08. Tidak Ikut Campur

65.3K 8.6K 251
                                    

Resiko berbuat kebaikan itu hanya dua. Jika tidak dipuji maka bisa dicaci. Tapi tenang, jangan fokus pada salah satu atau keduanya. Karena sebaik-baik balasan datangnya dari Allah.

Perfect Captain
Karya Alfia_ramadhan11

Rayyan terdiam, menatap kendaraan yang hilir mudik di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rayyan terdiam, menatap kendaraan yang hilir mudik di hadapannya. Suasana di sekitar halte pagi ini masih sepi, wajar saja ini baru jam enam pagi. Rayyan melepas kacamata yang ia kenakan, kemudian dimasukkannya ke dalam box berwarna hitam. Rayyan, dia sangat menjaga kacamata hitam itu. Tak akan ada siapapun yang ia izinkan untuk menyentuhnya, kecuali..

"Kecamatanya mana?"

Rayyan mendongak, kemudian tersenyum dan mengangkat kotak hitam dalam genggamannya. Sedikit kemudian, kotak itu dirampas oleh Rayna, dan dipakaikannya pada Rayyan.

"Udah kesakitan baru tau rasa."

"Iya, maaf ibu negara." Rayyan membenarkan posisi kacamatanya agar nyaman di pakai.

"Gitu dong. Yaudah yuk berangkat." Rayna hendak meraih tangan Rayyan.

"Eits," cegah Rayyan menjauhkan tangannya.

Satu.. dua..tiga..

"Non mahram," ujar keduanya serempak diiringi gelak tawa.

"Kak Rayyan dicariin ternyata disini."

"Astaghfirullah," seketika lamunan Rayyan buyar saat Zaky menepuk pundaknya. Laki-laki itu kemudian menoleh. "Maaf Ky, tadi Kakak masih harus nyelesain urusan dengan Rayhan," ujar Rayyan.

"Ya Allah, tapi Kakak nggak papa kan?"

Rayyan terkekeh. "Santai Ky, yaudah duluan aja. Kakak nysusul," titah Rayyan.

"Siap Kak. Aku tunggu di ndalem ya." Zaky beranjak meninggalkan Rayyan.

Seperginya Zaky, Rayyan masih mematung di tempatnya. Entah mengapa senyum di bibirnya merekah saat ia mengingat kejadian lima tahun yang lalu. Rayna, nama itu benar-benar memenuhi isi pikiran Ray.

"Ay, gue kangen," lirih Ray.

"Dulu lo adalah orang yang paling perhatian. Selalu peduli sama gue. Bahkan lo ngelindungi  gue dari temen-temen nggak ada akhlak itu. Setiap bareng lo, gue ngerasa deket sama Bunda. Lo selalu ingetin gue pake kacamata. Lo yang bikin gue pede pake kacamata. Lo itu Bunda banget Ay. Sabar, perhatian..Ah, gue-" Rayyan mengacak rambutnya frustasi.

"Gue khawatir Ay," monolog Ray lagi.

Entah kenapa perasannya tiba-tiba menjadi tidak enak. Sebelumnya mengingat Rayna hanya akan membuat Ray sakit hati. Bahkan ia menyimpan barang-barang kenangannya bersama Rayna di gudang saking sakitnya jika melihat semua itu. Tapi kini berbeda, ada kekhawatiran yang mendalam saat Ray mengingat Rayna. Sebenarnya apa yang terjadi dengan sahabatnya itu? Ah, apa mungkin Rayna masih menganggapnya sahabat? Atau hanya Ray yang terlalu berharap?

Perfect Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang