[ Jake Enhypen ]
.
.
.
Selamat membaca^^
.
.
."Servis hati di mana ya? Ada yang bisa sharelock? Kayaknya gua salah naruh hati gua ke dia."
Seorang cowok datang membawa sebuket bunga lili di tangannya, balutan kemeja hitam melekat sempurna di tubuh tegapnya. Dia Jay, datang ke sebuah tempat dimana ia di suguhkan langsung oleh gundukan tanah yang di atasnya terdapat taburan bunga. Tempat dimana ia kembali mengingat masa lalunya yang penuh dengan linangan air mata.
Choi Nara. Nama indah yang selalu melekat di ingatan Jay, dari dulu hingga sekarang. Nama yang selalu membuat hati Jay kembali berharap bahwa akan ada masa di mana ia akan bertemu dengan gadis manis pemilik nama tersebut. Tidak hanya itu, setiap kali mendengar nama gadis yang pernah ia cintai dan sayangi, rasa bersalah selalu menghantui pikirannya.
"Hai manis, kamu apa kabar?"
Jay meletakkan sebuket bunga lili tepat di samping batu nisan. Tangannya perlahan terulur untuk mengusap lembut batu nisan yang sudah lama tidak pernah ia kunjungi.
"Maaf ya, aku baru bisa datang hari ini. Biar aku tebak, kamu pasti kangen banget kan sama aku? Hayo ngaku!" Ucap Jay tersenyum manis, bahkan berbicara sendiri di depan makam yang tidak akan pernah membalas pertanyaannya.
"Oke kalo kamu nggak mau ngaku gapapa, tapi ada satu hal yang harus kamu ketahui dan itu penting banget." Jay menarik napasnya sebelum melanjutkan ucapannya, tidak lupa kedua ujung bibirnya selalu tertarik ke atas apapun keadaannya.
"Aku kangen banget sama kamu, Nara. Kamu pasti bahagia ya di sana? Kamu pasti udah ketemu sama orang tua kamu. Beda ya kalo aku? Sampai sekarang aku nggak tau orang tuaku siapa." Jay tersenyum getir membayangkan bahwa ialah hanya anak panti yang tidak mengetahui kedua orang tuanya.
"Oh iya, aku sama Jake udah baikan, kamu pasti udah tau kan? Kamu seneng nggak? Andai kamu masih di sini, kita bertiga bisa pergi ke pasar malam bareng, terus makan es krim di pinggir jalan, pergi beli buku, dan belajar bersama di taman panti. Wah pasti menyenangkan, jujur saja aku merindukan momen itu, Ra."
Tidak bisa di pungkiri, cowok pemberani seperti Jay akan terlihat lemah jika sudah berurusan dengan gadis pertama yang ia cintai. Terlebih ia terus merasa bersalah ketika mengingat Nara meninggal tepat di depan mata kepalanya sendiri karena tertabrak truk.
"Jay, makasih berkat kamu aku nggak dimarahi Bu Lusi. Kamu malaikat pelindungku."
"Kamu malaikat pelindungku, Jay. Jadi, kamu nggak boleh cengeng."
"Lihat, malaikat pelindungku sangat tampan jika dia tersenyum manis, terus tersenyum ya, Jay!"
"Maaf. Maaf aku nggak bisa jadi malaikat pelindungmu dan aku nggak bisa tepati janji untuk selalu tersenyum, Ra." Ucap Jay menunduk, berusaha menyembunyikan air matanya dari Nara. Ia tidak mau jika Nara harus melihatnya mengeluarkan air mata, ia tidak mau Nara ikut bersedih.
Tepukan di bahu kanan Jay mampu membuat Jay menoleh, lalu melihat Jake tersenyum teduh kepadanya dengan sebuket bunga yang sama persis dengan yang ia bawa tadi, bunga lili.
"Jake."
Jake ikut berjongkok di samping Jay, lalu meletakkan sebuket bunga di samping bunga milik Jay. Kedua bunga itu hanya untuk Nara, sahabat kecilnya.
Jake melirik Jay yang sedang menundukkan pandangannya ke tanah, Jake tahu persis bahwa Jay sangat menyukai Nara, walaupun dulu mereka masih terbilang anak-anak, tapi ketertarikan kepada lawan jenis tidak bisa di prediksi bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD BOY || JAKE ENHYPEN ||
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA^^ Jake Sim, siapa yang tidak kenal dengan pria itu. Hampir satu sekolah mengenal pria yang bermarga Sim itu. Terlahir dari keluarga konglomerat, kedua orang tua yang menyayanginya lebih dari apapun. Tidak hanya itu, ia...