24

1.7K 55 1
                                    

Rumitnya takdir bukan menjadi alasan
Kita menjauhi Tuhan bukan?.
Seharusnya kita mendekat.
Tuhan kok yang punya rencana dan keputusan nya
Yang kemudian kita sebut dengan takdir itu sendiri.

El-Zarah


Berkutat dengan laptop sepertinya menjadi hobi untuk El, bahkan Ara yang sudah menemani nya di sisi El kurang lebih tiga puluh menit pun tak dianggap. "Kerja aja terus Ampek bungkuk itu badan." Karna terlampau kesal Ara pergi dari ruang kerja El. El yang baru sadar ada Ara lantas menutup laptopnya. Mengejar Ara namun terlambat pintu apartemen sudah tertutup seperti nya Ara pergi keluar entah kemana.

Sedangkan Ara sendiri menunggu tukang sayur yang kemungkinan akan lewat di depan gedung apartemen. "Dek, nunggu kang sayur lewat?". "Ehh mbak, ya ni padahal biasanya tiap hari jam segini udah ada, apa karna hari libur?." "Iya, kalau hari libur mang ole masih keliling komplek -komplek makanya agak siang."

Ting Ting Ting

"Sayurnya ibu ibu."

"Nah kan baru diomongin udah Dateng."

Melihat tukang sayur, ibu ibu pun berdatangan. Membuat Ara sedikit tak nyaman. Jujur saja dirinya baru tinggal di apartemen El, yang bahkan Ara tidak bertegur sapa dengan tetangga sekitarnya. "Ehh neng ayu, sama siapa atuh itu." "Temen saya Bu, dia juga tinggal di apartemen sini Lo." Ara hanya mampu tersenyum malu.

Selesai dengan urusan nya Ara dan Ayu lantas memasuki apartemen. "Tunggu lantai berapa kamu tinggal?" Tanya ayu dalam life. "Lantai paling atas, memangnya kenapa kak?". Tanya Ara kebingungan. "What? Lo yang bener dek, itu lantai paling atas punya orang yang punya ini apartemen." Ara yang sudah paham lantas menganggukkan kepala. Sepertinya ayu bisa menjadi teman Ara "iya disana Ara tinggal bersama suami Ara?" Ucap Ara.

"Lo dek kamu hutang penjelasan."

"Nanti aku ceritain mbk, tapi bukan sekarang."

Ara melangkah keluar life untuk sampai di lantai paling atas memang ada tangga khusus sehingga tidak ada yang berani lewat tangga t tersebut. "Dek besok ada kajian di masjid Istiqlal kamu mau ikut, kebetulan acaranya duhuran sabilah kita izin sebentar dikantor?". Ara yang sudah menaiki dua anak tangga kembali berhenti "boleh, kita bicarakan nanti mbk. Btw suami mbk pasti lama nunggu tuh. Kan embak harus kembali ke lantai 4". Ayu yang sadar segera memasuki life.

"Dari mana?" Suara El membuat Ara terkejut

"Biasa beli sayuran, mas mau makan apa?"

"Apapun yang kamu masak mas makan."

"Racun mau dimakan juga?"

El hanya mampu tersenyum ternyata istrinya masih marah. "Masih pagi udah marah."
"Enggak siapa yang marah?, Gak ya Ara gak marah." Sedikit menghentakkan kakinya Ara menuju pantri. Mulai berkutat dengan kegiatannya, tepat saat El dan Ara makan telfon Ara berbunyi. "Siapa" tanya El.

Ara hanya tersenyum dan membalikkan layar hpnya. El mengangguk saja "lospeker pengen denger." Menuruti perintah suaminya Ara mulai mengangkat dan melospekernya.

"We Ra tumbenan Lo ngangkatnya lama."

"Maaf aku barusan makan"

El-Zarah  [Completed ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang