Brandon melangkah masuk ke dalam pesawat dengan perasaan berat. Ia memilih tempat duduk di dekat jendela, berharap perjalanan ini akan memberinya waktu untuk merenung. Namun, pikirannya tidak bisa lepas dari rasa sedih meninggalkan semua teman-temannya, terutama Donia.
Saat ia duduk, tiba-tiba Candy muncul dan tanpa permisi langsung duduk di sampingnya. Kehadirannya membuat Brandon terkejut.
“Ngapain di sini?” tanyanya dingin, suaranya datar tanpa emosi.
Candy tersenyum, seolah tidak menyadari ketidaksukaan Brandon. “Yah, mau duduk di samping kamu lah!” Dengan nada ceria.
Brandon mendesah panjang, ekspresinya berubah semakin malas. “Di belakang masih ada kursi kosong, di belakang aja sana." Sambil menunjuk ke deretan kursi di belakangnya.
Candy mencoba berargumen, tetapi Brandon memotongnya dengan tatapan tajam. “Cepat.”
Candy langsung menciut. Tatapan dingin Brandon membuatnya tak berani melawan. Dengan langkah berat, ia akhirnya pindah ke kursi di belakang Brandon.
Begitu ia duduk, Candy mendesah kesal. “Ish, tadi diomelin sama ibunya, sekarang malah sama anaknya." Dengan wajah masam. Tapi tak butuh waktu lama bagi senyumnya kembali muncul.
“Tapi … nggak apa-apa deh. Aku harus bujuk mereka. Kan nanti aku bakal nikah sama Brandon,” gumam Candy pelan sambil tersenyum sendiri.
Namun, kenyataan jauh berbeda dari angan-angan Candy. Brandon tidak pernah punya niat menikahi Candy. Semua interaksinya dengan Candy hanya sebatas kerja sama, tidak lebih.
Sementara itu, di kursinya, Brandon kembali tenggelam dalam pikirannya. Ia menyetel musik di headset-nya, mencoba meredam semua gangguan di sekitarnya.
“Semoga kau baik-baik saja, Donia,” gumam Brandon pelan, matanya menerawang ke luar jendela. Perlahan, ia memejamkan matanya, membiarkan keheningan dan musik menemani pikirannya hingga pesawat tiba di negara tujuan.
Di tengah perjalanan, ibu Brandon terus mencuri pandang ke arah putranya yang duduk terdiam di dekat jendela. Ekspresi Brandon yang sendu membuatnya cemas. Tak tahan dengan perasaannya, ia memutuskan untuk berbicara langsung dengan suaminya yang duduk di sebelahnya.
"Sayang, aku mau bicara," katanya pelan namun serius.
Suaminya, yang santai membaca majalah, menoleh dengan senyum. "Bicara apa? Sepertinya serius banget."
"Aku mau tahu, Brandon hanya bekerja sama saja kan dengan Candy?" tanyanya sambil menatap suaminya dengan penuh harap.
Namun, jawaban suaminya membuat ekspresinya berubah. "Tidak. Aku dan bapak Dendra sudah sepakat ingin menjodohkan Brandon dengan Candy."
Ibu Brandon langsung memegang tangan suaminya erat. "Aku mohon, jangan jodohkan mereka!" Sambil memasang wajah gemas dan sedikit kesal.
Suaminya terlihat bingung. "Memangnya kenapa? Bukankah mereka sangat cocok?"
"Cocok?" balas istrinya dengan nada tinggi. "Menurutku tidak. Aku tidak suka dengan perilaku Candy. Dia itu cari perhatian banget!"
Suaminya hanya tersenyum kecil. "Nanti kalau sudah jadi menantu pasti akalnya berubah kok."
"Tidak, aku tetap tidak mau! Lihatlah..." Ibunya menunjuk ke arah tempat duduk Brandon dan Candy. "Mereka bahkan tidak duduk sebangku! Brandon sampai menyuruh Candy pindah kursi."
"Mungkin Brandon hanya ingin menyendiri," jawab suaminya dengan tenang, seperti biasa.
Ibu Brandon mulai malas meladeni suaminya yang selalu berpikir positif. "Sayang, aku tetap tidak suka. Lagipula, Brandon sekarang lagi suka sama seseorang. Kemarin aku habis menciduk dia dengan cewek itu!"
Suaminya langsung memasang ekspresi penasaran. "Oh ya? Siapa ceweknya? Kukira dia nggak bakal menyukai cewek, makanya aku jodohkan dengan Candy!"
Mendengar itu, istrinya langsung mendengus. "Anak kita nggak gay, sayang!" Sambil melirik tajam.
"Jadi siapa ceweknya?" desak suaminya lagi.
"Donia. Dia anak sahabatku, Darnia," jawab ibunya dengan senyum bangga.
"Darnia? Yang sering kamu ajak jalan itu?" tanya suaminya memastikan.
Ibunya mengangguk dengan antusias. "Iya! Darnia aja cantik, apalagi anaknya. Aku yakin Donia itu pasangan yang tepat untuk Brandon."
Suaminya tertawa kecil. "Wah, aku jadi penasaran."
"Penasaran sama Donia?" tanya ibunya penuh harap.
"Bukan, penasaran sama Darnia," jawab suaminya dengan nada bercanda.
Ibu Brandon langsung mencubit lengan suaminya dengan gemas. "Ya! Kamu mau selingkuh dariku, ya?" Dengan pura-pura kesal.
Suaminya mengelus lengan yang dicubit itu sambil tertawa. "Tidak, aku hanya bercanda, sayang."
"Hati-hati aja kalau kamu benar-benar selingkuh!" ancam ibunya sambil memasang wajah serius.
"Aduh, mana berani aku, istri secantik kamu aja sudah lebih dari cukup," balas suaminya dengan senyum menenangkan.
Perbincangan mereka akhirnya diakhiri dengan tawa kecil, sementara di kursinya, Brandon tetap diam, tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Brandon [TAMAT]
RomansaBrandon, seorang cowok yang tak pernah tertarik pada cewek, selalu menganggap mereka ribet, cengeng, dan menjijikkan. Namun, pandangannya berubah ketika dia bertemu Donia, gadis tangguh yang memiliki sisi manja dan pemberani. Meski Donia seorang ind...