Allah tidak akan membebani hambaNya diluar batas kemampuannya. Maka jika Allah memberiku amanah, maka DIA tau aku pasti bisa menjaganya.
Perfect Captain
Karya Alfia_ramadhan11Seorang perempuan dengan mata yang sudah memerah dan sesenggukan berjalan seorang diri di lorong rumah sakit yang sudah sangat sepi lagi gelap, hanya ada beberapa lampu yang menyala tak jauh dari sana. Perempuan itu berkali-kali mengusap air matanya yang terus saja luruh begitu saja. Sampai akhirnya sebuah bayangan berwarna putih membuat tubuhnya merinding.
"A-apa itu," ujarnya penuh ketakutan. Perempuan itu semakin mempercepat langkahnya. Sembari itu ia terus menoleh ke belakang sampai tak sadar di depannya jalan buntu.
"Ya Tuhan," lirihnya sembari menahan rasa takut yang sudah bergejolak. "Mama, aku takut," lirihnya memanggil sang Mama.
"Rayna jangan takut sayang, ini Mama," suara itu menggema di sekitarnya. Ya, perempuan itu adalah Rayna. Bukannya semakin tenang, ia malah semakin ketakutan. Ia memundurkan langkahnya hingga terbentur tembok. Suara itu semakin menggema, Rayna memejamkan matanya. Bukan karena apa, pasalnya Mama Rayna sudah meninggal sejak setahun yang lalu akibat kebakaran rumahnya, begitupun dengan Papanya.
"Rayna," suara itu terdengar lembut, namun Rayna semakin ketakutan. "M-mama, jangan buat aku takut," balas Rayna sangat lirih, ia kembali memejamkan matanya.
Entah apa yang terjadi setelah itu, tiba-tiba udara disekitarnya terasa sejuk. Terdengar suara air mengalir begitu tenang. Juga burung-burung yang saling bercuitan satu sama lain. Rayna merasakan sentuhan lembut ditangannya. Perlahan ia mulai membuka matanya dan betapa kagetnya saat ia melihat di sampingnya..
"M-mama?"
"Iya ini Mama, jangan takut ya sayang," seorang perempuan yang wajahnya sangat mirip dengan sang Mama duduk di samping Rayna.
"Ini b-beneran Mama?" Rayna masih ingin memastikan.
Perempuan itu mengangguk, kemudian ia berdiri untuk menunjukkan penampilannya. "Masih ingat pakaian ini?"
Seketika bayangan Rayna tertarik pada kejadian satu tahun yang lalu. Ia semakin yakin jika didepannya ini adalah sang Mama. Pakaian yang dipakai dan polesan make up-nya sangat mirip saat terakhir kali Rayna lihat di peti mati sebelum dikuburkan.
"Mama tau saat ini kamu sedang gelisah. Mama tau saat ini kamu hidup dibawah tekanan Om dan Tantemu," Mama benar-benar bisa menebak apa yang Rayna hadapi sekarang. "Rayna, kamu sudah cukup besar untuk bisa mengambil keputusan. Jika kamu merasa tidak nyaman dengan hidupmu yang sekarang, silahkan tentukan pilihanmu. Pergilah dari kehidupan bersama Om dan Tantemu itu. Anak Mama berhak bahagia."
Rayna kaget bukan main dengan penuturan Mamanya. "Mama yakin?" Sang Mama mengangguk. "Hiduplah dengan bebas, hiduplah dengan pilihan yang membuatmu tenang. Dan Mama yakin memilih pergi dari Om dan Tantemu adalah pilihan yang terbaik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Captain
Romance⚠️ FOLLOW DULU BARU BACA ⚠️ Singkatnya, ini kisah tentang Rayyan Adzhani Al-Ghifari. Laki-laki 24 tahun itu sudah sukses meraih mimpinya menjadi seorang Captain Pilot. Ayah dan Bundanya sudah meninggal sejak ia kecil. Rayyan mempunyai sahabat kecil...