JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.
Larisa masih menikmati tidurnya setelah perjalanan panjangnya yang sungguh melelahkan. Matahari sangat menyilaukan bedanya kali ini tidak ada suara bunyi burung berkicauan di luar. Yang ada hanyalah suara klakson mobil dan motor yang berkeliaran di jalanan.
"Kamar sendiri memang pilihan terbaik.. aku sungguh rindu kamarku.." gumam Larisa.
Tok..tok..tok..
Pintu kamar di ketuk dari luar Larisa tau itu pasti yang mengetuk adalah Sims adik laki-lakinya."Masuklah Sims.." teriak Larisa.
Pintu langsung terbuka dan Sims masuk ke dalam dengan girang. Ia langsung naik ke ranjang Larisa.
"Kenapa kemarin kau tidak ke kamarku.. apakah kau tidak merindukanku?" Ujar Sims.
"Siapa bilang aku tidak merindukanmu.. setiap hari setiap waktu aku sungguh merindukanmu bocah kecil." Jawab Larisa sambil mengusap kepala Sims.
"Jadi kenapa kau tidak menemuiku saat kau pulang.." ujar Sims.
"Itu karena aku sangat lelah Sims.. tubuhku hampir remuk karena perjalanan yang jauh.. kau tau kan perjalanan dari sini kesana butuh berapa lama.." jawab Larisa yang mencoba untuk memberi pengertian kepada adiknya.
"Iya juga ya.. baiklah kini aku akan mencoba untuk mengerti tapi kau harus mentraktirku makan.. aku tidak mau ada penolakan.." ujar Sims.
"Hahahaha baiklah.. baiklah.. apa pun yang kau inginkan Sims.." jawab Larisa sambil memeluk erat adiknya.
Sims pun akhirnya keluar dari kamarnya Larisa sedangkan Larisa masih senang berkutat dengan bantal dan selimutnya. Ia masih ingin bermalas-malasan menikmati hari tenangnya tanpa harus bertemu dengan seseorang yang membuatnya terluka dan bersedih.
Disisi yang lain seseorang tengah duduk dibalik jendela sambil menatap ke arah rumah kecil yang ada disamping mansion miliknya. Rumah itu sangat kecil bahkan hanya sebesar ukuran kamarnya.
"Tuan.. apakah kau ingin aku membawa sarapan ke kamar?" Ujar Alfred selaku pelayan terpercaya Ethan.
"Tidak.. aku sedang tidak ingin makan apa pun.." jawab Ethan menolak.
Setelah kepergian Larisa kemarin Ethan terus-terusan mengurung diri di kamar. Ia sama sekali tidak ingin keluar dari kamarnya bahkan ia enggan meski hanya untuk menghirup udara segar.
"Tapi tuan.. bukankah kau harus mengisi perutmu dengan makanan.. nanti kau akan sakit.." ujar Alfred.
"Tidak akan.. aku tidak akan mati.. kau tau itu bukan.." ujar Ethan.
Karena tidak ingin berdebat atau memaksakan tuannya lagi akhirnya Alfred keluar dari kamarnya Ethan. Meski ia tau Ethan tidak akan mati tapi tetap saja setengah tubuhnya adalah manusia.
"Tuan tidak ingin makan apa pun.. bawa kembali makanannya.." ujar Alfred kepada pelayan bawahannya.
"Baik tuan.." jawab Pelayan.
"Jika tidak bisa kehilangannya kenapa tuan malah membiarkan dia pergi.. sampai kapan tuan akan seperti ini.." gumam Alfred di dalam hatinya.
Alfred hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tuannya sedang menyiksa dirinya. Ia hanya duduk di balik jendela sambil terus menatap rumah yang sudah dalam keadaan kosong.
Entah apa yang ada di fikirannya hingga ia betah memandang rumah itu meski tidak ada siapa-siapa di dalamnya.Krucuk...krucukk..krucukk..
Bunyi suara perut Larisa yang lapar karena sedari semalam tidak terisi apa-apa. Mau tidak mau akhirnya Larisa beranjak dari ranjangnya dan pergi keluar dari kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOUCHABLE : ETHAN [END]
VampireMenjadi seorang penulis membutuhkan imajinasi yang cukup. Semenjak di khianati oleh kekasihnya Larisa tidak bisa fokus menulis seakan-akan inspirasi dan imajinasinya menghilang bersama dengan cintanya yang hilang. Berniat mencari inspirasi untuk nov...