BAB 36

136 22 0
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Larisa merasa kesal karena Ethan terus mengodanya karena telah menuduhnya. Padahal Larisa benar-benar tidak tau kalau ada ular kecil di belakangnya. Namun Larisa merasa bersyukur karena Ethan telah menolongnya. Jika tidak maka ia sudah pasti akan dalam bahaya meski ular itu tidak berbisa sama sekali.

"Kau masih marah padaku?" Tanya Ethan sambil terus mengikuti Larisa dari belakang.

Larisa tidak ingin terbang bersama dengan Ethan lagi. Ia memilih untuk berjalan kaki saja meski ia harus berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh. Pertanyaan Ethan sama sekali enggan di jawab oleh Larisa. Ia terus berjalan tanpa menoleh kebelakang sama sekali.

"Risa ayolah.. dengan berjalan seperti ini kita tidak akan sampai tepat waktu.. apakah kau tidak lelah Risa.. kau tidak takut akan tersesat?" Ujar Ethan lagi.

"Kenapa dia begitu menyebalkan.. aku sangat ingin menghajarnya.. bagaimana mungkin aku tersesat.
.bukankah dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.." gumam Larisa di dalam hati.

Namun mendadak Larisa menyadari suara langkah kaki Ethan tidak terdengar lagi. Bahkan Ethan tidak mengoceh apa pun lagi, membuat Larisa merasa ada sesuatu yang aneh. Langkah kakinya langsung terhenti suasana benar-benar terasa sepi dan sunyi. Bahkan tidak ada suara burung sekalipun hanya suara angin yang sedang menyentuh pepohonan.

"Haruskah aku menoleh kebelakang untuk memastikan apakah dia masih berada di belakangku?" Gumam Larisa.

"Jika aku menoleh dan mendapati ia masih berada di belakangku.. bukankah itu terlihat sangat konyol.." gumam Larisa lagi.

Rasa gengsi dan takut menjadi satu Larisa bingung apakah ia harus menoleh atau kah tidak. Namun rasa takutnya jelas-jelas lebih mendominasi di bandingkan rasa gengsinya. Mau tidak mau Larisa harus menoleh ke belakang untuk memastikan apakah Ethan benar-benar masih berada di belakangnya atau tidak.

"Oke.. untuk kali ini aku akan menurunkan egoku.." gumam Larisa sambil mencoba menoleh kebelakang.

Mata Larisa seketika membulat saat ia sudah benar-benar menoleh kebelakang. Larisa benar-benar tidak mendapati Ethan berada di belakang dirinya. Yang itu artinya sejak tadi ia hanya berjalan sendirian.

"Apa-apaan ini.. kemana Ethan? Apakah dia meninggalkan aku lagi? Apakah aku yang tersesat? Tidak mungkin.." gumam Larisa panik.

"Dia benar-benar jahat.. dia benar-benar meninggalkan aku untuk kedua kalinya di tengah hutan seperti ini.. aku sangat membencinya..hiks..hiks..." gumam Larisa yang menangis sendirian.

Ethan melihat Larisa menangis di balik pohon padahal ia hanya ingin mengerjai Larisa. Namun ternyata Larisa malah ketakutan dan menangis.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Ethan yang langsung mendatangi Larisa.

Larisa pun langsung memeluk Ethan dengan Erat. Ia benar-benar ketakutan sendirian di tengah hutan. Larisa menangis tersedu-sedu hal itu membuat Ethan tersenyum. Rencana yang ia buat dengan sengaja bersembunyi membuatnya mendapatkan pelukan untuk kedua kalinya dari Larisa.

"Kenapa kau sangat jahat Ethan.. kau selalu meninggalkan aku sendirian di hutan.. kau jahat Ethan.." gumam Larisa sambil terus memukul dada bidangnya Ethan.

"Maaf Risa.. maafkan aku.. aku hanya ingin mengerjaimu saja.. maafkan aku jika itu membuatmu ketakutan begini.." ujar Ethan.

Larisa terus menangis di pelukannya Ethan mendadak hujan turun sangat deras. Ethan langsung membawa Larisa berteduh di bawah pohon yang cukup rimbun. Bahkan air pun tidak akan menembus di balik ranting.

"Kau sudah merasa lebih baik?" Tanya Ethan.
Larisa hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Maaf.. jika aku tidak egois.. mungkin kita sudah sampai di mansion.." ujar Larisa.

UNTOUCHABLE : ETHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang