BAB 21

228 29 0
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Larisa sedang berjalan sendirian di pinggir jalan, pandangannya kosong menatap kedepan. Sepulangnya dari rumah sakit ia merasa sangat syok mendengar bahwa ia saat ini sedang mengandung anak dari pria yang kini ia benci. Ia bingung harus melakukan apa dan apa yang harus ia lakukan dengan anak yang dikandungnya.

"Kenapa aku sangat syok? Bukankah aku yang mengatakan sendiri akan merawat bayi ini sendiri jika aku benar-benar hamil? Lantas kenapa kepercayaan diriku menghilang setelah mendapati kabar ini.. kenapa aku berubah menjadi tidak punya semangat hidup.." gumam Larisa di dalam hati.

Larisa duduk di bangku di pinggir jalan sambil tetap dalam keadaan pandangan yang kosong. Tanpa ia sadari air matanya menetes lalu ia mengusap perutnya yang masih rata. Dimana sebuah janin tengah tumbuh disana semakin lama akan semakin besar.

"Nak.. sungguh sangat lucu.. aku tidak pernah membayangkan memiliki bayi di dalam waktu dekat ini.. namun kau malah hadir di kehidupanku disaat aku memiliki kehidupan yang rumit.. aku tidak menyalahkanmu nak.. hanya saja aku takut nantinya aku tidak bisa membahagiakanmu.." gumam Larisa sambil mengusap lembut perutnya.

Mendadak Larisa merasa sangat lapar perutnya bahkan mengeluarkan suara. Namun ia sadar saat ini ia tidak boleh makan sembarangan. Hal itu bisa membahayakan bayi di dalam kandungannya. Larisa memilih untuk pulang kerumah saja namun sebelum pulang ia akan membeli beberapa buah untuk ia makan dirumah.

Sesampainya dirumah Larisa berjalan sambil menentengp kresek berisikan buah. Ia membuka pintu rumah namun mendadak kresek yang ia bawa jatuh dan akhirnya buah-buah yang ada di dalamnya berjatuhan hingga bergelinding keluar.

"Larisa kau sudah pulang dan kenapa kau jatuhkan buah-buah ini.." ujar Charlotte sambil memungut buah yang berserakan.

Awalnya Larisa sudah menerima kenyataan tentang kehamilannya. Moodnya sudah membaik dan ia juga sudah bisa tersenyum namun saat ini senyuman di wajahnya sirna. Tatapannya menunjukkan ia kaget namun ia juga terlihat sangat tidak nyaman.

"Kenapa mama membiarkan orang asing masuk ke dalam rumah.." ujar Larisa masih terus menatap tajam ke arah seorang pria yang sedang berdiri menatap ke arahnya.

"Orang asing bagaimana? Bukankah dia calon suamimu.. bagaimana bisa kau mengatakan dia orang asing?" Jawab Charlotte.

Larisa langsung menoleh ke arah ibunya ia cukup kaget mendengar perkataan ibunya. Bagaimana bisa ibunya dengan semudah itu mengatakan bahwa pria yang datang kerumahnya ini adalah calon suaminya.

"Ethan sudah mengatakan segalanya tentang kalian.. dia kesini ingin bertanggung jawab atas kesalahan yang pernah ia lakukan.." ujar Charlotte lagi.

"Apa?? Bertanggung jawab? Untuk apa bertanggung jawab.. dia sama sekali tidak menginginkanku ma.. bahkan dia tidak mau saat aku mintai pertanggung jawaban.." ujar Larisa.

"Sudahlah Larisa seharusnya kau mau menerimanya saat ini.. aku tau kau saat ini sedang mengandung bukan? Terima lah dia.. jika tidak bagaimana bisa kau akan menjalani hidupmu tanpa seorang suami.. anakmu butuh ayahnya.." ujar Charlotte.

Speechless, Larisa cukup syok mendengar ucapan mamanya bagaimana tidak mamanya sudah mengetahui ia sedang hamil. Dari mana mamanya tau kenyataan itu sedangkan ia sendiri saja baru tau.

"Bagaimana mama bisa tau soal ini? Siapa yang memberitahukan mama?" Tanya Larisa.

"Ethan yang mengatakannya kalau kau sedang mengandung anaknya.. sudahlah Larisa aku hanya ingin kau menikah.. semua ini terjadi juga karena Dean bukan? Dia ingin menjebakmu.. aku merasa beruntung bukan dia yang menjadi ayah dari anakmu.." jawab Charlotte.

UNTOUCHABLE : ETHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang