34. Khawatir

42.9K 5K 220
                                    

Laa syaafiya illa anta syifaa'an la yughaadiru saqaman.

Ya Allah, hilangkanlah penyakit dan berikanlah dia kesembuhan, Engkau Dzat Yang Maha Menyembuhkan.

Perfect Captain
Karya Alfia_ramadhan11

Perfect CaptainKarya Alfia_ramadhan11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga Bulan Kemudian.

Musim dingin tengah melanda Kota Budapest, tepatnya Ibu Kota Negara Hungaria yang ada di Eropa Tengah. Budapest mulanya adalah dua wilayah yang berbeda, yaitu Buda dan Pest. Keduanya dipisahkan oleh Sungai Danube. Namun singkat cerita, Buda dan Pest menjadi Budapest setelah dihubungkan dengan Jembatan Széchenyi.

Suhu 2° celcius bukan suhu yang biasa bagi seorang Rayyan. Manusia yang sudah terbiasa dengan suhu rata-rata 26° celcius itu hampir sepanjang hari menghabiskan waktu di depan perapian sejak hari pertama sampai hari kedua menginjakkan kaki di kota dengan tarif termurah se-Eropa ini.

"Sayang, mau soto ayam. Kayaknya enak dimakan dingin-dingin gini. Apalagi tambah cappucino hangat, laziz jiddan," ujar Rayyan yang tengah berbaring di pangkuan Rayna.

Rayna yang sedang memainkan rambut suaminya sontak terkekeh. "Ayang ngidam?" goda Rayna.

"Serius beneran, Mas pengen sayang," rengek Rayyan. "Tapi aku nggak ada persiapan sama sekali. Kalau aja ada bumbu-bumbunya pasti udah aku buatin. Besok ya Mas?" tawar Rayna.

"Maunya sekarang sayang." Rayyan bangkit dan duduk menghadap Rayna. "Kita jalan cari soto yuk," ide Rayyan.

Rupanya ia sudah lupa sedang berada di negara mana. Mungkin dia pikir mencari soto di sini semudah di Indonesia, padahal nyatanya tidak. Pun jika ada maka sangat jarang. Biasanya hanya ada di restoran yang khusus menyediakan makanan Indonesia.

"Mas, ini dimana? Ini bukan Jakarta loh. Lagian Mas kuat jalan keluar, dingin-dingin kayak gini. Di dalam rumah aja Mas harus pake jaket," ledek Rayna pada suaminya.

"Tapi sayang-"

"Besok ya, sekalian keluar ngurus surat resign aku. Setelah aku beres di rumah sakit, kita cari soto. Ajak Alif sama Arumi juga, gimana Mas?" Rayna memangkup pipi suaminya.

Beberapa detik terdiam akhirnya Rayyan mengangguk. Ia juga tidak mau menyusahkan Rayna. Jika ia terus merengek, bukan tidak mungkin Rayna akan benar-benar mewujudkannya bagaimanapun caranya. Mengingat Rayna selalu ingin yang terbaik untuknya. Lagipula kenapa dirinya bisa seperti ini? Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba ingin makan soto.

Jam menunjukkan pukul delapan malam, Syafiya sudah tidur sejak satu jam yang lalu. Tapi biasanya bayi lima bulan itu akan merengek meminta susu pada jam ini. Rayna sudah berada di kamar sembari memandangi wajah pulas bayinya. Jika dilihat-lihat rasanya Syafiya tidak akan bangun untuk merengek. Lihat saja tidurnya sangat pulas, apalagi sambil memeluk boneka bunny kesayangannya.

Perfect Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang