|| 102. Diledeki Adrian ||

8 3 0
                                    

Saat mereka berdua masih saling menatap, menikmati momen yang penuh perasaan, tiba-tiba ada suara yang memecah keheningan.

"Heh, Brandon!" suara itu terdengar riang dan cukup keras, membuat mereka berdua menoleh. Adrian, teman kuliah Brandon yang sudah dikenal dengan sikapnya yang tidak pernah bisa diam, mendekati mereka dengan senyum nakal di wajahnya.

Brandon, yang sedikit terkejut, langsung mengerutkan kening. "Adrian... kenapa lo di sini?" dengan nada sedikit canggung, berusaha menutupi ketegangan yang tiba-tiba muncul.

Adrian terkekeh sambil melangkah lebih dekat, menatap Donia dengan penuh perhatian. "Ya, gue liat sih ada cewek cantik di sini, gue kira siapa, eh ternyata Donia." Dia melirik Brandon dengan senyum nakal. "Pantesan lo kemarin kayak orang bingung, ternyata yang lo tungguin ini, ya?" Donia, yang merasa sedikit canggung, tersenyum tipis.

"Hai," sapa Donia berusaha tenang meskipun suasana mulai agak aneh dengan kehadiran Adrian yang tiba-tiba muncul.

Brandon menatap Adrian dengan sedikit kesal. "Ngapain lo kesini." dengan sedikit gusar, namun tidak bisa menghindari senyum tipis yang mulai muncul di wajahnya.

Adrian langsung tertawa, tidak peduli dengan reaksi Brandon. "Dih ngusir lo? Waktu gak ada Donia, yang nemenin lo siapa kalau bukan gua."

"Eh Donia, lo tahu gak sih, setiap hari tuh Brandon pantengin sosmed lo mulu, liat story-nya terus. Kayak orang hilang arah kemarin," celetuk Adrian dengan suara lantang, membuat suasana semakin ramai.

Donia terkejut mendengar hal itu, matanya membelalak sejenak sebelum menatap Brandon. "Brandon, kamu...?" Merasa sedikit bingung dan canggung. Brandon mendengus, merasa agak malu dengan pernyataan Adrian yang tiba-tiba.

"Udah, Adrian. Jangan bikin gue malu. Mending lo pergi sono!" katanya, tetapi di dalam hatinya, dia merasa sedikit lega karena akhirnya ada yang mengungkapkan apa yang selama ini dia pendam.

Adrian hanya tertawa melihat reaksi Brandon yang gelagapan dan melanjutkan ledekan. "Ah, gue cuma mau bilang, Don. Setiap hari tuh, ya gitu deh. Kalau Brandon mikirin lo terus Don."

Donia menatap Brandon dengan tatapan yang tidak bisa dia sembunyikan. "Ya emang dia sering liat story aku. Jadi kamu masih mikirin aku?" dengan sedikit rasa penasaran yang muncul.

Brandon yang merasa terpojok oleh pernyataan Adrian hanya bisa mengangguk pelan, wajahnya mulai memerah. "Iya aku, aku cuma nggak tahu harus mulai dari mana. Aku nggak mau ganggu kehidupanmu, Donia. Tapi aku nggak bisa berhenti mikirin kamu."

Donia tersenyum kecil, seakan merasa lega mendengar itu dan memanggil. "Brandon, kenapa nggak bilang aja dari dulu?"

Adrian yang melihat momen itu mulai menggoda. "Aduh, udah-udah, ini drama banget sih. Tapi dari pada gua ganggu kalian, mending gua cabut deh ya."

"Brandon, lo harus cepet-cepet ngungkapin perasaan lo sebelum dia pergi sama yang lain, bro!" bisik Adrian kepada Brandon. Brandon tertawa kecil, sedikit malu namun merasa lega setelah semua ini terungkap.

"Iyain aja biar cepat, udah sono katanya mau cabut!" jawab Brandon sambil menatap Donia dengan penuh harapan.

Adrian yang melihat keduanya mulai mengobrol dengan lebih santai, akhirnya melemparkan pandangan usil ke arah Brandon dan Donia.

"Gue pergi dulu, deh. Tapi jangan lupa, jangan sampai nunggu terlalu lama, nanti bisa terlambat, loh!" ujar Adrian nya dengan nada bercanda sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka berdua.

Setelah Adrian pergi, suasana kembali tenang, dan Brandon menatap Donia dengan penuh harapan.

"Makasih udah datang. Aku gak nyangka bisa ngomong semuanya," kata Brandon dengan tulus, merasa hati dan pikirannya sudah lebih ringan.

Donia hanya tersenyum lembut. "Aku juga senang bisa datang kesini, untung tidak ada jadwal apapun." matanya penuh arti. Brandon mengangguk pelan, merasakan harapan baru tumbuh di dalam dirinya.

Bersambung...

Brandon [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang