43. Berharap Seperti Aisyah

33.4K 4.7K 263
                                    

Aku hanyalah perempuan biasa, tidak bisa dibandingkan dengan Sayyidah Aisyah, perempuan dengan segala kemuliaannya. Tapi aku hanya ingin bernasib sama, semoga Allah mengungkapkan kebenaran yang terjadi sebagaimana kabar kebenaran ketika Sayyidah Aisyah difitnah.

- Rayna Arabella Nathania -

Perfect Captain
Karya Alfia_ramadhan11

Perfect CaptainKarya Alfia_ramadhan11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Byur.

Byur.

Byur.

Tangan kekar Rafi tak henti mengguyur tubuh Gus Rafan dengan air kran nan dingin. Setelah bersusah payah memaksanya masuk ke kamar mandi, akhirnya Rafi menuntaskan segala amarahnya pada laki-laki brengsek di depannya ini. Bukan sekedar menuntaskan amarah, Rafi berharap cara ini bisa ia lakukan untuk menyadarkan Gus Rafan yang diyakini sudah terpengaruh minuman haram.

"Sadar Rafan. Sadar!!" geram Rafi sembari terus mengguyurkan air.

Walaupun cara ini asal-asalan, Rafi berharap caranya berhasil. Orang yang mabuk kebanyakan sedang berhalusinasi. Sedangkan berhalusinasi sama saja dengan bermimpi. Dan satu-satunya cara yang paling ampuh untuk menyadarkannya adalah dengan mengguyur air.

"Arghh, dingin." Gus Rafan menyilangkan tangannya di dada. Badannya tampak gemetar membuat Rafi semakin iba. Rafi melempar gayung dan keluar dari kamar mandi dengan raut wajah lega, sepertinya Gus Rafan sudah sadar.

"Lo mandi, ini handuk dan bajunya udah gue siapin," ucap Rafi melempar handuk.

Rafi sudah mendengar semuanya dari Rayyan langsung. Oleh karenanya ia buru-buru datang untuk ikut membantu menyelesaikan permasalahan yang ia yakini hanya sebuah kesalahpahaman. Dia juga tidak tega melihat hubungan Rayyan dan Rayna yang sudah dianggap kakak sendiri menjadi hancur hanya karena kesalahpahaman. Walaupun dia tau bagaimana sakit hatinya Rayyan melihat Rayna berduaan dengan Gus Rafan di dalam kamar.

"Gimana nak?" tanya Tante Risa melihat Rafi berjalan ke arahnya.

"Rafi sudah suruh mandi Bun. Gus Rafan sudah sadar, tapi belum bicara apa-apa," jawab Rafi. Netranya sontak menangkap perempuan dalam dekapan Bundanya. "Kak Rayna gimana Bun?"

Tante Risa tersenyum haru. "Dia masih sangat syok, merasa bersalah atas kejadian ini. Ditambah kondisinya yang lagi hamil, dari tadi mual terus. Bunda nggak tega," jawab Tante Risa dengan bendungan air mata yang sudah memaksa untuk keluar.

"Ya Allah, Kak Rayna sabar ya. Rafi dan Bunda seratus persen percaya sama Kakak. Rafi yakin Bang Rayyan juga percaya, cuma memang butuh waktu," ucap Rafi penuh haru.

Rayna sama sekali tidak bergeming, ucapan Rafi tidak ia respon sedikitpun. Air matanya terus mengalir dalam diam. Jari-jarinya meremas ujung hijabnya yang sudah basah dengan air mata. Rasa sakit dan mual seakan tak terasa karena perasaan bersalah yang kini menyeruak memenuhi pikirannya.

Perfect Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang