10. Jelmaan Bunda

63.9K 7.4K 236
                                    

Kalian itu tercipta untuk saling menguatkan satu sama lain. Maka jika salah satunya pergi, kekuatan itu pasti berkurang.

Perfect Captain
Karya Alfia_ramadhan11

Berbekal perut keroncongan sepulang dari Bandara, tentu sangat wajar bagi Rayyan jika seketika tergiur dengan aroma harum masakan yang mampir di indra penciumannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berbekal perut keroncongan sepulang dari Bandara, tentu sangat wajar bagi Rayyan jika seketika tergiur dengan aroma harum masakan yang mampir di indra penciumannya. Aroma masakan yang sama sekali tidak asing itu membuat Rayyan teringat akan seseorang.

"Bunda?"

Satu kata yang terbesit dalam benak Rayyan. Tidak salah lagi, masakan ini sangat khas aromanya seperti masakan Bunda. Dulu ketika masih ada, sepulang sekolah Rayyan selalu disambut aroma yang sama. Dengan penuh senyuman sambil memasak, Bunda menyambut Rayyan.

Ayam saus mentega adalah makanan favorit Rayyan yang selalu Bunda masak untuknya. Dan kali ini ia mencium aroma itu. Maka wajar seketika Rayyan teringat akan Bundanya.

"Bunda?" Rayyan menutup pintu ala kadarnya kemudian segera berlari menghampiri asal aroma itu datang.

Sesampainya di dapur, Rayyan melihat seorang perempuan berpakaian gamis hitam dan khimar kecoklatan sedang berdiri di depan kompor. Seketika dada Rayyan bergemuruh, ada rasa bahagia yang tidak bisa ia ungkapkan. Rayyan terdiam sebelum akhirnya memulai langkahnya yang cukup berat.

Antara percaya dan tidak percaya, tapi gaya berpakaian perempuan itu mirip sekali dengan Bunda. "Bunda?"

"Rayyan."

"A-ammah."

Seketika harapan Rayyan luntur seketika, laki-laki itu mematung dan melepas gagang koper dari tangannya. Ammah Zia yang menyadari segera menghampiri keponakannya.

"Nak, Ray nggak papa?" Ammah Zia menahan koper milik Rayyan agar tidak jatuh.

Tak ada balasan, yang ada hanyalah air mata Rayyan yang luruh begitu saja.

"Nak, Rayyan?"

Tanpa aba-aba Rayyan memeluk Ammahnya. Rayyan menangis sejadi-jadinya di pelukan Ammah Zia. Dengan begitu mau tidak mau Ammah Zia harus menenangkan keponakannya. Ia juga merasa bersalah karena secara tidak langsung sudah mengingatkan Rayyan pada Bundanya.

"Ray, maafin Ammah ya sayang. Ammah nggak bermaksud-"

Rayyan merenggangkan pelukannya, ia mengusap sisa air mata di wajahnya. "Nggak Ammah, ini bukan salah Ammah. Ray aja yang cengeng." Rayyan berusaha tersenyum, ia memegang pundak Ammahnya.

"Ammah kesini kok nggak bilang-bilang." Rayyan berusaha mengalihkan topik, di satu sisi agar ia tidak lagi menangis. Di sisi lain agar Ammah Zia tidak merasa bersalah. Rayyan menggandeng tangan Ammah Zia untuk duduk.

"Ammah kesini sama siapa? Si kembar mana? Terus Om Faizal dimana Ammah? Harusnya Ammah-"

"Cukup Ray." Ammah Zia menghela napasnya, juga menahan haru yang teramat. "Ray nggak perlu seperti ini dihadapan Ammah sayang. Ammah tau Ray sedang berpura-pura kuat kan? Sudah nak, ini Ammah. Kamu tidak bisa berbohong. Kemarin sudah berapa tahun Ray tinggal bersama Ammah?" Ammah Zia menggenggam tangan keponakannya memberi kekuatan.

Perfect Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang