47. Salju Terindah

36.8K 4.3K 158
                                    

Salju adalah kado musim dingin, matahari adalah kado musim panas, bunga adalah kado musim semi, dan kamu adalah kado terindah hidupku.

Perfect Captain
Karya Alfia_ramadhan11

Disaat kebanyakan orang tengah malam seperti ini sedang berlindung di balik selimut, Rayyan berbeda, dia baru saja keluar dari kamar mandi dengan kondisi tubuh yang menggigil, tangannya menyilang di dada, sedangkan bibirnya bergetar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disaat kebanyakan orang tengah malam seperti ini sedang berlindung di balik selimut, Rayyan berbeda, dia baru saja keluar dari kamar mandi dengan kondisi tubuh yang menggigil, tangannya menyilang di dada, sedangkan bibirnya bergetar. Hal itu menarik perhatian Rayna yang tengah duduk di sisi ranjang.

"Ya Allah, kedinginan ya Mas. Aku ambilin jaket dulu ya." Dia hendak beranjak namun tangannya dicegah oleh Rayyan.

"Ayang, peluk." Rayyan menelentangkan kedua tangannya lebar.

Rayna geleng-geleng kepala sembari tersenyum salah tingkah. "Modus," ucapnya.

"Modus sama istri sendiri kok, pahala sayang. Sini, peluk." Rayna menarik tangan Rayna hingga perempuan itu jatuh kedalam pelukannya.

"Nah kalau gini hangat, banget malah," ujar Rayyan mengeratkan pelukannya.

Beberapa saat larut dalam pelukan menghangatkan, Rayyan merenggangkan pelukannya kemudian mengelus perut Rayna.

"Gimana nak, rindunya sudah terobati ya?" ujarnya terkekeh.

Nyess.

"Aw, sakit sayang." Satu cubitan mendarat di lengan Rayyan. "Emang aku salah, tadi kan-"

"Mmphhtt." Rayyan berusaha melanjutkan ucapannya walau Rayna membekap lisannya.

"Jangan berisik Mas, Syafiya tidur," ujar Rayna kemudian beranjak menuju meja rias dan mengambil hairdryer.

Dengan telaten Rayna mulai mengeringkan seluruh bagian rambutnya. Sementara Rayyan tiba-tiba sudah berlutut dibawahnya sembari mengelus-elus perutnya.

"Ayang, rambutnya mau di keringkan sama ini juga nggak?" tawar Rayna.

"Boleh sayang."

Rayna mengangguk. "Yaudah, sayang duduk disini ya." Rayna hendak berdiri.

"Nggak usah, Mas dibawah aja. Sayang nggak boleh capek, kasihan dedenya."

"Mas, kan cuma-"

"Udah, Mas cuma mau yang terbaik buat dede." Rayna mengalah, dia tetap duduk sementara Rayyan duduk di lantai.

Beberapa saat kemudian Rayna sudah selesai mengeringkan seluruh bagian rambut suaminya.

"Sudah selesai, saatnya tidur." Rayna meletakkan hairdryer-nya dan meninggalkan Rayyan begitu saja.

"Ikut." Rayyan berbaring di samping Rayna dan memeluknya dari belakang seraya mengelus-elus perut sang istri. "Ayah bacain surat Al-Mulk ya sayang."

"Boleh Ayah, terimakasih," balas Rayna.

Perfect Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang