26. Menjaga Lisan

47K 6.2K 383
                                    

Hati-hati dalam berkata, jangan sampai perkataanmu menyakiti orang lain. Apalagi pada dia yang memiliki fisik kurang sempurna. Jangan  sampai perkataanmu membuat orang lain yang awalnya semangat untuk sembuh menjadi putus asa. Karena tidak semua orang punya hati yang kuat menerima cibiran.

Perfect Captain
Karya Alfia_ramadhan11

Rayna terpana melihat keindahan ibu kota yang sudah lama tidak ia pijak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rayna terpana melihat keindahan ibu kota yang sudah lama tidak ia pijak. Memang tidak banyak yang berubah, tapi tetap saja sepanjang perjalanan menuju apartemen, ia tak henti memandangi setiap sudut yang dilewati dari kaca taksi. Setelah sekian lama tidak melihat jajanan dan makanan tradisional khas Indonesia, kini dengan mudahnya ia menemui di sepanjang jalan. Bisa dipastikan setelah ini Rayna akan kalap menikmati jajanan masa kecil yang sangat ia rindukan itu.

Rayna tersadar setelah mendengar tangisan kecil Syafiya. Walaupun Syafiya ada dalam gendongan Ammah Zia, ia tetap menggubris bayi kecilnya. Rayna dengan sigap mengambil dot susu yang sudah ia siapkan sejak di bandara tadi. Mengingat Syafiya bisa haus kapan saja, jadi Rayna memilih untuk bersiap. Istilahnya sedia payung sebelum hujan.

"Cucu Oma haus ya nak, untung Bundanya sigap," ujar Ammah Zia. Rayna tersenyum. "Cari aman aja Ammah, daripada dia sampai rewel karena kelamaan nunggu," sambung Rayna.

Ammah Zia tersenyum, dan menggapai tangan Rayna. "Syafiya keren, Bundanya Dokter Obgyn." Rayna terkekeh.

"Setelah ini gimana nak? Kamu mau ninggalin profesi kamu disana?"

Rayna mengangguk. "Iya Ammah, nggak mungkin aku masih disana, Ray sama Syafiya kan disini. Sedangkan kewajiban aku sebagai istri dan ibu menjaga dan merawat mereka, kan nggak bisa ngelakuin dua hal itu jarak jauh atau virtual," jawab Rayna terkekeh.

Ammah Zia ikut terkekeh. "Kamu ikhlas melepas itu semua? Bukannya kamu menggapainya nggak mudah ya nak? Apalagi Dokter Obgyn itu sudah Dokter Spesialis yang harus kuliah sampai bertahun-tahun kan?"

Rayna mengangguk dan tersenyum. "Iya Ammah, Rayna melewatinya memang nggak mudah. Tapi kembali lagi, kalau nanti Rayna sudah menjadi istri, maka harus nurut suami. Karena ridho Allah ada pada ridho suami, iya kan Ammah?"

"Iya sayang. Tapi Ammah rasa Ray nggak akan egois kok. Jadi Rayna dan Rayyan nanti bisa bicarakan dulu gimana baiknya."

"Pasti Ammah, tapi sekalipun Ray nggak ngizinin, Rayna tetap akan nurut. Lagipula ilmu yang sudah Rayna kejar sampai detik ini nggak akan sia-sia kok. Rayna kan bakal mengandung, punya anak, jadi insyaAllah bakal kepakai disana. Percuma kan misalnya Rayna maksa tetap mau kerja kalau suami nggak ridho, apalagi sampai anak nggak keurus, padahal mereka tanggung jawab Rayna, bisa-bisa nanti Allah tuntut di akhirat," ujar Rayna.

"Dan masalah, percuma berpendidikan tinggi kalau ujung-ujungnya jadi ibu rumah tangga, aku nggak setuju banget. Emang dikira ibu rumah tangga segampang itu. Dan bagi aku justru bagus jika seorang ibu berpendidikan tinggi, terlebih jika soal pemahaman agama. Karena sosok ibu itu akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Jadi semakin luas pemahaman seorang ibu, maka akan lebih mudah ia mendidik anak-anaknya nanti," jelas Rayna.

Perfect Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang