BAB 47

156 19 0
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Larisa sedang menikmati minuman dinginnya sambil menikmati senja di taman tepat di dekat mall dimana ia melakukan pertemuan dengan pecinta karya-karyanya. Tubuhnya cukup lelah begitu juga dengan jarinya yang harus membubuhkan tanda tangan cukup banyak.

"Aku sungguh merindukan rasa lelah ini.. jariku yang keriting dan karya-karyaku terjual jutaan copy.. ini baru yang namanya pelangi setelah badai.." gumam Larisa sambil menyeruput minumannya.

Setelah kisah cintanya yang kandas karena pengkhianatan dan mimpi yang tidak jelas apakah itu nyata atau tidak. Larisa tidak ingin mempermasalahkannya lagi atau tidak ingin memikirkannya lagi. Semakin ia mencoba untuk membenarkan apa yang ia yakini. Ia terlihat seperti orang bodoh yang mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin.

"Kenapa sepertinya aku masih belum menemukan kebahagiaanku ya.. bukankah aku sudah mendapatkan semuanya.. lantas kenapa hatiku merasa kosong.. apa lagi yang harus aku isi untuk menutupi kekosongan ini.." gumam Larisa yang mulai galau dengan perasaannya sendiri.

Lalu pandangan Larisa tertuju ke arah sepasang suami istri dan kedua anaknya. Mereka juga sedang menikmati pemandangan sore hari seperti dirinya. Mereka terlihat bahagia dengan keluarga kecil merek. Sedangkan Larisa hanya sendirian tanpa pasangan sekali pun.

"Apakah sudah saatnya aku membuka hatiku untuk seseorang yang baru.. tapi siapa yang mau menerimaku.. apa nantinya pria baru akan berbeda.. aku takut jika nantinya sama saja seperti Dean.. seandainya aku menemukan pria seperti Ethan.. ah jangan konyol Larisa tidak akan ada Ethan di dunia nyatamu.. bahkan Ethan yang nyata pun tidak mengenalimu sama sekali.. kau hanya berhubungan dengan Ethan di dalam mimpimu saja.. sadar Larisa.." gumam Larisa yang sejak tadi hanya berbicara sendiri.

"Hallo... apakah kau nona Larisa penulis novel yang terkenal itu?" Tanya seorang anak remaja yang tiba-tuba menghampiri Larisa.

Larisa menoleh ke arah anak remaja yang sedang membawa novel karyanya di tangannya. Larisa langsung menunjukkan senyumnya.

"Apa ada yang bisa aku bantu?" Tanya Larisa.

"Emmm.. bisakah kau menandatangani novel milikku.. aku tidak sempat ikut acaranya tadi.. " jawab remaja itu penuh berharap.

"Tentu saja.. sini berikan novel milikmu.." ujar Larisa.

Remaja laki-laki itu pun langsung memberikan novel miliknya. Ia begitu senang karena Larisa bersedia memberikan tanda tangan meskipun ia tidak mengikuti acara yang seharusnya.

"Siapa namamu?" Tanya Larisa.

"Ethan.. tulis namaku Ethan nona.." jawab Remaja itu yang ternyata namanya Ethan.

"Ethan?? Oh iya Ethan.. nama yang bagus.." ujar Larisa sambil langsung menulis nama Ethan dinovel milik remaja itu.

"Terima kasih nona Larisa.. aku sangat beruntung bisa bertemu denganmu disini.." ujar Remaja itu lagi.

Larisa tersenyum melihat remaja laki-laki yang bernama Ethan itu. Di tambah lagi ia begitu terlihat tampan. Senyum manisnya juga sangat indah persis seperti senyuman seseorang yang memiliki nama yang sama.

"Sepertinya aku harus menghindari nama itu di kehidupan nyataku.. apakah aku bisa melakukannya.." gumam Larisa merasa putus asa.

Karena hari sudah semakin gelap akhirnya Larisa memilih untuk kembali. Apartemennya tidak jauh dari taman itu, Larisa memilih untuk berjalan kaki saja. Sambil menenangkan fikirannya yang sebelumnya galau.

"Apa aku tinggal dirumah mommy saja ya.. di apartemen aku merasa kesepian sendirian.." gumam Larisa.

Larisa mengubah tujuannya yang awalnya hendak ke apartemen kini ia mengubahnya ke rumah ibunya. Saat Larisa menunggu taksi Larisa harus menunggu lama. Hari yang semakin gelap membuat taksi berhenti beroprasi tidak seperti sebelumnya.

UNTOUCHABLE : ETHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang