|| 103. Meluapkan Isi Hati ||

9 3 0
                                    

Donia menatap Brandon dengan penuh rasa ingin tahu setelah Adrian pergi. Kata-kata Adrian tadi masih terngiang di benaknya, dan dia merasa perlu mendapatkan kejelasan.

"Brandon," Donia memulai, suaranya pelan namun tegas. "Apa yang Adrian bilang tadi semuanya benar?"

Brandon terdiam sejenak, seperti sedang mempertimbangkan jawaban yang tepat. Namun, akhirnya dia menghela napas panjang, menatap Donia dengan serius.

"Iya, Don. Apa yang dia bilang itu benar." Wajahnya terlihat tenang, namun ada kejujuran yang dalam di matanya.

Donia sedikit terkejut, tapi dia tetap mendengarkan. "Jadi, kamu benar-benar masih mikirin aku selama ini?"

Brandon mengangguk perlahan. "Iya, Donia. Aku udah coba move on, jujur aja. Aku udah coba buka hati buat cewek lain, aku udah coba deket sama orang baru, tapi semuanya gak pernah berhasil. Hati aku selalu balik ke kamu."

Donia tidak tahu harus berkata apa. Ada campuran emosi yang mengalir di dalam dirinya, antara terharu, bingung, dan senang.

Brandon melanjutkan, kali ini suaranya lebih tegas. "Aku baru sadar, Don, selama ini aku terlalu takut untuk jujur sama perasaan aku sendiri. Aku pikir, mungkin kamu udah bahagia sama kehidupan yang sekarang, jadi aku gak mau ganggu. Tapi semakin aku berusaha ngejauh, semakin aku sadar. Gak ada yang bisa gantiin kamu di hati aku."

Donia menatapnya dengan penuh perhatian, masih mencerna semua yang baru saja diucapkan Brandon. "Terus kenapa baru sekarang kamu ngomong kayak gini?"

Brandon tersenyum kecil, seolah-olah merasa lega bisa akhirnya mengungkapkan semuanya. "Karena aku gak mau asal ajak kamu balik, Don. Aku udah mikirin ini mateng-mateng. Aku gak mau kita cuma jalanin hubungan biasa aja. Aku mau lebih dari itu."

Donia mengerutkan kening. "Maksudnya?"

Brandon menarik napas dalam-dalam, lalu menatap Donia dengan penuh keyakinan. "Aku mau ngajak kamu ke jenjang yang serius, Don. Aku gak cuma mau jadi pacar kamu. Aku mau kamu jadi masa depan aku. Jadi aku minta waktu kamu untuk mikirin ini. Kalau kamu siap, aku bakal buktiin semuanya buat kamu. Lagian umur kita juga udah cukup oke buat ke jenjang serius."

Donia terdiam, matanya berkaca-kaca. Dia tidak menyangka akan mendengar hal seperti ini dari Brandon. Hatinya penuh dengan emosi yang bercampur aduk, tetapi ada kehangatan yang tidak bisa dia abaikan.

"Brandon" Donia akhirnya berkata suaranya sedikit bergetar. "Aku gak tahu harus bilang apa sekarang. Tapi aku juga gak bisa bohong kalau aku masih punya perasaan yang sama."

Brandon tersenyum lega, tapi dia tidak memaksa. "Itu aja udah cukup buat aku, Don. Aku gak butuh jawaban sekarang. Aku cuma mau kamu tahu, aku gak akan kemana-mana. Aku bakal tunggu kamu."

Donia tersenyum kecil, merasa hatinya mulai luluh. "Oke, Brandon. Kita coba jalanin ini pelan-pelan, ya. Tapi jangan kecewain aku lagi."

Brandon mengangguk mantap. "Aku janji, Don. Kali ini, aku gak akan gagal."

Mereka berdua tersenyum, merasa lebih ringan setelah percakapan yang jujur ini. Sebuah babak baru dimulai, dengan keyakinan dan harapan yang lebih besar untuk masa depan mereka.

Bersambung...

Brandon [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang