Brandon, seorang cowok yang tak pernah tertarik pada cewek, selalu menganggap mereka ribet, cengeng, dan menjijikkan. Namun, pandangannya berubah ketika dia bertemu Donia, gadis tangguh yang memiliki sisi manja dan pemberani. Meski Donia seorang ind...
Donia duduk terdiam sejenak, menyadari bahwa ia terjebak dalam kebingungannya sendiri. Semua yang ada di pikirannya hanyalah Arvin, tetapi satu masalah besar menghalanginya ia tidak punya nomor telepon Arvin. "Duh, aku lupa gak punya nomor Arvin." Merasa frustasi dengan diri sendiri. Bagaimana bisa dia begitu ceroboh?
Kemudian, sebuah pikiran muncul di benaknya. "Aurel pasti punya nomor Arvin, kan?" Tetapi, begitu mengingat hubungan mereka yang sempat tegang, Donia merasa ragu untuk menghubungi Aurel.
"Apa tanya Aurel ya? Eh, kan aku sebel sama dia," batinnya, sambil mengingat kembali sikap Aurel yang sempat membuatnya kesal. Tentu saja, itu bukan pilihan yang paling nyaman.
Donia mengerutkan dahi, berusaha mencari alternatif lain. "Coba tanya Rara aja deh," akhirnya dia memutuskan. Rara, sahabatnya yang lebih kalem dan tidak terlibat dalam masalah dengan Aurel, sepertinya akan lebih mudah dihubungi. Lagipula, Rara pasti bisa membantu tanpa ada drama.
Dengan pikiran itu, Donia segera mengambil ponselnya, siap untuk mengirim pesan kepada Rara. Meskipun hatinya masih ragu, dia tahu satu hal: Arvin penting, dan dia harus segera mencari cara untuk menghubunginya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Donia menghela napas panjang sambil melirik ponselnya yang tergeletak di kasur. Sejak pagi, pikirannya dipenuhi oleh Ryan, pria yang membuatnya penasaran dengan sikapnya akhir-akhir ini. Namun, kini bukan waktunya untuk memikirkan hal itu. "Syukur deh, hp Ryan lagi diperbaiki. Lebih baik aku mandi dan siap-siap jalan," katanya pada dirinya sendiri, mencoba menepis rasa khawatir yang tiba-tiba muncul.
Dengan cepat, Donia melempar ponselnya ke kasur dan melangkah ke kamar mandi. Air hangat menyentuh kulitnya saat dia mandi, membuatnya merasa sedikit lebih tenang. Donia senang bisa memiliki sedikit waktu untuk dirinya sendiri setelah beberapa hari yang penuh dengan kesibukan. Tak perlu terburu-buru, dia memutuskan untuk menikmati momen ini dan menenangkan pikirannya.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Donia keluar dari kamar mandi, sudah mengenakan pakaian yang cukup sederhana namun tetap membuatnya merasa nyaman. Dia berdiri di depan cermin, menyisir rambutnya yang sedikit berantakan, dan memutuskan untuk tidak mengenakan makeup berlebihan. Hari ini, dia hanya ingin menjadi dirinya sendiri. Setelah memastikan semuanya rapi, dia menuruni tangga dan menuju pintu depan.
Supir keluarga Donia, Pak Anton, sudah menunggu di luar. Donia tersenyum kecil dan melambaikan tangan sebelum memasuki mobil. “Pak, tolong antarkan aku ke mall yang aku share lock ke bapak ya!” katanya sambil memasukkan ponsel ke tas tangan kecil yang dia bawa.
“Siap, Non!” jawab Pak Anton dengan nada hormat, kemudian segera menjalankan mobil menuju tujuan. Donia duduk dengan santai di kursi belakang mobil, sambil menatap keluar jendela. Beberapa gedung dan jalanan yang biasa saja lewat dengan cepat, dan dia merasa sedikit lebih rileks meski pikirannya kembali melayang pada Raras.
Donia membuka ponselnya dan mengecek pesan terakhir dari Raras. Mereka sudah merencanakan untuk bertemu hari ini, namun Donia merasa sedikit ragu. “Aku berharap kali ini lebih baik." Setelah beberapa detik, dia akhirnya mengetik pesan kepada Raras.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Donia pun mematikan ponselnya dan langsung menikmati suasana perjalanan menuju mall.