18. Perihal Jatuh Cinta

54.3K 6.8K 413
                                    

Jatuh cinta itu memang fitrah, dan kita tidak pernah tau sosok mana yang kepadanya hati kita akan jatuh. Tapi kita bisa mengontrol rasa cinta itu. Akan semakin jatuhkah, atau harus dihilangkan segera.

Perfect Captain
Karya Alfia_ramadhan11

Perfect CaptainKarya Alfia_ramadhan11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ceklek.

Dengan wajah-wajah khas orang mengantuk sekaligus kelelahan menjadi satu, Rayyan membuka pintu rumahnya. Ia baru saja sampai di Jakarta setelah enam belas jam terbang di udara bersama burung besinya. Rayyan berangkat dari Budapest pagi hari, dan sekarang ia sampai di Jakarta sudah hampir tengah malam. Sesampainya di dalam Rayyan langsung merebahkan tubuhnya di sofa.

"Ya Allah, terimakasih atas nikmat lelah yang Engkau berikan, dengan begitu hamba bisa lebih bersyukur karena di luar sana banyak yang pekerjaannya lebih melelahkan namun tak pernah keluar darinya keluhan."

Rayyan membuka ponselnya, senyum merekah kala ia melihat notifikasi pesan. Disana ternyata Rayna mengirimkan foto Syafiya yang sedang tertidur. Ah, Rayyan sangat merindukan bayi gembulnya itu, padahal mereka baru berpisah tak kurang dari sehari.

Kehadiran Syafiya mengajarkan banyak hal kepada Rayyan. Dia belajar untuk menerima dan menjaga amanah Allah itu dengan sebaik-baiknya. Syafiya juga mengajarkan kesabaran seorang Ayah menjaga putrinya. Dan entah mengapa rasanya sejak kehadiran Syafiya hidup Rayyan tak lagi hampa, ia jadi punya alasan kenapa harus semangat bekerja dan tentunya semangat untuk mencarikan Bunda untuk Syafiya. Biar bagaimanapun ia tidak mampu menjaga Syafiya seorang diri di tengah kesibukannya sebagai pilot. Dan Syafiya-pun pasti membutuhkan kasih sayang seorang ibu.

Rayyan memandangi foto Syafiya di layar handphonenya. "Nak, Syafiya sabar dulu ya. Nanti akan ada perempuan yang menjelma sebagai malaikat. Dia akan menjaga dan menyayangi Syafiya juga Ayah dengan tulus dan ikhlas. Senyumannya akan menjadi kebahagiaan terindah bagi kita setiap harinya," Rayyan tersenyum.

Setelah puas memandangi foto Syafiya, Rayyan memutuskan untuk bersih-bersih diri. Dia guyur seluruh badannya dengan air Indonesia yang normal. Tidak seperti air Budapest yang sudah seperti air es, tapi untungnya ada air hangat yang bisa membantu. Selesai mandi Rayyan beranjak ke dapur untuk menikmati makanan yang sengaja ia beli di bandara tadi. Bagaimana tidak, perutnya sudah keroncongan sejak dalam pesawat.

"Bismillah, eMCeDe mengenyangkan sampai besok pagi." Kebiasaan makan di tengah malam, dini hari, maupun pagi buta sudah menjadi hal yang biasa bagi Rayyan. Mengingat pekerjaan sebagai pilot tidak ada jadwal tetap. Jadi kapanpun ia pulang terbang, saat itulah ia makan.

Entah mengapa setelah makan, rasa kantuk yang tadinya menyelimuti perlahan menghilang. Merebahkan tubuh di kasur tidak membuat Rayyan lantas terlelap. Laki-laki itu malah gelisah ke kanan dan kiri. Merasa tidak bisa tidur, ia beranjak untuk mencari kesibukan.

Perfect Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang