15. Secuil Harapan

59K 7.1K 397
                                    

Ketika tembok besar nan kokoh tidak akan bisa dihancurkan, kecuali hanya ada dua pilihan, yaitu mengalah atau mendapat hidayah. Tapi sayangnya mengalah adalah sebrengsek-brengseknya manusia.

Perfect Captain
Karya Alfia_ramadhan11

Rayyan terkekeh sendiri ketika melihat layar handphonenya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rayyan terkekeh sendiri ketika melihat layar handphonenya. Ia baru saja mengirimkan foto dan nama di grup cemara. Sontak grup yang awalnya sunyi itu tiba-tiba meledak karena kehebohan para penghuninya. Rayyan geleng-geleng kepala, entahlah sebenarnya tepat atau tidak mengirimkan hal itu di grup.

Padahal sebenarnya Rayyan juga tidak tahu keputusan apa yang akan ia ambil terhadap Syafiya. Membawanya pulang ke Indonesia? Ah, Rayyan bisa menjadi bahan perbincangan seluruh komplek sepertinya. Bagaimana mungkin perginya ke Budapest untuk mengemudikan pesawat, pulangnya membawa bayi? Lagipula siapa yang akan merawat Syafiya di Indonesia nanti?

Dan lagi-lagi ini menjurus pada calon istri. Jika saja Rayyan mempunyai istri, pasti ia akan membawa Syafiya pulang dan merawatnya bersama. Apalagi ini adalah sebuah amanah, mengingkari amanah adalah perbuatan dosa. Seandainya Rayyan meninggalkan Syafiya disini, bagaimana jika diakhirat nanti ibunya mempertanyakan soal ini? Bukankah ia yang sudah dititipkan amanah oleh ibu Syafiya?

"Gue udah fokus mau nyari calon istri, eh tapi malah dapetnya anak," Rayyan terkekeh. "Sabar ya nak, Ayah cariin ibu secepatnya untuk Syafiya," ujar Rayyan sambil mendoel pipi gembul Syafiya yang sedang terlelap.

"Ekhm."

Rayyan mendongak saat mendengar suara dekheman. Ternyata Rayna, perempuan itu berdiri di depannya sembari menyendekapkan tangan di dada.

"Udah capek atau?"

"Aku masih bingung Ay, Syafiya gimana ya? Besok gue udah harus balik ke Jakarta. Kalau aku bawa Syafiya ke Jakarta gimana caranya? Masa aku taruh dia di kokpit," ujar Rayyan tampak raut wajah kebingungannya.

Rayna terkekeh. "Kamu seserius itu Ray?"

Rayyan mengernyitkan dahinya. "Maksudnya?"

"Ya, sampai sebingung itu mikirin Syafiya," jawab Rayna.

Perlahan Rayyan berdiri, kemudian sedikit menenangkan Syafiya. "Ya maunya, kan aku udah dapat amanah sepenuhnya untuk menjaga Syafiya. Kalau aku ninggalin Syafiya, itu artinya aku mengingkari amanah. Dan mengingkari amanah itu dosa Ay. Kamu inget kan waktu Pak Ali, guru agama kita di SMA jelasin soal ini yang-"

"Aku nggak pernah ikut pelajaran Pak Ali Ray," Rayna sedikit terkekeh.

"Astaghfirullah. Oke, kita beda Ay. Tapi dalam pandangan agama kamu soal amanah gimana?"

Rayyan memejamkan matanya sekilas, ya dia sudah melupakan perbedaan diantara mereka. Ia pikir mereka sama, bisa mendiskusikan lewat pemikiran yang searah. Ternyata ada persimpangan yang harus membuat mereka berpisah. Rayyan berpikir dengan Al-Qur'an, sedangkan Rayna dengan Al-Kitab.

Perfect Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang