13. Budapest, I'm Coming

58.4K 7K 270
                                    

Jangan terlalu sibuk memikirkan bagaimana menjadi cantik dengan standar manusia. Lebih baik fokus menjadikan hati semakin cantik. Karena jika hatinya cantik, insyaAllah parasnya akan menampilkan aura lebih cantik.

Perfect Captain
Karya Alfia_ramadhan11

Rayyan masih mematung sembari memperhatikan layar ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rayyan masih mematung sembari memperhatikan layar ponselnya. Sejujurnya kode negara ini masih asing baginya. Rayyan memijit-mijit pelipisnya berharap setelah ini otaknya cair dan mampu memberikan jawaban. Tapi tunggu, ada apa orang asing tiba-tiba menghubunginya. Apalagi hanya mengatakan 'excuse me', lagipula dari mana orang itu tau nomernya.

"+36? Kode negara mana ya?" Rayyan mencoba berpikir keras.

"Ah, pasti itu salah sambung. Lagipula gue nggak ada urusan sama orang luar negeri." Rayyan berpikir seperti itu. "Ah tapi gue kepo, sebenarnya itu kode negara mana." Begitulah ketika hati dan pikiran tak sejalan. Saat hati berusaha tidak peduli, tapi pikiran masih terus berusaha untuk mencari tahu.

Rayyan menepuk jidatnya. "Ya Allah Ray, kan ada google. Ngapain dari tadi bingung sendiri," Rayyan terkekeh. Bagaimana bisa ia melupakan situs serba bisa yang mampu memberikan jawaban atas pertanyaan kita itu.

"Oke google, +36 adalah kode-"

Lowbat. Blank.

Musnah sudah harapan Rayyan mengetahui informasi mengenai kode negara +36 itu, ponselnya tiba-tiba lowbat dan mati otomatis. Oke, masih ada waktu untuk mencari nanti. Itupun jika Rayyan ingat.

Tit..

Seorang supir taksi membuka jendela. "Atas nama Mas Rayyan?"

Rayyan mengangguk. "Iya Pak." Akhirnya Rayyan masuk kedalam taksi yang akan membawanya pulang ke rumah.

Selama di taksi Rayyan bingung harus melakukan apa. Supir taksi di depan kelihatan sangat kelelahan. Rasanya tidak sopan jika mengajaknya ngobrol. Rayyan takut akan membuat dia tidak enak. Biasanya Rayyan selalu mengajak supir taksi ngobrol. Membicarakan perihal kehidupan, keluarga, juga harapan kedepannya. Jika bisa membantu, Rayyan tak segan memberikan sebagian hartanya. Seperti waktu itu saat ia pulang dari bandara.

"Mas, masih kuliah ya?" Dan akhirnya Pak Supir buka suara, ini membuat Rayyan lega karena sebentar lagi taksi tidak akan diliputi keheningan.

"Nggak Pak, alhamdulilah saya sudah bekerja." Tidak menyebutkan nama profesi akan lebih baik untuk membuat orang tidak berprasangka buruk. Maksudnya, setiap orang berbeda. Ada yang kagum saat tau profesi kita termasuk profesi yang keren. Tapi sebaliknya, takut ada yang menganggap kita sombong karena memamerkan profesi tersebut.

Pak Sopir mengangguk. "Saya kira masih kuliah, soalnya saya punya brosur. Tadi dikasi sama salah satu penumpang. Katanya dia editor di penerbit mana gitu."

Perfect Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang