"Hei, kok pada diam?" tanya Donia lagi, suaranya terdengar penuh kebingungan. Ia tidak mengerti mengapa Arvin dan Ryan berbicara dengan nada yang aneh. Apa maksud dari semua ini?
Ryan akhirnya menatap Donia dengan tatapan yang dalam. "Yah, Brandon itu teman kami," ucapnya pelan, seolah sedang memilih kata-kata yang tepat. "Kami bertiga sudah seperti saudara. Karena itu, atas apa yang Brandon lakukan yang meninggalkan kamu begitu saja dan kami merasa perlu minta maaf."
Senyum kecil tersungging di bibir Ryan, meski ada rasa bersalah yang jelas terlihat di matanya. Setelah itu, ia menundukkan kepala, menatap lantai seakan tak sanggup menahan beban dari ucapan barusan.
Arvin hanya fokus menatap ke depan, matanya lurus pada jalan sementara tangannya menggenggam setir dengan mantap. Dari kaca mobil, dia bisa melihat Rara yang duduk diam di sampingnya, menahan isak tangis. Wajahnya menghadap jendela, seolah mencari pelarian dari rasa sedih yang bergelora di dadanya.
Donia terkekeh pelan mendengar kata-kata Ryan. Senyuman tipis muncul di wajahnya, meskipun air mata mulai menggenang di sudut matanya. "Kalian... sahabat yang luar biasa. Brandon beruntung banget punya kalian." Dengan suara bergetar, menahan air mata yang hampir tumpah. Hatinya tersentuh oleh ketulusan Ryan dengan kata-katanya membuat Donia merasa nyaman dan dihargai, seperti memiliki tempat yang aman di tengah kesedihannya.
Dia mengalihkan pandangannya ke depan, menghela napas dalam. "Seandainya aku punya sahabat seperti Arvin dan Ryan." gumamnya dalam hati, membayangkan betapa indahnya memiliki sahabat yang selalu mendukungnya, seperti mereka berdua.
Mendadak, suara Arvin memecah keheningan. "Kamu udah jadi sahabat kita, Donia. Aku, Ryan, Aurel, Rara, sama Brandon. Kita semua menganggap kamu bagian dari kita." Dengan nada yakin, tanpa melepaskan pandangannya dari jalan di depannya.
Donia tertegun. Hatinya terasa hangat mendengar pernyataan Arvin. Untuk pertama kalinya, dia merasa benar-benar diterima.
Donia terkejut mendengar ucapan Arvin. "B-benarkah? Seriusan?" Dengan mata yang berbinar, kegembiraan tak bisa ia sembunyikan.
"Iya, Donia! Kamu udah aku anggap sahabat," jawab Rara dari samping Arvin, kemudian menoleh ke belakang, memastikan Donia tahu bahwa dia sungguh-sungguh.
Donia tersenyum lebar, hatinya berbunga-bunga. "Aaa, makasih banget ya, udah anggap aku sebagai sahabat kalian." Matanya bergantian menatap Rara, Ryan, dan Arvin dengan penuh rasa syukur.
Rara menatap Donia dengan senyum hangat, sementara Ryan juga menoleh ke samping dan mengangguk sambil tersenyum. Arvin, yang sedang menyetir, melihat Donia melalui kaca spion dan tersenyum simpul, merasa lega melihat Donia bahagia.
"Aku beruntung banget, bisa jadi sahabat kalian," ujar Donia pelan namun penuh arti, hatinya dipenuhi rasa hangat.
Tiba-tiba, suara dering telepon memecah momen hangat itu. Arvin meraih handphonenya yang tergeletak di dashboard dan melihat nama yang tertera di layar.
Rara, yang penasaran, segera bertanya, "Siapa?" sambil menoleh ke Arvin.
"Aurel," jawab Arvin singkat, menatap Rara sebentar sebelum mengangkat teleponnya.
Dia menekan tombol hijau terlebih dahulu dengan tangan kiri dan mendekatkan ponselnya ke telinga kiri. "Hallo?"
"..."
Bersambungg....
Vote dan koment jangan lupa ya, share ke teman-teman buat baca cerita ini!
Follow instagram author yuk, @faizahjahro
See you<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Brandon [TAMAT]
RomantizmBrandon, seorang cowok yang tak pernah tertarik pada cewek, selalu menganggap mereka ribet, cengeng, dan menjijikkan. Namun, pandangannya berubah ketika dia bertemu Donia, gadis tangguh yang memiliki sisi manja dan pemberani. Meski Donia seorang ind...