BAB 18

298 28 0
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Larisa terbangun dari tidurnya ia menatap langit-langit kamar yang begitu asing di pandang matanya. Kamar dimana semalam ia diperkosa habis-habisan oleh Ethan.

"Ternyata itu bukan lah sebuah mimpi.. aku fikir aku akan terbangun di kamarku.. ma.. aku merindukanmu.. hiks..hiks.." gumam Larisa sambil ingin memeluk kakinya sendiri.

"Aaaakkkkkkhhhh.." pekik Larisa saat menarik kedua kakinya.

Pangkal pahanya begitu perih karena pertempuran semalam. Padahal ini adalah kali keduanya melakukan hubungan intim. Namun entah mengapa kali ini lebih sakit di bandingkan yang pertama.

"Hiks..hiks.. sakit banget.. sakit..." gumam Larisa sambil menekan dadanya sendiri. Ia merasa jadi wanita yang tidak berharga sama sekali.

Menjauh dari Dean bukan kebahagiaan yang ia dapatkan melainkan kesialan yang berturut-turut. Larisa menatap ke sekeliling kamar ia melihat sebuah bingkai foto di meja samping ranjangnya. Sebuah foto terletak rapi dibingkainya suasananya terlihat begitu kuno dan di dalamnya ada Ethan.

"Pria brengsek.." gumam Larisa kesal.

Lalu ia melihat ke arah ranjang bawahnya disana sudah tersusun rapi satu setelan pakaian bersih. Larisa langsung menyadari bahwa dirinya saat ini sedang dalam keadaan tanpa pakaian apa pun.

Larisa mencoba beranjak dari ranjang dengan perlahan ia berjalan menuju kamar mandi. Meski terasa begitu perih ia terus berusaha sampai ke kamar mandi.

"Apakah dia belum bangun?" Tanya Ethan yang sedang berada di meja makan.

"Belum tuan.. sepertinya nona itu masih tidur.." jawab pelayan.

"Baiklah.. biarkan saja dia.." ujar Ethan.

Larisa kini sedang berada di bathub menikmati hangatnya air menyentuh kulitnya. Tubuhnya yang lelah langsung menjadi lebih segar dan bagian intinya juga merasa lebih baik setelah berendam di air hangat.

"Aku harus segera pergi dari sini.. aku tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki disini.. aku benci tempat ini.." gumam Larisa meyakinkan dirinya sendiri untuk menjauh dari tempat dimana luka terbentuk karena Ethan.

Larisa segera mengenakan pakaiannya  tidak menunggu nanti-nanti ia langsung keluar dari kamar. Beruntungnya kamar dalam keadaan tidak terkunci. Larisa keluar dengan tertatih-tatih meski pangkal pahanya masih terasa sakit ia sebisa mungkin mencoba berjalan dengan kakinya sendiri.

"Nona anda mau kemana?" Tanya salah satu pelayan yang sedang membersihkan mansion.

"Aku ingin pulang.. jangan hentikan aku.." jawab Larisa sarkas.

Pelayan langsung menutup mulutnya sesaat ia melihat Ethan datang. Larisa menyadari akan hal itu ia menoleh ke belakang ternyata benar Ethan tengah berdiri dengan ekspresi biasanya datar dan juga dingin.

Namun meski ada Ethan sekalipun Larisa tidak perduli, ia terus berusaha untuk berjalan keluar dari mansion. Ethan menatap kaki Larisa yang seperti terpincang-pincang ia mengerutkan keningnya. Menyadari hal itu terjadi karena dirinya, dirinya lah yang membuat Larisa kesakitan seperti itu.

"Maafkan aku.." gumam Ethan di dalam hati.

Begitu sulit bibirnya mengucap kata maaf begitu sulit bibirnya mengatakan jangan pergi. Padahal hatinya begitu ingin mencegah Larisa keluar dari mansionnya.

"Kenapa tuan tidak mencegahnya.." ujar Alfred.

"Untuk apa? Toh dia yang ingin pergi.. aku sudah setuju menikahinya.. tapi dia sendiri yang menolakku.. apakah aku salah membiarkannya pergi.." jawab Ethan sambil berlalu pergi.

UNTOUCHABLE : ETHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang