Sebelumnya follow instagram author yuk
@faizah_jahro_rusyna
Udah belum?
Yuk langsung baca....
_______________Happy Reading_____________
Ketika Ryan hendak membalas pesan di ponselnya, tiba-tiba mobil yang mereka tumpangi berhenti mendadak. Arvin, yang memegang kemudi, menginjak rem dengan keras tanpa peringatan.
Bruk!
Tubuh semua penumpang sontak terdorong ke depan. Beberapa dari mereka hampir terjungkal dari kursinya. Rem mendadak itu membuat suasana di dalam mobil jadi kacau.
"Arvin, ngeremnya nggak kira-kira banget, sih!" seru Ryan dengan nada penuh emosi. Matanya melotot ke arah Arvin, sementara tangannya sibuk meraih ponselnya yang terlepas dari genggaman dan terjatuh ke lantai mobil.
Apesnya, saat Ryan mengambil ponselnya, layar itu malah mati total. Dia panik, mencoba menyalakan ulang ponselnya, tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan.
"Ah, handphoneku mati total!" ujar Ryan sambil melihat seluruh handphonenya.
Dia mencoba untuk menyalakan lagi. Namun, hasilnya gak ada. Handphone mati total.
Padahal dia penasaran banget sama nomer yang tiba-tiba chat dia. Tapi, kini? Handphonenya malah mati total, akibat Arvin ngerem mendadak.
"Ada apa sih, Vin?" tanya Donia dengan baik-baik.
"Tadi, mau belok ke komplek kamu, Donia! Tapi, tiba-tiba aja kucing lewat!" jawab Arvin yang panik banget.
"Aish, kucing sialan!" pekik Ryan yang masih mencoba-coba menyalakan handphonenya. Semua yang berada di mobil langsung melihat Ryan.
"Handphone-ku mati total," keluh Ryan, memandang ke arah semua orang di dalam mobil dengan wajah yang benar-benar sedih, seolah seluruh dunia sedang melawannya.
"Yaelah, tinggal dibawa ke konter aja, apa susahnya sih?!" sahut Aurel, tanpa memikirkan perasaan Ryan sedikit pun. Kalimatnya meluncur begitu saja, seperti biasa. Aurel memang terkenal suka ngomong dulu, mikir belakangan.
Ryan menghela napas berat, menatap Aurel dengan kesal. "Iya sih, tapi lama woy!" Dengan ekspresi sedihnya makin menjadi-jadi.
"Paling juga dua hari kelar," balas Aurel santai, matanya setengah melirik ke arah Ryan dengan tatapan acuh.
Ryan hanya mendengus, tak tahu harus berkata apa lagi. Sebelum suasana makin canggung, Donia membuka suara untuk meredam.
"Shutt, udah, Ryan. Nanti dibenerin kok. Tenang aja, jangan drama," ujarnya sambil tersenyum tipis, mencoba mengalihkan perhatian. Donia lalu menoleh ke arah jendela, memandang keluar dengan tatapan yang mulai fokus.
"Ini udah di komplek aku, ya, Vin?" tanyanya sambil melirik ke arah Rara dan Aurel secara bergantian, memastikan posisinya.
"Belum sih, baru di depan pager komplekmu," jawab Arvin polos, sambil mengerem pelan mobilnya.
"Yah itu berarti udah di komplek Donia, Arvin!" sahut Rara dengan nada setengah kesal.
Arvin hanya menatap Rara sebentar, tampak bingung. Polosnya yang kelewatan ini memang sering bikin orang geleng-geleng kepala. Untung Aurel, pacarnya, sayang banget sama dia.
"Iyakah?" tanya Arvin tanpa rasa bersalah sedikit pun, ekspresinya benar-benar clueless.
Ryan, yang duduk di samping Arvin, langsung menghela napas panjang. "Au ah, capek ngomong sama Arvin!" Sambil melipat tangan.
Memang, kalau ngobrol sama Arvin butuh kesabaran ekstra. Cowok satu ini sering dibilang berotak kosong, tapi justru itu yang kadang bikin dia lucu dan bikin semua orang tetap bertahan.
"Eh, udah, jangan pada berantem!" ujar Donia menengahi, meski sebenarnya dia juga merasa gemas.
"Yaudah, aku turun di sini aja, Vin!" kata Donia sambil mulai bergeser posisi, berniat keluar dari mobil.
"Eh, ja-" Arvin mau menyela, tapi belum sempat selesai.
Aurel langsung memotong dengan santai, "Bagus deh, kalau kamu nggak ada, ini mobil jadi lega!" Tanpa melihat ke arah Donia.
Donia hanya diam, memilih tak menanggapi komentar Aurel yang seperti biasa tajam dan seenaknya. Sebaliknya, dia langsung membuka pintu untuk turun, namun Aurel lebih dulu keluar dari pintu kanan.
Setelah Aurel keluar, dia berdiri di pinggir mobil sambil berkata dengan suara lantang kepada Donia. "Udah, cepet turun!"
Donia menghela napas panjang, memutar bola matanya. Sabar, Don, sabar, gumamnya dalam hati. Dengan hati-hati, dia turun dari pintu kiri karena Rara juga ikut keluar dari pintu kanan, membuat jalan keluar itu makin sempit.
"Donia, jangan turun! Ayok naik lagi, biar aku turunin di depan rumah kamu aja!" ajak Arvin, yang merasa nggak tega melihat Donia turun jauh dari rumahnya.
Donia tersenyum tipis, menggeleng pelan. "Gapapa, Arvin. Ini udah dekat kok." Sambil berusaha terlihat tenang.
Aurel, yang masih berdiri di luar mobil, langsung menimpali lagi dengan santai, "Udah biarin aja, biarin dia turun di sini! Lagian sempit kalau ada dia."
Donia menatap Aurel sekilas, rasa kesalnya makin menjadi. Dalam hati, dia ingin sekali merobek-robek mulut Aurel yang selalu asal bicara. Tapi, Donia hanya bisa menahan diri. Bagaimanapun juga, Aurel tetaplah sahabatnya meskipun, ya, sering membuat darah Donia mendidih.
Dengan langkah pelan, Donia berjalan menjauh dari mobil, mencoba memusatkan pikirannya untuk tidak terpancing emosi. Sabar. Pokoknya sabar.
Bersambungg...
Vote dan koment kalian sangat berharga banget buat zaza.
![](https://img.wattpad.com/cover/251426311-288-k570321.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brandon [TAMAT]
RomanceBrandon, seorang cowok yang tak pernah tertarik pada cewek, selalu menganggap mereka ribet, cengeng, dan menjijikkan. Namun, pandangannya berubah ketika dia bertemu Donia, gadis tangguh yang memiliki sisi manja dan pemberani. Meski Donia seorang ind...