Penilaian yang tepat atas diri sendiri tentunya berasal dari orang-orang terdekat. Mereka yang mengetahui kita sehari-harinya akan memberikan penilaian jujur tentang diri kita. Jika baik, mereka akan berkata baik, begitupun sebaliknya.
Perfect Captain
Karya Alfia_ramadhan11Pertanda hari baru dimulai adalah datangnya sinar matahari yang menyinari bumi atau lebih tepatnya dikatakan pagi hari. Sebenarnya jika dilihat dari waktu, setelah jam menunjukkan angka lebih dari 00.00 jelas hari sudah berganti. Namun tetap saja, baru terasanya saat pagi hari tiba.
Jika bagi kebanyakan orang waktu pagi adalah golden time untuk melakukan aktivitas karena tubuh dan energi masih fresh. Tetapi pagi kali ini berbeda bagi seorang Rayyan. Laki-laki itu malah menarik selimut hingga menutupi sampai setengah wajahnya. Dengan kaki yang ditekuk dan bibir yang menggigil, Rayyan berbaring seorang diri di kamar yang cukup luas itu.
"Ya Allah dingin," lirih Rayyan sembari menarik selimutnya lagi.
Setelah melaksanakan shalat Subuh tadi, entah mengapa Rayyan tiba-tiba merasakan tubuhnya mulai menghangat. Ia mencoba membaringkan tubuhnya, baru beberapa saat tubuhnya terasa menggigil. Akhirnya ia tarik selimut menutupi sebagian tubuhnya. Dingin semakin terasa, dan Rayyan menarik selimutnya hingga menutupi sebagian wajahnya. Namun entah mengapa dingin masih menguasai.
"B-bunda, dingin," lirih Rayyan lagi.
Tak dapat dipungkiri, ibu selalu menjadi panggilan terbaik di segala suasana. Entah itu ketika senang, sedih maupun sakit sekalipun. Kehadiran ibu menjadi bagian terpenting disaat-saat itu. Rayyan adalah tipikal orang yang jarang sekali sakit, hanya beberapa kali selama hidupnya ia mengalami sakit sampai sebesar ini.
Rayyan ingat terakhir kali ia sakit benar-benar parah saat bersama sang Bunda. Dan rupanya hari ini akan mengulang momen itu, tapi bedanya tak ada lagi Bunda yang menemani. Bunda yang biasanya memberikan kompres di keningnya. Bunda yang memijat-mijat tangannya, dan Bunda yang membantunya minum obat. Semua itu hanya tinggal kenangan. Kali ini Rayyan harus mandiri, tak ada yang biasa menolongnya karena ia sendiri di rumah ini.
"Bunda, Ray sakit. Biasanya Bunda yang paling khawatir saat Ray sakit. Tapi sekarang-" Rayyan menahan dingin di sekujur tubuhnya. "Hanya Ray yang khawatir pada diri Ray sendiri," Rayyan memaksakan senyumnya.
Berbaring seperti ini terus tidak akan menyelesaikan masalah. Mau tidak mau Rayyan harus bangun dan mengusahakan untuk kesembuhan dirinya sendiri.
"Bismillah."
Perlahan Rayyan membuka selimutnya, memang sudah tidak terlalu dingin seperti tadi, tapi masih terasa dinginnya. Rayyan duduk sebentar di sisi ranjang, ia melihat laptopnya masih dalam kondisi terbuka. Ia ingat betul semalam meninggalkan laptopnya karena sudah tak kuat menahan kantuk. Laki-laki itu sengaja begadang untuk mengoptimalkan naskah novel Bundanya untuk bisa dikirim ke penerbit secepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Captain
Romance⚠️ FOLLOW DULU BARU BACA ⚠️ Singkatnya, ini kisah tentang Rayyan Adzhani Al-Ghifari. Laki-laki 24 tahun itu sudah sukses meraih mimpinya menjadi seorang Captain Pilot. Ayah dan Bundanya sudah meninggal sejak ia kecil. Rayyan mempunyai sahabat kecil...