046

41.7K 3.5K 2.3K
                                    

Nunggu Altheo update?

Jangan lupa tembusin 1,5k vote & 2k komen!!!



Selamat membaca

BUGH!

"BRENGSEK! DIA ISTRI LO, AN!!!" teriakan Liam benar-benar menggema di setiap sudut ruangan, hingga orang-orang rumah menghampiri keduanya.

Liam benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikir Zean, bagaimana bisa lelaki itu melakukannya kepada istrinya sendiri?

"Bang, kenapa?" Hanna bertanya sembari mendekat kepada Zean.

Tanpa menjawab pertanyaan dari sang bunda, Liam melenggang pergi begitu saja dengan perasaan emosi.

Sedangkan Zean hanya diam membisu, ia pantas menerima ini semua. Kesalahannya kali ini benar-benar sudah diluar batas.

"Al, bunda obatin--"

"Al gapapa bun, Al pamit pulang," ucap Zean langsung menyela perkataan Hanna dan berjalan keluar rumah.

Terdengar helaan napas berat dari bibir Hanna, ia berpikir kenapa semuanya menjadi kacau seperti ini setelah kematian Zea?

Melajukan mobil tak tentu arah, pikiran yang berkecamuk, Zean berpikir, apa ini yang dinamakan penyesalan? Untuk masalah keluarga Lovata memang dari awal pun sudah ditangani oleh Rangga, bahkan papinya itu memberi pelajaran terlebih dahulu sebelum di masukan ke dalam jeruji besi.

Zean meremas rambutnya sendiri dengan kencang, ingatan dimana dirinya memperlakukan Lovata seperti orang lain terlintas kembali di otaknya.

Menyuruh Lovata untuk tidur di lantai hanya beralaskan karpet bulu, membangunkannya dengan cara yang tidak manusiawi, menendang atau bahkan menjambak rambutnya agar terbangun, memarahinya habis-habisan karena tidak becus memasak. Seharusnya Zean tahu, dari awal bersamanya pun Lovata selalu ia manjakan.

Dan yang paling membuat Zean sangat menyesal, memperkosa Lovata di saat gadis itu sedang tertidur, tanpa melakukan pemanasan apapun, Zean langsung melakukannya membuat gadis itu menangis, menjerit kesakitan karena perlakuan kasar darinya. Dan itu berlaku tidak hanya satu jam atau dua jam, Zean terus melakukannya hingga pagi. Seolah tidak mempunyai salah apapun, dirinya langsung mandi dan pergi ke kantor tanpa memikirkan bagaimana keadaan istrinya.

Sangat brengsek bukan?

Setelah berputar-putar tak tentu arah, akhirnya Zean sampai di rumahnya. Satu-satunya tempat yang akan membuatnya sedikit tenang adalah rumah, setidaknya Zean akan mendapat arahan dari sang papi meskipun dia masih kecewa kepadanya.

"Mana papi?" Zean langsung bertanya saat mendapati Gara yang tengah menggendong adik kecilnya sembari memberinya susu. Melihat itu hatinya tiba-tiba mencelos.

"Di ruang kerja," sahut Gara seadanya tanpa mengalihkan tatapannya.

"Lo--" Zean menggantung ucapannya ketika Gara pergi begitu saja sembari menggendong adik kecilnya. Tidak perlu bertanya pun, Zean sudah paham, adiknya itu pasti sedang kecewa.

"Pi, Lea mau sama papi!" itu adalah suara teriakan Gara.

Satu minggu lebih usia adik kecilnya, dan Zean baru mengetahui namanya, kakak macam apa sebenarnya dirinya ini?

"Biar gue yang gendong," ucapnya tiba-tiba saat sudah berada di samping Gara.

Tanpa mengucap sepatah kata pun, Gara lantas memberikan adik kecilnya kepada sang abang.

ALTHEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang