BAB 20

230 31 0
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Satu bulan kemudian.

Semenjak kepulangannya dari pulau itu akhirnya Larisa mulai kembali menikmati kehidupannya. Melupakan sejenak masalahnya dengan menulis kembali. Setiap hari dia duduk di depan laptopnya menulis karya-karya terbarunya. Mungkin dengan hal itu bisa membuat ia kembali bersemangat untuk hidup.

"Kenapa kepalaku sangat pusing sekali.." gumam Larisa sambil menyentuh keningnya dengan tangan.

Larisa berfikir sepertinya ia terlalu banyak menatap layar laptop. Hal itu membuatnya menjadi mudah pusing dan lagi ia harus banyak berfikir untuk mengumpulkan inspirasi novelnya. Karena tidak tahan dengan rasa pusingnya akhirnya ia memilih untuk mencari obat pusing yang ada dirumah. Namun ternyata tidak ada obat sama sekali sepertinya ibunya lupa membeli persediaan obat untuk dirumah.

"Sial!! Kenapa tidak ada obat sama sekali.." gumam Larisa kesal.

Karena tidak menemukan obat sama sekali Larisa memilih untuk mengistirahatkan dirinya terlebih dahulu. Ia berfikir mungkin dengan istirahat pusing di kepalanya akan hilang. Ia baringkan dirinya di ranjang dalam tempo beberapa menit akhirnya Larisa tertidur lelap.

Larisa tidak menyadari ada burung gagak yang memantau setiap kegiatannya selama ini. Burung yang dikirim oleh Ethan untuk memantau Larisa. Hingga saat ini Ethan tidak pernah bisa melupakan Larisa. Ingin rasanya ia menemui Larisa namun ia tidak memiliki alasan untuk melakukan itu.

"Tuan.. nona itu sepertinya sedang sakit.." ujar Burung gagak yang diberi nama Leo.

"Apa? Dia sakit? Bagaimana keadaannya?" Tanya Ethan panik.

"Aku tidak tau tuan.. aku hanya melihat nona itu memegang keningnya lalu ia tertidur di ranjangnya.." jawab Leo.

Ethan berfikir keras dengan keadaan Larisa saat ini, ia tidak bisa menemui Larisa. Namun ia juga cukup kawatir dengan keadaan Larisa.

"Apa yang harus aku lakukan Alfred.." ujar Ethan bingung.

"Tidak apa tuan.. nona Larisa pasti baik-baik saja, mungkin nona Larisa butuh istirahat dan setelah ia istirahat pasti ia akan langsung membaik.." jawab Alfred mencoba untuk menenangkan tuannya.

Meski Ethan terus mencoba untuk menganggap tidak akan terjadi apa-apa tetap saja ia cukup kawatir dengan keadaan Larisa. Terlihat dari ekspresi wajahnya yang masih menunjukkan kekawatiran.

Setelah tertidur hingga lebih dari empat jam akhirnya Larisa bangun ia kaget saat melihat diluar jendela sudah mulai gelap. Cukup lama ia tertidur hingga tidak menyadari bahwa hari sudah malam.

"Kenapa aku tidur seperti orang yang tidak tidur berhari-hari.." gumam Larisa bingung.

Ia sedikit merasa gerah karena belum mandi sejak pagi tadi, kesibukannya menulis membuat ia lupa untuk mandi.  Bukan lupa hanya saja beberapa hari ini ia sangat enggan mandi. Rasa malasnya mendominasi dan akhirnya ia sama sekali tidak perduli jika tidak mandi sekalipun.

"Tubuhku rasanya sudah lengket sekali.. tapi aku malas sekali mandi.. oh tuhan apa yang harus aku lakukan.." gumam Larisa yang kebingungan.

"Kenapa kau sekarang malas sekali mandi.. bukannya dulu kau sampai rela mandi di danau.." gumam Ethan yang ternyata ia datang kerumah Larisa namun ia hanya bisa berdiri dan bersembunyi di pohon besar dekat rumah Larisa.

Ethan terus menatap Larisa yang masih bermalas-malasan di ranjangnya. Namun sesuatu hal membuatnya sangat kaget dan terkejut. Ethan merasa ada sesuatu yang muncul di dirinya Larisa.

"Apa ini? Kenapa aku merasa ada sesuatu yang muncul di diri Larisa.. benarkah itu? Benarkah dia hadir dan tumbuh disana?" Gumam Ethan berkaca-kaca.

UNTOUCHABLE : ETHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang