauhinya. Bang Zafur." Ungkap Dinar

"Tapi berharap pada hubungan yang tidak jelas juga mendatangkan kemudharatan kan? Apa salahnya mencoba melepaskan, bukankah selama ini kamu sudah terbiasa sendiri." Ucap Dinar

"Aku tidak terbiasa, aku hanya mencoba untuk terbiasa. Lagi pula, selama ini aku bertahan karena dia Ara."

Ara tak tahu harus bagaimana. Karena pada dasarnya Dinar kenal El terlebih dahulu. Posisinya saja kini jelas ia yang merebut El dari Dinar. "Kalaupun dia sudah punya istri apa istrinya gak mau berbagi?" Ucap Dinar. Ara mengarahkan pandangannya ke ara Dinar yang masih setia memejamkan matanya di pundaknya. "Kalau kamu bagaimana?" Tanya Ara. "Gue? Tergantung. Kalau bang zafur mau ya gue iyain. Lagian bang zafur gak akan nikah. Karena dulu bang zafur selalu bilang kalau gue itu adalah bidadari kecilnya."

Sakit yang Ara rasakan, lagi dan lagi fakta tentang suaminya bersama Dinar terungkap. Bagaimana mungkin Dinar bisa  segampang itu mengungkapkan nya. "Masuk jam makan udah kelewat." Ujar Ara. "Ra gue masih mau disini. Lo kalau mau duluan gak papah." Ara hanya mengangguk lalu meninggalkan Dinar. Bagaimanapun Ara tak ingin membuat dirinya tersakiti hanya mendengarkan cerita Dinar, atau bahkan Dinar yang terang-terangan mau menjadi istri kedua El.

"Dek, kamu kemana? Tadi Pak Fatah nyariin Lo, dan kita gak jadi nih yang mau ke masjid Istiqlal? Acaranya paling baru kelewat 15 menitan."

"Boleh, mbk udah izin?."

"Udah dong ayok."

Keduanya mulai melangkah keluar kantor. Sesampainya di sana di masjid Istiqlal belum ramai. "Beneran kajian Akbar? Kok sepi." Heran ayu

Ara tersenyum. Ingatannya kembali kepada umanya pertama kali umanya mengisi pengajian bahkan yang datang pun dapat dihitung oleh jari. "Itulah mengapa pahalanya besar, karena bukan orang sembarangan tamunya. Yang hadir di majelis ilmu adalah orang-orang yang Allah panggil. Majlis rumah Allah tidak akan di datangi oleh orang yang tidak diundang bukan?" Kalimat Ara membuat air mata Ayu menetes. "Dan gue pernah diposisi itu. Dimana undangan hanya berakhir ditempat sampah." Ujar Ayu.

El-Zarah  [Completed ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang