049

45.8K 3.2K 1.2K
                                    

Halooo geng, aku balik lagi buat update altheo, gimaneee senenggg taaa???

Ada yang kangen aku gasieee??

Kangen Tata Theo uwu? sama aku juga kangennn hiks

Bdwey, terimakasih udah tembusin vote sama komennya!!!😍 i love you guys!!!😍 jawab gak?!!! gak jawab gak bakal update lagiii!!!!




SELAMAT MEMBACA🦋

Entah sudah berapa kali Zean memberi kode kepada teman-temannya untuk segera keluar dari ruangannya. Zean hanya ingin berduaan saja dengan Lovata, tidak ingin ada yang mengganggu satu orang pun. Tapi kenyataannya, itu sangat sulit karena ke-empat temannya masih setia berada satu ruangan dengannya.

Sepertinya memang di sengaja.

"Markas siapa yang jaga?" tanya Zean, hanya sekedar basa-basi.

"Banyaklah, semuanya jaga," sahut Agrel tanpa menolehkan kepalanya karena tengah fokus menatap layar ponsel.

Zean membuang napasnya kasar, tatapannya beralih menatap Lovata, gadis itu tengah asik mengobrol dengan Laya, entah apa yang dibicarakan mereka, hingga terlihat asik seperti itu. Zean terpaksa mengambil ponsel untuk mengirim pesan kepada Liam, hanya lelaki itu yang pasti bisa menolongnya.

Pesan terkirim, Zean kembali meletakan ponselnya. Pandangannya kini tertuju kepada Liam, senyum liciknya terbit saat melihat Liam mulai merogoh ponsel di dalam sakunya. Saat pandangannya saling beradu, Zean kembali memberi instruksi kepada Liam seolah menyuruhnya untuk segera pergi.

"Balik, udah malem," ucap Liam sembari beranjak dari tempat duduknya.

Hal itu tentunya membuat Zean senang bukan main.

"Tanggung, bentar lagi gue menang," seru Magnus.

"Sama, bentar lagi lah, Yam," Agrel ikut menyahut.

"Gue juga tanggung, lagi ngurusin anak kesayangan nyokap gue," kali ini Gerald yang menyahut. Anak kesayangan yang Gerald maksud adalah pou, permainan pou yang Gerald mainkan. Dulu, itu permainan kesukaan Gladys, sang ibunda.

Dalam hati Zean menggertak kesal, tidak bisakah teman-temannya ini mengerti? Bahkan sepenuhnya saja belum ia mendapat maaf dari istri cantiknya, Zean ingin segera menuntaskannya, tapi kenapa sangat susah sekali?

"Besok gue kasih apa yang kalian mau," hanya ini satu-satunya cara yang akan membuat mereka menurut.

Magnus, Agrel dan Gerald saling beradu pandang, ketiganya sama-sama saling melempar senyuman miring. Dalam hitungan detik, ketiga lelaki tampan itu langsung berdiri, dan segera mengambil jaketnya masing-masing.

"Deal!!!!!!" seru ketiganya kompak.

"Najis," gumam Zean menatap ketiga temannya sinis.

"Neng Laya, mau ikut abang Magnus pulang gak? Apa mau ikut abang Liam aja?" Magnus tersenyum penuh menggoda kepada Laya.

"Aku kerjanya di rumah Kak Liam, jadi aku pulang ikut Kak Liam," jawab gadis yang masih duduk bersampingan dengan Lovata itu.

"Kalo gitu, pindah aja kerjanya di rumah abang Magnus mau gak?" tawar Magnus seraya tersenyum sumeringah.

"Pulang, Cia mau tidur sama lo," tiba-tiba Liam menghampiri ke arah Laya, mencekal pergelangan tangannya lalu membawanya pergi keluar.

"Idih, Cia apa, lo yang mau tidur sama neng Laya?!!" teriak Magnus berniat ingin menggoda teman esnya itu. Namun tidak di gubris, karena Liam sudah pergi keluar.

ALTHEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang