JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang akhirnya mereka sampai di mansion. Ethan sama sekali tidak melepas genggamannya di jemari Larisa. Hal itu membuat Larisa semakin merasa bersalah saja dengan apa yang sudah ia ucapkan. Larisa merasa Ethan begitu mencintainya namun kenapa ia malah semudah itu mengatakan kata-kata yang pasti menyakiti hati Ethan jika mendengarnya.
"Ethan.. aku.."
"Kau butuh istirahat Risa.. jangan terlalu banyak bicara lagi.. kau pasti lelah.. lebih baik kau beristirahat di kamar.." ujar Ethan memotong perkataannya Larisa.
Larisa pun hanya diam dan menurut saja dengan apa yang di perintahkan oleh suaminya itu. Meski rasa bersalah menjalar ke seluruh hatinya mungkin dengan meminta maaf saja tidak cukup untuk membuat semuanya kembali seperti yang seharusnya.
"Kenapa aku begitu merasa bersalah seperti ini.. bukankah memang aku belum merasakan cinta yang begitu besar kepadanya.. aku hanya berkata jujur dengan apa yang aku rasakan.. tapi mengapa kejujuran itu malah membuatku jadi merasa bersalah seperti ini.. apa maumu sebenarnya Risa.." gumam Larisa yang tengah berjalan menuju ke kamarnya.
Ethan menuntunnya dengan sangat lembut hingga ke ranjang. Membiarkan Larisa beristirahat setelah melakukan perjalanan panjang.
"Kau mau kemana?" Tanya Larisa saat Ethah hendak berjalan pergi meninggalkannya sendirian di kamar.
"Ada yang harus aku lakukan Risa.. kau istirahat saja disini.. kau aman.." jawab Ethan.
"Tapi.. kenapa kau tidak ikut istirahat bersamaku.. bukankah kau juga lelah karena perjalanan panjang tadi.." ujar Larisa.
"Aku sama sekali tidak lelah Risa.. hanya saja.."
"Hanya apa?"
"Tidak.. tidak apa-apa.. kau tidur lah dulu.. nanti aku akan kembali lagi.." ujar Ethan.
Larisa merasa kecewa karena Ethan pergi begitu saja meninggalkannya sendirian di kamar. Entah mengapa saat ini ia merasa ingin selalu dekat dengan suaminya. Entah karena rasa bersalahnya atau ada perasaan lain yang belum terungkapkan.
"Kenapa aku jadi sangat kesal seperti ini.. ah sudah lah.. terserah kau saja.. lebih baik aku tidur.. tubuhku terasa sangat lelah.. hidungku juga berair.." gumam Larisa.
Larisa pun memilih untuk tidur ia menarik selimutnya hingga ke batas lehernya. Ia merasa begitu kedinginan, mungkin karena perjalanan panjangnya di lautan.
"Tuan, apakah nona sudah tidur?" Tanya Alfred.
"Sepertinya ia sudah tidur.." jawab Ethan sambil terus berjalan dan Alfred mengikutinya dari belakang.
"Tuan.. apa sebaiknya kita melakukan sesuatu? Bukankah nona Asinley sudah sangat keterlaluan.." ujar Alfred.
"Tidak perlu Alfred, Larisa baik-baik saja.. Ainsley tidak melakukan hal buruk padanya.. bagaimana pun Ainsley teman masa kecilku.." ujar Ethan.
"Baik tuan.. saya tidak akan membahas soal ini lagi.. tapi tuan.. tuan hendak kemana? Kenapa tidak menemani nona di kamarnya.." tanya Alfred lagi.
"Mungkun ia akan lebih nyaman jika aku tidak berada di kamar.." jawab Ethan datar.
Alfred hanya bisa terdiam mendengar jawaban tuannya. Terlihat tuannya bersedih namun ditutupi dengan ekspresi wajahnya yang dingin. Namun meski begitu Alfred tidak bisa membantu apa pun karena masalah ini tidak seperti masalah yang biasa ia handle.
"Maaf tuan.. saya tidak bisa membantu apa-apa.. saya tidak bisa membuat nona Larisa mencintai anda.. tapi saya akan selalu berdoa, semoga kebahagiaan hanya untuk tuan dan nona.." gumam Alfred di dalam hatinya menatap tuannya dari belakang. Meski pundak itu terlihat kokoh dan kuat namun tetap saja pemiliknya juga merasakan rapuh ketika cintanya tak terbalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOUCHABLE : ETHAN [END]
VampirgeschichtenMenjadi seorang penulis membutuhkan imajinasi yang cukup. Semenjak di khianati oleh kekasihnya Larisa tidak bisa fokus menulis seakan-akan inspirasi dan imajinasinya menghilang bersama dengan cintanya yang hilang. Berniat mencari inspirasi untuk nov...