29. Tentang Masa Lalu

62.8K 6.5K 393
                                    

Semua orang punya masa lalu, entah itu baik atau buruk. Tapi jangan lupakan, semua orang juga punya masa depan untuk memperbaiki yang buruk dan meningkatkan yang baik menjadi lebih baik lagi.

Rayyan Adzhani Al-Ghifari

Perfect Captain

Karya Alfia_ramadhan11

Hari sudah berganti menjadi sore, cahaya matahari yang mulanya terang perlahan mulai menghilang digantikan semburat warna jingga bernama senja yang menghiasi langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari sudah berganti menjadi sore, cahaya matahari yang mulanya terang perlahan mulai menghilang digantikan semburat warna jingga bernama senja yang menghiasi langit. Sampai saat ini pemandangan senja selalu menghipnotis setiap mata yang memandangnya. Sungguh besar kuasa Allah telah menciptakan pemandangan seindah itu.

Kita bisa belajar dari senja, walaupun senja itu indah, tapi kehadirannya hanya sementara. Begitupun dengan apa yang kita miliki sekarang, seindah apapun anugerah yang kita punya, cepat atau lambat pasti akan diambil oleh Allah, Sang Pemilik segalanya. Namun, selagi keindahan itu masih bisa dinikmati, pergunakanlah dan jagalah dengan sebaik-baiknya. Seperti senja yang kehadirannya selalu ingin kita abadikan, maka anugerah itu jangan sampai kita sia-siakan.

Kembali pada waktu sore. Sore adalah masa-masa tenang melepas lelah seharian beraktifitas. Seperti halnya dua insan yang kini tengah menikmati minuman hangat di balkon apartemen. Seharian ini mereka sudah disibukkan dengan menyambut dan melayani tamu yang hadir di acara pernikahan mereka. Jadi, sore ini mereka gunakan sedikit waktu sambil menunggu adzan maghrib dengan berbincang-bincang santai.

"Ray, sampai detik ini aku masih nggak nyangka kalau kita sudah menikah," ujar Rayna. Rayyan mengangguk dan tersenyum, sedetik kemudian laki-laki itu beranjak dari duduknya.

"Barusan kamu panggil aku apa?" tanya Rayyan memastikan.

Rayna mengernyitkan kedua alisnya. "Ray," jawabnya antara yakin dan tidak yakin.

"Apa, Ray?" ulang Rayyan. "Kita sudah menikah, masa iya kamu masih panggil pakai nama?"

"Astaghfirullah." Rayna menutup wajahnya. Bahkan ia tidak pernah memikirkan ini sebelumnya. Ya, tidak seharusnya Rayna masih memberikan panggilan nama pada sahabat yang kini sudah sah menjadi suaminya itu.

"T-terus aku panggil apa?" Rayna masih menutup wajahnya membuat Rayyan malu.

Rayyan terkekeh. "Dibuka dulu, aku nggak bisa lihat ekspresi kamu loh." Rayyan berjongkok dihadapan Rayna dan membuka kedua tangan Rayna dari wajahnya. "Malu," cicit Rayna.

"Utututu, sejak kapan istri aku jadi pemalu," goda Rayyan membuat pipi Rayna memerah. "Loh, sejak kapan juga kamu pakai blush on, perasaan tadi nggak." Rayyan membelai pipi Rayna yang sudah memerah.

"Ayang ih, malu." Rayna kembali menutup wajahnya.

"Tunggu-tunggu." Rayyan yang mulanya berjongkok mendadak berdiri dan duduk disamping Rayna lagi. "Tadi Ay panggil aku apa hmm?" bisik Rayyan dengan senyum yang sudah mengembang sempurna.

Perfect Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang